Bahkan para perempuan yang tidak berkonsentrasi dalam pembangunan baik terlibat di sebuah instansi atau pun organisasi membuat aspirasi perempuan kurang diapresiasi.
Menurut Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA), Bintang Puspayoga mengatakan bahwa minimnya keterwakilan perempuan secara tidak langsung berdampak pada rendahnya indeks kesetaraan gender. (Merdeka.com, 31/01/2021)
Sejatinya konsep kesetaraan gender memang terus dihembuskan guna membangun kesadaran bagi para perempuan agar bisa keluar dari jeratan aturan. Berbagai isu yang disinyalir merugikan perempuan akan dihembuskan. Semisal kekerasan terhadap perempuan, eksploitasi perencanaan, diskriminasi terhadap perempuan, hidup sebagai single parent yang harus menanggung beban ganda terus diblow up ke media. Dengan mengangkat ide seolah perempuan akan nampak menderita dan tertindas.
Hal ini bisa dilihat di berbagai media bagaimana kekerasan terhadap perempuan makin meningkat. Hal ini yang kemudian menjadi motivasi untuk terus menggoreng isu kesetaraan gender.
1.178 Kasus Kekerasan Perempuan Terjadi Selama 2020. Selama tiga tahun terakhir di masa pandemi ada banyak kasus gender terjadi. Bahkan catahu 2020 mendorong peningkatan jumlah kasus kekerasan berbasis gender secara online (KBGO). Menurut Uli Pangaribuan, pengacara publik LBH Apik, menyebut dalam hampir setiap hari LBH Apik menerima enam laporan KBGO. (CNN Indonesia, 08/01/2021 )
Selama ini gagasan kesetaraan gender adalah upaya untuk membebaskan perempuan dari belenggu rumah tangga dan hal yang berbau domestik. Semua ini akibat kekeliruan cara pandang yang memandang bahwa pria dan perempuan terkait potensi masing-masing. Bahkan menolak sejumlah sifat fitri dan qadrati yang ada pada manusia.
Akibatnya salah kaprah saat memecahkan persoalan yang dialami perempuan dengan pemecahan harus dari perempuan itu sendiri. Karena sifat feminim merupakan bentukan kultur budaya begitupun saat perempuan memiliki peran sebagai ibu rumah tangga.
Namun faktanya terbantahkan dengan banyak perempuan di belahan dunia yang ikhlas menjalani sebagai ibu rumah tangga dan senantiasa ingin mendapat perlindungan dari kaum laki-laki. Bahkan para perempuan yang hidup dalam jeratan sistem kapitalis Barat mengalami kejenuhan dalam gaya hidup feminis, liberalis dan senantiasa menjadikan laki-laki sebagai saingan.
Mereka para perempuan di Barat nyaris terkungkung dalam jerat liberalis kapitalisme. Dan secara fitrahnya mereka pun mendambakan hidup sebagai perempuan sejati yang tidak ingin terus dalam persaingan antara laki-laki dan perempuan. Karena hingga ide kesetaraan gender yang dihembuskan Barat nyatanya tidak memberikan kebahagiaan yang sejati. Bahkan yang ada semakin meningkat kasus perceraian, pelecehan seksual baik di tempat umum maupun di ruang publik manapun.
Kebijakan-kebijakan dalam melahirkan peraturan dalam bentuk perundang-undangan nyatanya tidak menyelesaikan masalah perempuan. Sekalipun banyak para perempuan yang ikut berpartisipasi dalam pemerintahan ataupun memiliki keinginan persamaan di pemerintahan. Toh nyatanya peraturan dibuat sejatinya bukan untuk perempuan semata namun untuk manusia (Laki-laki dan perempuan).
Seharusnya memandang berbagai persoalan yang ada, dipandang sebagai persoalan manusia dan bisa menyelesaikan (tidak harus wanita), apalagi bila syariat telah menetapkan batasan-batasan tertentu bagi keterlibatan wanita dalam pengambilan kebijakan.
Skenario di Balik Arus Kesetaraan Gender
Adanya arus kesetaraan gender yang terus dihembuskan ke negeri-negeri muslim merupakan agenda yang dipaksakan oleh Barat melalui kaki tangannya PBB (AS dan sekutunya). Lembaga ini terus memaksa ke setiap negara-negara yang ada dalam cengkramannya. Kesetaraan gender merupakan bentuk pemberontakan dari masyarakat Barat akibat modernisasi. Hal inilah yang mengubah cara pandang bahwa perempuan harus merdeka, mandiri dan terlepas dari kungkungan para kaum Adam. Bahkan saking semangatnya mereka melupakan sifat fitrah dan qodrati dari Sang Pencipta.
Ironis ketika perempuan dijadikan sebagai objek kesetaraan gender justru hanya akan menjadi hantaman batu sistem kapitalisme yang merusak. Karena terjadi nya berbagai kasus pelecehan seksual, diskriminasi terhadap perempuan merupakan bagian dari akibat bobroknya sistem sekulerisme kapitalisme. Hal inilah semestinya yang harus disadari oleh semua para perempuan.
Kesetaraan gender merupakan bagian dari konspirasi Barat yang bertujuan ingin menghancurkan peradaban Islam. Bertujuan untuk menghancurkan keluarga-keluarga muslim. Maka yang paling difokuskan dari program ini adalah melepaskan perempuan dari jeratan aturan domestik dan berbagai aturan agama khususnya. Sehingga para perempuan ketika melepaskan aturan agama dalam hidupnya tentu yang terjadi akan mengabaikan anak-anak sebagai penerus peradaban Islam.
Maka kita bisa melihat bagaimana ketika banyak para ibu yang keluar rumah untuk aktif di kehidupan publik mengakibatkan banyak anak-anak yang broken home, hidup serba bebas,mengkonsumsi narkoba, serta kering dari nilai-nilai agama dan akhlak mulia. Bukankah ini yang dikehendaki Barat dan kita tidak menginginkannya bukan?
Upaya ini memudahkan Barat untuk mencengkram lewat berbagai aturan-aturan yang rusak serta mampu mengeksploitasi kekayaan yang ada di negeri-negeri muslim. Hal ini karena generasinya sudah rusak, pejabatnya sudah dalam kendali Barat, para perempuannya sudah lemah dan dipoles dengan lipstik kesetaraan gender.
Islam sebagai sistem paripurna yang mengatur kehidupan dan memposisikan perempuan sebagai posisi mulia. Perempuan di dalam Islam diberikan berbagai hak dan kewajiban dalam beribadah sebagai bentuk ketaatan kepada Allah. Hal yang sama pula terjadi dengan laki-laki. Karena yang membedakan laki-laki dan perempuan adalah dari segi ketaatan dan ketakwaan bukan yang lain.
يُّهَا النَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَاكُمْ مِنْ ذَكَرٍ وَأُنْثَىٰ وَجَعَلْنَاكُمْ شُعُوبًا وَقَبَائِلَ لِتَعَارَفُوا ۚ إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ ۚ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ
"Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal." (QS al-Hujurat [49]: 13).
Surat ini menyinggung tentang kedudukan wanita. Tinjauan ayat tersebut adalah kesertaan kaum wanita membangun manusia dan peradaban di seluruh bangsa. Dengan kata lain, Islam tidak pernah merendahkan derajat manusia, baik laki-laki maupun perempuan.
Islam hanya memiliki satu aturan yang berlaku dalam membeda-bedakan manusia, yaitu ketakwaan kepada Allah. Persoalan mengemuka ketika sebagian wanita bersikap ingin sebanding dengan lelaki. Mereka berpendapat pekerjaan mendidik anak atau mengurus rumah tangga hanya perkara kecil dan tidak sesuai dengan kaliber wanita intelek zaman modern.
Allah menganugerahkan potensi dan memberikan kekhususan beban taklif dalam beraktivitas karena Allah Maha Mengetahui yang terbaik untuk perencanaan itu sendiri. Adanya beban yang khusus bukan untuk bersaing tetapi semata-mata bentuk kasih sayang Allah. Ketika perempuan memberikan kekhususan di ranah domestik bukan berarti tidak mampu ikut berperan dalam pembangunan bangsa. Justru ketika para perempuan di ranah domestik mampu melahirkan generasi yang agung, mulia dan berkualitas.
Di dalam Islam kedudukan perempuan bukan hanya sebagai anak, istri, ibu tetapi juga memiliki peran sebagai hamilud dakwah. Berusaha sigap terhadap kebijakan yang merugikan umat manakala ada yang menyimpang di tengah masyarakat. Maka hal yang harus dilakukan para perempuan untuk terus mencari ilmu dan berkarya demi mewarnai peradaban dalam Islam. Hal ini sangat berbanding terbalik dengan pandangan para pegiat gender dan feminis menganggap bahwa Islam menghalangi ruang gerak serta mengekang kaum perempuan.
Kita bisa menengok sejarah bagaimana sistem khilafah mampu melahirkan para perempuan yang cemerlang dan menggoreskan tinta keemasan terkenang hingga sekarang.
Salah satu contoh tauladan yaitu Khaulah binti Malik Tsa'labah adalah wanita yang fasih bahasanya. Persoalan dengan suaminya (dalam perkataan dzihar)menjadi asbabun nuzul turunnya surat al-Mujaadilah ayat-4. Keberanian mengadukan persoalan nya kepada Allah Swt dan Rasulnya menjadi sosok wanita agung yang senantiasa mencari kebenaran.
Hal ini tampak saat mengkritisi kebijakan Umar bin al-Khattab ra. Ketika Umar menetapkan mahar wanita sebesar 400dirham karena sudah terlalu tinggi nya kadar mahar yang diinginkan wanita selama itu. Atas ketetapan tersebut Khaulah menentangnya sambil menyampaikan hujjah yakni surat an-Nisaa ayat 20.Mendengar hal tersebut Umar mencabut ketetapan tersebut dan membenarkan Khaulah. Luar bisa bukan para perempuan di masa Khilafah yang sulit ditemui di masa sekarang.
Kesetaraan gender yang digaungkan Barat tidak akan pernah mampu menyamai peradaban Islam dalam memuliakan perempuan juga melahirkan generasi terbaik.
Oleh karenanya hanya dengan sistem khilafah perempuan akan bahagia. Sementara Barat melalui kesetaraan gendernya akan melahirkan kesengsaraan abadi.
Wallahu alam bishshawab.
Oleh Heni Andriani
Ibu Pemerhati Umat
0 Komentar