Prostitusi online kembali menghebohkan dunia pemeritaan, kali ini tidak hanya melibatkan wanita dewasa bahkan juga melibatkan remaja atau anak di bawah umur. Ibarat gunung es, kasus ini seolah tiada akhirnya, hal ini tentu membuat berbagai kalangan tokoh masyarakat khawatir. Salah satunya yang diutarakan oleh ustdzah Adah Darojah SHI, seorang Praktisi Pendidikan sekaligus Founder Smart Islamic Community dalam wawancara singkat dengan redaksi Muslimah Jakarta kali ini. Berikut petikannya.
Tanya: Menurut ibu, mengapa fenomena prostitusi ini seperti sulit dibasmi? Jangankan hilang, justru malah muncul prostitusi anak. Kira-kira apa penyebab munculnya fenomena ini?
Jawab: Prostitusi di dalam sebuah masyarakat yang menjadikan akal dan hawa nafsu sebagai sumber hukum, manfaat sebagai asas dalam membuat hukum, mengadopsi kebebasan sebagai asas perbuatan termasuk berfikir, bersikap dan berperilaku, serta menganggap kepuasan materi dan jasadiah sebagai standar kebahagiaan, memang akan sulit bahkan mustahil untuk dibasmi.
Bagi masyarakat kapitalis, prostitusi adalah sebuah industri layaknya jasa lainnya. Selama masih ada yang mencari maka industri ini akan tetap ada sebagaimana teori supply and demand. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) prostitusi adalah pertukaran hubungan seksual dengan uang atau hadiah sebagai suatu transaksi perdagangan. Dari definisi ini saja sangat jelas bahwa prostitusi adalah transaksi perdagangan, dan disinyalir menjadi bisnis yang menggiurkan. Juli 2019 liputan6.com melaporkan Indonesia berada di urutan ke-12 bisnis prostitusi terbesar dunia dengan nilai bisnis mencapai 2,25 miliar dolar AS.
Prostitusi ini akan terus ada selama materi dan jasadiah dijadikan standar kebahagiaan, selama dianggap mendatangkan keuntungan, menghasilkan pundi-pundi uang, bahkan bagi sebagian orang dianggap sebagai kebutuhan untuk menyalurkan nafsu bejatnya. Jika halal haram sudah tidak lagi menjadi dasar dalam bersikap dan berperilaku, lalu apakah yang akan membentenginya dari perilaku maksiat?
Keadaan ini juga diperparah dengan kondisi ekonomi masyarakat yang semakin terpuruk. Penggerebekan prostitusi anak di beberapa apartemen di Jakarta baru-baru ini membuktikan, karena dorongan ekonomi, tuntutan gaya hidup ditambah iman yang lemah, iming-iming bayaran yang tidak seberapa, dijanjikan dibelikan hp baru, mampu membutakan anak-anak perempuan usia belasan, yang seharusnya giat belajar menuntut ilmu, malah terjerumus dalam lembah hitam prostitusi.
Hukum yang tidak tegas dan menimbulkan efek jera juga menjadi penyebab prostitusi ini sulit dibasmi. Dalam Peraturan Daerah DKI Jakarta Nomor 8 Tahun 2007 tentang Ketertiban Umum pasal 61 Ayat (2) disebutkan hukuman bagi yang memfasilitasi, penjaja seks dan pemakai jasa akan dikenakan ancaman pidana kurungan paling singkat dua puluh hari dan paling lama sembilan puluh hari atau denda paling sedikit Rp 500 ribu dan paling banyak Rp 30 juta. Bandingkan dengan bagaimana hukum Islam menindak tegas pelaku zina dengan hukuman cambuk dan rajam. Tak heran jika tindak kriminal termasuk perzinahan di masa kehilafahan islam tidak pernah menjadi masalah berkepanjangan yang sulit dibasmi.
Tanya: Sebagai orang yang konsen terhadap generasi, menurut ibu faktor terbesar apakah yang mendorong anak-anak terjerumus pada hal-hal seperti itu?
Jawab: Banyak faktor ya, diantara yang sering muncul adalah desakan ekonomi, ketidak mampuan orang tua memenuhi kebutuhan anaknya yang sebenarnya adalah tuntutan gaya hidup. Darimana tuntutan ini muncul? TV, medsos, influencer, public figure mempertontonkan semua itu. Berpenampilan menarik dengan gadget canggih, pakaian branded, gaya rambut, kulit putih mulus, tubuh langsing, nongkrong di cafe, semuanya ini menuntut modal yang tidak sedikit, sehingga kerap kali anak-anak yang masih belia ini memilih jalan pintas, menjajakan tubuh demi mendapat uang dan dengannya semua yang ia mau bisa didapat. Na'udzu billah..
Ketidakmampuan sistem pendidikan yang ada untuk melahirkan generasi yang religius, beradab, berkarakter pemimpin, generasi yang mampu membentengi diri dari perbuatan amoral dan hina juga menjadi faktor yang mendorong semakin menjamurnya prostitusi anak, baik sebagai penjaja seks maupun mucikarinya, karena ternyata anak-anak remaja ini tidak hanya pandai menjajakan diri tapi juga memfasilitasi, hingga bisnis haram ini bisa berjalan di bawah kendali mereka.
Proses pendidikan yang hanya mengedepankan nilai akademis, daya serap pasar tenaga kerja, membolehkan hadirnya agama hanya sebatas ibadah ritual dan nilai moral, telah gagal melahirkan output pendidikan yang diharapkan mampu menjadi pemimpin perubahan, pemimpin masa depan.
Tanya: Jika dihubungkan dengan keluarga yang membentuk kepribadian anak itu sendiri, dimana seharusnya peran keluarga?
Jawab: Keluarga tentu punya peran yang sangat penting. Visi misi keluarga muslim adalah sebagaimana yang Allah swt firmankan dalam Qs. Attahrim:6
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ قُوٓاْ أَنفُسَكُمۡ وَأَهۡلِيكُمۡ نَارٗا
Wahai orang-orang yang beriman! Peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka.
Menjadi kewajiban kedua orang tua untuk menanamkan aqidah yang kuat sejak dini kepada anak-anaknya. Menumbuhkan keyakinan bahwa Allah swt adalah Al Kholiq Al mudabbir, pencipta manusia dan alam semesta sekaligus menurunkan aturan yang akan menyelamatkan manusia dari kenistaan, kehancuran dan kebinasaan. Yakin Allah swt menciptakan para malaikat yang siap mencatat setiap amal yang kita lakukan. Muhammad saw adalah Rasul yang diutus oleh Allah swt untuk menyampaikan risalah sekaligus menjadi teladan. Al quran adalah kitab yang berisi petunjuk hidup yang benar. Meyakini bahwa ada hari akhir, saat manusia dihadapkan pada pengadilan Allah swt, saat dimana setiap manusia akan mempertanggung jawabkan apa yang telah diperbuatnya. Juga meyakini bahwa Allah swt telah membuat ketetapan pada manusia dan alam semesta.
Anak-anak yang telah tertancap kuat aqidah dalam dirinya inilah yang akan mampu membentengi diri dari segala kemaksiatan, tidak hanya menyelamatkan dirinya sendiri tapi juga mampu mewarnai lingkungannya, bangsa dan negaranya dengan Islam. Karena telah terbentuk pada dirinya syakhshiyyah islamiyyah (kepribadian islam), yang membuatnya mampu berfikir, bersikap dan berperilaku sesuai dengan Islam.
Generasi seperti inilah yang tidak akan pernah menggadaikan imannya demi kesenangan sesaat.
Tanya: Bagaimana mengharmoniskan hubungan keluarga dan masyarakat dalam pembentukan generasi?
Jawab: Keluarga adalah bagian dari masyarakat. Sekuat apapun pertahanan keluarga bila masyarakat rusak tentu keluarga pun terancam.
Keluarga dan masyarakat harus memiliki kesamaan visi misi, kesamaan cara pandang, standar berfikir dan berperilaku, sehingga karakter yang telah ditanamkan orang tua pada anak sejak dini tidak lantas dirusak oleh pemikiran dan pemahaman yang berkembang di tengah masyarakat.
Oleh karenanya perlu upaya edukasi kepada masyarakat untuk menyamakan standar-standar yang benar dalam kehidupan, baik dalam berfikir, bersikap maupun bertingkah laku. Sebagai seorang muslim tentu kita meyakini bahwa standar perbuatan kita adalah halal haram, seluruh perbuatan kita akan dimintai pertanggung jawaban. Bila ini juga sudah menjadi pemikiran yang diadopsi oleh masyarakat, maka tidak akan ada lagi pembiaran yang dilakukan terhadap pelanggaran yang terjadi, ketidak pedulian rusaknya generasi, keluarga dan masyarakat. Yang ada adalah masyarakat yang peduli dan siap memberantas kemaksiatan.
Akan tetapi mengharmoniskan keluarga dan masyarakat saja tanpa peran negara tidaklah cukup untuk melahirkan generasi berkepribadian Islam, karena justru negaralah yang punya peranan besar melindungi masyarakat dari pemikiran yang merusak. Negara yang mampu membuat regulasi, memusnahkan konten-konten merusak di dunia maya. Memberi hukuman setimpal yang memberi efek jera kepada para pelaku maksiat, serta memastikan diterapkannya kurikulum yang mampu melahirkan generasi berkepribadian Islam.
Tanya: Jika negara memang penentu arah pendidikan generasi, apa saja yang bisa kita lakukan sebagai anggota masyarakat dan sebagai anggota keluarga dari para remaja ini?
Jawab: Sebagai seorang muslimah kita bisa turut serta mengambil peran melakukan edukasi ke tengah-tengah masyarakat, membuang jauh-jauh pemikiran rusak yang lahir dari sistem kapitalis yang nyata-nyata telah menjadi biang keladi munculnya berbagai kerusakan, termasuk prostitusi yang kini tak kunjung sirna dari muka bumi, mengajak masyarakat untuk menanamkan pemikiran yang benar tentang kehidupan, Allah lah sebaik2 pembuat hukum, hukum Allah lah yang semestinya diterapkan, bukan hukum manusia yang bersumber dari akal dan hawa nafsu.
Sebagai anggota keluarga, kita perlu memperbaharui apa yang menjadi visi misi keluarga muslim, perkuat aqidah, saling mengingatkan, membangun suasana Islami di tengah-tengah keluarga, sehingga tercipta ketahanan keluarga, terhindar dari perilaku rusak dan merusak, serta siap berkontribusi di tengah-tengah masyarakat untuk melakukan perubahan.
Wallahu'alam
------------------------------------------------
Yuk raih amal shalih dengan menyebarkan postingan ini sebanyak-banyaknya
Follow kami di
Facebook : fb.com/MuslimahJakarta
Instagram : instagram.com/muslimahjakartaofficial
Twitter : https://twitter.com/MJ_Officiaal?s=08
0 Komentar