Darurat Nulis Opini



Tulisan opini ialah narasi yang memberikan pandangan, pemahaman, informasi dan sikap penulis terhadap berbagai persoalan aktual. Baik yang tengah terjadi di negeri ini maupun di dunia pada umumnya.

Tulisan opini akan menunjukkan kemampuan literasi, narasi, konsepsi bahkan juga tawaran solusi dari penulis. Menilik topik yang dikaji atau yang dibahas dalam opini ini melintas dari persoalan politik, ekonomi, sosial, pendidikan, budaya, remaja, keluarga bahkan juga persoalan luar negeri.

Menunjukkan luasnya lingkup kepedulian para penulis opini dan keinginan yang sangat besar agar persoalan-persoalan itu segera mendapat penyelesaian yang tuntas. Agar masyarakat bisa menjalani kehidupan yang lebih baik.

Bicara mengenai menulis opini, maka menurut saya adalah urgensi dari aktivitas menulis dan juga urgensi untuk memilih menulis opini. Pertama, patut kita cermati bahwa kebaikan dari aktivitas menulis adalah tulisan-tulisan seseorang semasa hidupnya di bumi, akan meninggalkan jejak bagi generasi di kehidupan selanjutnya. Bahkan bernilai amal jariyah yang melahirkan pahala terus-menerus meski raga telah berkalang tanah.

Kedua, urgensi memilih menulis opini ialah untuk berkontribusi membangun kesadaran umat agar melek politik. Karena saat ini, politik dianggap sebagai sesuatu yang tinggi. Bahkan acap kali dinilai kotor. Maka dari itu, seolah menjadi keburukan apabila urusan agama dikait-kaitkan dengan politik.

Urusan perpolitikan saat ini dimainkan oleh orang-orang yang tidak menjalankan tugasnya dengan amanah. Bukan hal yang aneh, karena berpolitik di habitat demokrasi meniscayakan buruknya realitas politik tersebut. Karena memisahkan politik dengan asuhan agama. Imbasnya, para politisi saat ini mengebiri Islam sebagai way of life. Jauh dari rahmat Allah. 

Politik praktis yang dikenal masyarakat kini, dimana sifatnya tak lain ialah kedustaan, tipu daya, makar, dan penyesatan yang dilakukan oleh para politisinya maupun penguasa. Penyelewengan para politisi terhadap Islam, kezaliman kepada umat, sikap dan tindakan sembrono mereka dalam mengurusi masyarakat, sehingga memalingkan umat dari makna lurus politik yang sesungguhnya. 

Sejatinya, tidak ada istilah jangan membawa Islam dalam politik atau jangan mempolitisasi Islam untuk kepentingan politik. Islam dan politik ibarat dua sisi mata uang yang saling melengkapi. Ketika salah satu tidak ada maka akan hilang fungsi uang. Demikian pula ketika kebijakan politik dimuhasabahi dengan Islam, justru adalah upaya untuk menjaga politik tetap pada tracknya yaitu mengatur urusan umat. 

Melihat kerusakan di berbagai sektor kehidupan saat ini, membutuhkan perubahan. Dan upaya perubahan Itu semua membutuhkan kekuasaan dan kepemimpinan politik Islam. Hal ini membutuhkan peran para politisi transformatif yang menjalankan peran politik yang hakiki, yang merupakan bagian dari sunah Rasulullah Saw. Juga menjadi wujud keimanan seorang hamba sebagai khalifatullah fil ard.  

Oleh karena itu, kontribusi nyata yang dituntut kepada kita adalah dengan ikut terlibat dalam perjuangan politik untuk mewujudkan kepemimpinan politik Islam. Baik melalui aktivitas lisan maupun tulisan. Dimana era virtual saat ini, media sosial menjadi sanggraloka bagi penggerak opini publik. Ibarat sedang bertarung, lawan kita menggunakan pedang, maka kita juga menggunakan senjata yang setimpal. Kalau bukan kita yang menulis opini, siapa lagi? []

Wallahu a'lam biashshawab.


Oleh Novita Sari Gunawan



Posting Komentar

0 Komentar