Menanggapi keinginan pemerintah untuk dikritik, Apri Hardiyanti, pengamat hukum mengungkapkan bahwa demokrasi hanya menjadi slogan. Yang hadir justru wajah oligarki yang otoriter. Ketika pemerintah minta di kritik faktanya yang mengkritik justru dibungkam. Hal ini disampaikan dalam Diskusi Interaktif yang dilaksanakan secara virtual Sabtu, (20/2/2021)
Mantan
pengurus KOHATI itu juga menuturkan bahwa pernyataan Rezim mengabaikan fakta
menurunnya kebebasan sipil dalam berekspresi. Hal ini dinyatakan dalam hasil
survei Indikator Politik Indonesia (10/2020)
yang menunjukkan bahwa meningkatnya ancaman terhadap kebebasan sipil.
Beliau mengungkapkan, adanya peningkatan tiga kali lipat kasus penghukuman
kebebasan berekspresi dari masa pemerintahan SBY ke Jokowi sebanyak 233 perkara
terkait UU ITE pasal 11.
Menurutnya,
hal tersebut menunjukkan bahwa UU ITE merupakan salah satu sumber masalah dalam
upaya rakyat menyalurkan ekspresinya terhadap pemerintah. UU yang seharusnya
melindungi rakyat dalam melakukan transaksi elektronik di tengah meluasnya
penggunaan Internet, justru terus menjadi senjata untuk mengancam rakyat.
Tak
heran sebagian masyarakat memilih bungkam untuk tidak menyampaikan kritik
terhadap negara karena dalam pelaksanaan UU ITE dengan pasal karetnya,
pemerintah dan aparat justru menyalahgunakan UU tersebut untuk mempidanakan
para pihak yang mengkritik negara.
Peliknya, sering kali kritik tersebut berujung bui bahkan nyawa.
Beliau
menilai kondisi keuangan negara Indonesia yang saat ini sedang collaps
membuat isu minta dikritik ini mencuat hingga menimbulkan sorotan dari berbagai
warganet. Sehingga, alih-alih minta di kritik, pemerintah justru menutupi
kegagalan dengan kebohongan dan manipulasi. Padahal, masyarakat sudah semakin
cerdas, fakta yang muncul di tengah masyarakat tidak dapat dimanipulasi dengan
pidato dari penguasa, apalagi dengan issue yang hanya kebohongan belaka.
Masyarakat sadar bahwa wajah yang muncul dari pemerintah Indonesia saat ini
adalah negara otoritarianisme atau negara anti kritik.
Rep: Babay
0 Komentar