Budaya Rekayasa Cinta, Sekali dalam Setahun


 

Ungkapan rasa cinta, "Cinta adalah rasa yang tumbuh dalam hati setiap insan. Terlepas objek nya yang beragam, dari lawan jenis, keluarga, hingga materi, tentu saja setiap orang memiliki caranya masing-masing dalam melampiaskan rasa cintanya."


Namun, apakah rasa cinta cukup kita lampiaskan dan kita ungkapkan hanya dalam sekali 24 jam dari 365 hari? Apakah rasa cinta cukup kita ungkapkan lewat coklat, kado bahkan hanya lewat kata-kata?


Jika rasa benci saja, perlu adanya pelampiasan secara berkesinambungan sehingga vonis kebencian itu memiliki esensi yang tepat, apalagi rasa cinta yang tentu saja rasa yang murni datang dari hati, harus dapat mengalir kepada objek yang di cintai dengan tulus tanpa rekayasa, dan tentu saja bukan kita ungkapkan hanya dalam momentum pertahun saja melainkan setiap hari.


Namun, ada loh, budaya hari kasih sayang yang dirayakan oleh sebagian besar masyarakat karena dianggap itu adalah momentum yang cukup untuk melampiaskan rasa kasih sayang kita terhadap orang-orang di sekitar. 


Hari perayaan kasih sayang itu dikenal degan hari valentine yang jatuh pada tanggal 14 Februari.


Sejarah kelam valentine day :


Tentu saja kita tahu apa itu hari valentine, namun apakah kita tahu bahwa sebetulnya hari valentine ini memiliki sejarah yang cukup kelam, yang sebagian besar orang yang merayakan tidak tahu.


Sejarah Valentine ini terbagi menjadi dua kisah, kisah yang pertama membahas tentang tokoh yang dianggap menjadi cikal bakal adanya perayaan hari kasih sayang dan yang kedua adalah budaya perayaan hari kasih sayang.


Kisah yang pertama Berawal dari kebijakan kaisar Roma yang sangat bertentangan dengan fitrah manusia untuk saling mencintai dan meluapnya rasa kasih sayangnya, kaisar Claudius II adalah seorang raja yang kejam, karena Roma saat itu terlibat dalam pertempuran yang membuat Roma harus mempersiapkan banyak pasukan untuk bertempur di medan perang, namun karena banyak tentara yang enggan turut berperang membela Roma karena banyak diantara mereka yang memiliki keluarga, istri, anak dan kekasih, sehingga mereka takut jika gugur di Medan perang mereka akan meninggalkan orang-orang yang disayang, mengetahui hal itu, kaisar memberlakukan aturan yang kejam yakni ia melarang segala bentuk pernikahan dan pertunangan di Roma, ia pikir dengan itu ia mampu memberikan motivasi kepada para tentara untuk berjuang mati-matian di Medan perang tanpa rasa khawatir akan kehilanganmu orang-orang yang mereka sayang.


Namun tidak berjalan mulus, upaya ini diketahui oleh sang kaisar hingga menuai hukuman yang berat, pendeta valentine ditahan dan dipukuli hingga akhirnya ia menjalani hukuman pancung yang mengakhiri hidupnya pada 14 Februari 278 M.


Untuk mengenang tokoh legenda yang mati mengenaskan, akhirnya dirayakannya hari valentine setiap tahunnya pada tanggal 14 Februari yang mana merupakan hari kematian tokoh legenda tersebut.


Sejarah kedua yakni berawal dari budaya orang Romawi yang mengadakan pesta Lupercalia dari tanggal 13-15 Februari. Pesta ini memiliki kebiasaan aneh bahkan kejam, yakni wanita akan berbaris pada saat pesta untuk di pukul oleh pria karena adanya kepercayaan kuat bahwa dengan itu bisa membuat wanita semakin subur, selain itu para pria mengorbankan anjing dan kambing untuk disembelih yang kemudian kulitnya digunakan untuk mencambuk wanita, dikatakan pula oleh Noel Lenski, sejarawan di University of Colorado di Boulder, bahwa mereka sambil mabuk dan telanjang.


Tak cukup sampai disitu, pesta ini selain kejam juga sangat merusak moral, pasalnya dalam pesta ini ada sesi lotre dan perjodohan, dengan cara para pria memilih nama wanita yang ada di dalam toples yang kemudian pria tersebut akan berdansa sesuai nama wanita yang terpilih. Wanita seperti dijual belikan dan dipermainkan bahkan hingga setelah pesta itu berakhir.


Selain sejarah asal mula istilah Valentine dan budaya perayaan hari kasih sayang, 14 Februari juga merupakan hari ritual pagannisme yang merupakan upacara keagamaan Romawi kuno yang diwarnai nuansa kesyirikan didalamnya.


Hingga pada antiklimaks nya Paus Gelasius I memutuskan untuk menjadikan 14 Februari menjadi hari perayaan Nasrani dengan menggabungkan peringatan kematian St. Valentine dan pesta Lupercalia untuk menghilangkan ritual keagamaan Romawi kuno.


Kerusakan hari Valentine :


Dari penjelasan sejarah kelam valentine, kita mengetahui bahwasanya Valentine merupakan perayaan kaum Nasrani, selain itu cikal bakal hari ini bukan lah semata-mata karena menyadarkan akan esensi rasa cinta sebagai fitrah manusia, melainkan justru adanya penyimpangan dalam mengungkapkan dan memenuhi kebutuhan kita terhadap cinta.


Banyak perbuatan keji yang justru ditimbulkan dari perayaan hari kasih sayang ini, seperti seks bebas yang sangat mungkin terjadi mengingat sejarah kelam valentine ini pun berasal dari kekejian perilaku kaum Romawi kuno memperlakukan wanita, juga menganggap bahwa cinta hanyalah dongeng belaka, yang ada hanya hasrat dalam diri, dan wanita adalah objek pemuas nafsu birahi pria.


Lantas, masihkah kita ingin menjadikan Valentine merupakan budaya kita, Khususnya sebagai muslim?


Valentine, bukan bukti cinta :


Tentu saja fatal jika kita menganggap bahwa merayakan Valentine merupakan hal yang tepat untuk mengungkapkan rasa cinta, pasalnya sebagai muslim, tentu saja Islam mengatur bagaimana melampiaskan naluri cinta dengan cara yang tidak melanggar hukum Allah SWT.


Lalu mengapa sih, kita tidak boleh merayakan Valentine?


1. Sejarah Valentine berasal dari pagannisme yang merupakan ritual sesat keagamaan Romawi kuno, jika kita ikut merayakan nya sama saja kita ikut serta untuk melestarikan kepercayaan sesat dari ritual Romawi kuno tersebut.


2. Perayaan Valentine merupakan perayaan keagamaan Nasrani, berdasarkan keputusan paus Gelasius dalam rangka memperingati kematian tokoh Valentine, dan jika kita merayakannya maka kita turut merayakan hari keagamaan orang kafir, dan itu merupakan tasyabuh, yang konsekuensi nya kita tidak diakui sebagai umat Rasulullah Saw.


Dalam hadist shahih nya, Rasullullah SAW bersabda :

“Barangsiapa yang menyerupai suatu kaum, maka dia termasuk bagian dari mereka.” (HR. Ahmad dan Abu Dawud)


3. Merayakan Valentine untuk mengungkapkan rasa cinta adalah cara yang bathil dalam Islam, dalam diri manusia terdapat 3 naluri diantaranya : naluri mempertahankan diri (eksistensi), naluri melestarikan keturunan (cinta), da naluri bertuhan (agama). Dari masing-masing naluri, maka Islam mengatur bagaimana cara memenuhi ketiga naluri tersebut, diantara salah satunya adalah naluri cinta, Islam mengatur bahwa cara mengungkapkan cinta, terutama pada lawan jenis bukan pada momentum valentine yang berujung pada maksiat dan zina, seperti budaya menyambut Valentine pada zaman modern seperti sekarang ini, maka cara ini jauh dari ajaran Islam, tak dipungkiri valentine merupakan ajang kemaksiatan, dengan kata lain, perayaan tersebut membuka peluang banyak untuk berkasih sayang dengan cara yang tidak fitrah, jika kita memang mencintai seseorang, terkhusus lawan jenis, maka Islam mengajarkan untuk menikah, dengan cara ini maka pelampiasan cinta akan terus berkesinambungan, bukan hanya bualan yang marak terjadi di hari valentine. Valentine juga identik dengan saling memberi kado pada pasangan tapi pasangan disini, bukan suami istri saja melainkan juga pasangan yang belum halal alias pacaran, sedangkan Islam sendiri melarang pacaran, sehingga budaya Valentine ini sangat bertentangan dengan Islam.


Mengapa Islam melarang pacaran, sebab pacaran adalah jalan menuju zina. Sedangkan kita sebagai muslim, dilarang meski hanya mendekati zina.


Allah SWT berfirman dalam surat 17.Al-Isrā : 32


وَلَا تَقْرَبُوا الزِّنَا ۖ إِنَّهُ كَانَ فَاحِشَةً وَسَاءَ سَبِيلًا


"Dan janganlah kamu mendekati zina; (zina) itu sungguh suatu perbuatan keji, dan suatu jalan yang buruk"



4. Merayakan Valentine berarti mengagumi sosok valentine yang merupakan tokoh agama Nasrani, dan tidak boleh bagi muslim untuk mengangkat tokoh kafir sebagai teladan, hanya Rasulullah Saw yang pantas dijadikan teladan bagi kita.


Allah SWT berfirman dalam surah 33.Al-Ahzāb : 21


لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِمَنْ كَانَ يَرْجُو اللَّهَ وَالْيَوْمَ الْآخِرَ وَذَكَرَ اللَّهَ كَثِيرًا


"Sungguh, telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari Kiamat dan yang banyak mengingat Allah".


Apabila kita belum menjadikan Rasullullah SAW menjadi tokoh idola kita, suri teladan kita, lantas apakah kita pantas mengangkat tokoh kafir sebagai teladan kita? Sedangkan Allah yang menisbatkan secara langsung bahwasanya Rasulullah Saw sebagai suri teladan yang baik bagi kita.


Kesimpulan :


Hendaknya kita sebagai muslim untuk senantiasa kembali pada ajaran mulia Rasulullah Saw, Al-Qur'an dan Sunnah agar kita terhindar dari segala macam fitnah, salah satunya perayaan hari kasih sayang ini merupakan tantangan bagi umat muslim untuk berhati-hati dan mawas diri, agar tidak mudah mengikuti budaya bahkan ritual agama lain, yang tentu saja melanggar aturan Islam.


Semoga kita dapat melampiaskan rasa cinta dan kasih sayang sesuai aturan Islam dan tidak melanggar hukum Allah. Dan dapat terhindar dari segala macam fitnah. 

Aamin ya Rabbal a'lamin


Wallahu a'lam bi sowab


Oleh Ray Fany

Posting Komentar

0 Komentar