100 Tahun Tanpa Khilafah, Ustadz Farid Wajdi: Terjadi Malapetaka dan Dunia Menderita

  


Ustadz Farid Wajdi mengungkapkan setidaknya ada 3 substansi yang berpengaruh besar sebagai dampak ketiadaan khilafah. Hal ini disampaikan dalam sebuah acara yang berlangsung secara daring dalam rangka Peringatan 100 Tahun Tanpa Khilafah pada tanggal 6 Maret 2021. Tiga substansi itu itu adalah yang pertama, hilangnya kepemimpinan umum bagi kaum muslimin. Ketika kepemimpinan ini hilang, maka hilang pula persatuan kaum muslimin. Mustahil kita bicara tentang persatuan umat Islam bila tidak ada satu pemimpin di tengah-tengah umat. 


Yang kedua. tidak adanya Khilafah, membuat  urusan kaum muslimin tidak diatur dengan syariat. Padahal ketika syariat Islam diterapkan, umat akan mendapatkan kemuliaan dan kesejahteraan. Saat ini hampir semua kehidupan kaum muslimin diatur berdasarkan kapitalisme. Ekonominya adalah ekonomi kapitalis liberal. Politiknya juga bukan politik Islam, tetapi politik yang dikendalikan oleh Barat. Yang megatur kita adalah aturan kafir yang dibuat untuk kepentingan Barat. 


Yang ketiga, ketika tidak ada Khilafah, maka tak ada lagi negara yang mengemban Islam dan menyebarluaskannya di seluruh penjuru dunia. Beliau menjelaskan bahwa sebuah ideologi tidak mungkin tegak secara global tanpa ada negara yang mengembannya. Kapitalisme bisa menjadi penguasa global karena ada yang mengembannya, yaitu Amerika. “Amerika ngomongnya diaman-mana kan sama, bicara tentang demokrasi dan HAM,” ungkapnya. Dan ketika pemikiran ini mengglobal, Amerikalah yang berkuasa. Demikian juga Sovyet, pernah berkuasa secara global saat mengadopsi komunisme dan menyebarluaskananya. Tetapi saat ini tidak ada negara yang mengemban Islam. Tak ada yang menerapkan Islam dalam kebijakan politiknya di dunia. Akibatnya Islam tidak lagi menjadi ideologi yang mengatur umat.


Dalam paparannya beliau menggambarkan dengan sangat jelas, penderitaan kaum muslimin ini. Ibarat pepatah bersatu kita teguh dan bercerai kita runtuh,  negeri-negeri Islam yang tadinya disatukan dalam khilafah kini berubah menjadi negara kecil-kecil berdasarkan nation state yang lemah dan tidak berdaya. Maka dalam kondisi seperti ini, fungsi imam tidak ada lagi. Imam yang berfungsi sebagai  pelindung dan perisai bagi umat sudah tidak ada. 


“Lihatlah apa yang terjadi pada umat, berbagai kondlik terjadi karena ada intervensi negara-negara Barat di negeri Islam telah membawa penderitaan yang luar biasa di tengah umat. Kondlik suriah sampai sekarang sudah menyebabkan 300.000 kaum muslimin dibunuh, Dan itu terjadi akibat kekejaman Basyar Asad yang didukung oleh AS dan Rusia sampai hari ini. Ini jumlah 300.000 dibunuh, padahal kalau di Barat, beberapa orang terbunuh itu sudah heboh luar biasa. Belum lagi yang mengungsi, ada jutaan orang,” paparnya. 


Beliau menambahkan fakta yang lain, persoalan Palestina hingga sekarang juga belum tuntas. Pembunuhan terus berlagsung hingga sekarang. Pada serangan Gaza tahun 2013 saja, ada sekitar 1800 orang terbunuh.  Belum lagi konflik di Yaman sejak pecah tahun 2015, sudah 90 ribu orang terbunuh. Sekarang Yaman mengalami kemiskinan yang luar biasa dan kelaparan. 


Data dari kemiskinan global berdasarkan data dari Poverty and Shared Prosperity pada tahun 2017 menyebutkan bahwa ada kurang lebih 767 juta orang miskin di dunia. Angka itu adalah seperlima jumlah penduduk dunia saat itu, mereka hidup dengan pengeluaran kurang lebih 25 ribu rupiah per hari. Artinya ada 11 orang dari 100 orang yang hidup di bawah garis kemiskinan.  Dan dengan pandemi Covid-19, Bank dunia mempredikisi angka ini akan bertambah 150 juta orang. Ini semua terjadi karena aturan yang dipakai adalah aturan dari ideologi kapitalisme. “Itu kondisi umat ketika tidak ada khilafah,” tegasnya. 


Bukan sekedar penderitaan yang dialami, beliau juga menyatakan bahwa kemuliaan Islam juga dihinakan. Barat tanpa jera terus menghina Rasulullah dan membakar Al Qur’an. “Ini adalah sesuatu yang tidak akan dibiarkan jika di tengah-tengah umat ada Khalifah,” ujar beliau. 

 

Maka tak ada kata yang pantas mewakili gambaran kaum muslimin ketika tidak ada Khilafah selain penderitaan, malapetaka, kehancuran. SDM-nya dihabisi, SDA-nya diambil. Ini adalah suatu hal yang mengerikan. Sungguh cukup sudah 100 tahun tanpa Khilafah ini menjadi puncak penderitaan kaum muslimin. (Rep. : Kamilia M)


Posting Komentar

0 Komentar