Bencana 1 Abad Tiadanya Perisai Umat

 



 “Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah… “ (TQS ali-Imran [3]: 110)

Ayat di atas merupakan suatu pengingat dari Allah SWT bahwa umat Muslim memiliki derajat tertinggi dibandingkan umat-umat lain yang ada di tengah-tengah manusia, termasuk dari umat-umat Rasul yang diutus sebelum Nabi Muhammad SAW.

Namun bagaimana kenyataannya? Umat Muslim kini jauh dari kata terbaik. Kita dalam keadaan sakit, lemat dan menderita. Tubuh kita kini dalam keadaan kritis karena menderita penyakit kronis. Di satu sisi, umat Muslim di berbagai belahan dunia dijajah, diskriminasi, dianiaya, mengalami ethnic cleansing dan dipaksa untuk meninggalkan agamanya, seperti yang terjadi pada saudara kita di Palestina, di Suriah, di India, di Myanmar, di Xinjiang, ataupun di banyak tempat lainnya.

Di Indonesia sendiri, negara dengan jumlah Muslim terbesar di dunia, umat Muslim bukannya bangga, justru banyak yang islamophobia dengan agamanya sendiri. Banyak dari umat Islam yang justru mengadopsi akidah sekuler dan memperjuangkan nilai-nilai Barat. Sehingga tidak ada rasa keterpanggilan untuk membantu saudara-saudaranya di  belahan dunia lainnya.

Muncul pertanyaan dalam benak kita, mengapa ini terjadi? Mengapa umat Rasulullah SAW tidak memiliki kekuatan dan kewibawaan terlepas dari bersarnya jumlah umat ini? Mengapa kita tidak bisa melawan musuh ‘kecil’ seperti Israel yang secara persentase, jumlahnya jauh lebih sedikit dibandingkan umat Muslim?

Jika kita menelusuri penyebab penyakit kronis ini, maka kita akan menemukan bahwa muasal dari problematika umat saat ini adalah tiadanya negara Islam yang melindungi umat.

Setelah runtuhnya Khilafah Islamiyah pada 3 Maret 1924, umat Muslim menderita berbagai kerugian. Bencana 1 abad tiadanya perisai umat di antaranya:  Pertama, hilangnya keridhaan Allah SWT.  Keridhaan Allah SWT dapat dicapai dengan mengikuti seluruh hukum dan aturan-Nya dengan penuh ketaatan sebagaimana dipraktikan oleh Nabi Muhammad SAW. Namun, hal ini mustahil dilakukan jika tidak ada negara yang menerapkan syariat Islam secara kaffah. 

Sedangkan individu dan jamaah tidak mampu dan memiliki otoritas untuk menerapkan berbagai syariat. Sistem uqubat (hukum pidana) misalnya, individu dan jamaah tidak dapat menerapkan hukum rajam, potong tangan, qishas dan sebagainya, karena hanya negaralah yang memiliki otoritas untuk melakukannya. Oleh sebab itu, tidak adanya negara yang menerapkan Islam secara sempurna akan menjauhkan ridha Allah SWT.

Kedua, hilangnya imam atau khalifah atau amirul mukminin. Ketika hilang seorang pemimpin bagi seluruh umat, kehilangan lainnya menyusul seperti bola salju. Tidak adanya pemimpin menjadikan umat Muslim seperti anak ayam yang kehilangan induknya. Berpencar-pencar dan menjadi sasaran empuk pemangsa. 

Ketiga, hilangnya rasa aman dan jaminan keamanan yang menyebabkan ketakutan. Adanya negara Islam akan menjamin keselamatan, keamanan, serta kehormatan setiap individu Muslim. Sebagaimana pada masa Kekhilafahan Ummayah, khalifah al-Mu’tashim Billah langsung membawa bala tentaranya ketika mendengar ada seorang perempuan Muslim yang dihinakan. Namun sekarang, darah suci umat Muslim sudah tertumpah laksana lautan, namun tak ada bantuan bagi mereka, dan tak ada jaminan keselamatan bagi Muslim yang lain. 

Keempat, hilangnya ilmu pengetahuan, pendidikan dan kepedulian yang lahir dari kepibadian Islam. Pendidikan dalam Islam menjadi metode menjaga ideologi dan tsaqafah (kebudayaan) umat di dalam hati anak-anak Muslim. Tsaqafah inilah yang membangun peradaban umat dengan mencetak anak didik yang bersyakhsiyah Islamiyah sehingga terbentuklah masyarakat khas, yakni masyarakat Islami. Namun, pendidikan tersebut kini hilang. Umat didominasi kebodohan dan buta huruf yang diakibatkan oleh kemiskinan dan kepribadian yang goyah.

Kelima, hilangnya kekuatan dan jihad yang disebabkan kelemahan dan kekalahan. Jihad dan kekuatan kaum Muslim pun hilang akibat lemahnya umat saat ini. Bahkan tidak mampu berjihad untuk membela diri dan saudara kita. 

Keadaan ini telah digambarkan dalam hadits Rasulullah tentang umatnya di akhir zaman: “Hampir tiba masanya kalian diperebutkan seperti sekumpulan pemangsa yang memperebutkan makanannya. Lalu seseorang bertanya: ‘Apakah karena sedikitnya jumlah kita?’ ‘Bahkan kalian banyak, namun kalian seperti buih mengapung. Dan Allah telah mencabut rasa gentar dari dada musuh kalian terhadap kalian. Dan Allah telah menanamkan dalam hati kalian penyakit Al-Wahan. Seseorang bertanya: ‘Ya Rasulullah, apakah Al-Wahan itu?’ Nabi SAW bersabda: ‘Cinta dunia dan takut akan kematian’.”  (HR. Abu Dawud).

Keenam, hilangnya kekayaan yang disebabkan kemiskinan. Daulah sebagai pelindung harta umat pun hilang. Sumber daya alam yang seharusnya digunakan untuk kemaslahatan umat dirampok oleh para penjajah, sedangkan umat harus berkutat dalam kemiskinan untuk memenuhi kebutuhan dirinya dan keluarganya, bahkan membiayai ketamakan para penguasa.

Ketujuh, hilangnya pencerahan dan pedoman yang benar yang disebabkan kegelapan dan pedoman yang salah. Umat kehilangan pembimbing yang dapat menuntun dan memberi pencerahan. 

Kedelapan, hilangnya kehormatan dan martabat yang disebabkan penghinaan. Khilafah merupakan penjaga kehormatan dan martabat Islam dan kaum Muslim. Pasa masa Kekhalifahan Usmani, Sultan Abdul Hamid, marah besar ketika mendapat kabar Prancis akan menggelar pertunjukan teater yang menampilkan tokoh utama Nabi Muhammad SAW. Ia mengancam akan menggalakkan jihad akbar kepada Prancis jika melanjutkan pertunjukan tersebut, hingga akhirnya pertunjukan dibatalkan. Namun sekarang, karikatur Rasulullah dibuat dan disebarluaskan di negeri tersebut, namun tak ada yang mampu membela kehormatan Islam.

Kesembilan, hilangnya kedaulatan dan ketergantungan dalam membuat keputusan politik akibat ketundukan kepada negara-negara penjajah kafir Barat dan Timur. Terlepas dari luasnya wilayah dan besarnya jumlah umat Muslim, kita tetap bergantung pada PBB dan negara-negara penjajah kafir Barat dan Timur untuk menyelesaikan permasalahan kita. Padahal jelas, kebangkitan umat Islam adalah hal terakhir yang ingin mereka capai.

Kesepuluh, hilangnya keadilan yang disebabkan penindasan dan ketidakadilan. Umat Muslim ditindas dan mendapatkan perlakuan yang tidak adil di berbagai belahan dunia, namun tak ada yang menyelamatkan mereka.

Kesebelas, hilangnya keimanan dan keikhlasan yang disebabkan pengkhianatan penempatan orang yang salah pada tempat yang salah. Korupsi menjadi hal lazim di kalangan penguasa negeri-negeri Muslim. Para antek Barat dan penjajah selalu mendapatkan kursi strategis di pemerintahan, sedang mereka sendiri memiliki iman yang lemah sehingga rela untuk mengorbankan saudara-saudaranya.

Keduabelas, hilangnya sikap dan moral yang terpuji yang menyebabkan kejahatan dan sikap yang tercela. Meskipun masih banyak yang beribadah sesuai syariat Islam, umat kini tidak lagi memiliki kepribadian Islam. Perilaku dan moral mereka jauh dari nilai-nilai Islam hingga memunculkan banyak kejahatan dan perilaku tercela.

Ketigabelas, hilangnya negeri-negeri Islam dan tempat tinggal. Tidak hanya Palestina tetapi juga Andalusia (sekarang yang disebut Portugal dan Spanyol), wilayah yang luas di Asia Tengah dan Timur Jauh, Kosovo, Bosnia, Kashmir dan yang lainnya, yang menyebabkan jutaan imigran, gelombang pengungsi dan pendeportasian

Keempatbelas, hilangnya tempat suci dan akibatnya kaum Muslim dilarang shalat di Masjid Al-Aqsa selama 50 tahun sampai saat ini. Kami juga menyesalkan untuk mengatakannya pada Anda bahwa dua masjid lainnya pun yaitu Masjid Al-Haram dan Masjid Al-Nabawi tidak di dalam kondisi yang diinginkan.

Kelimabelas, hilangnya kesatuan dan integritas umat Muslim. Kesatuan dan integritas umat hilang diakibatkan terpecahnya negeri kaum muslim menjadi 56 bagian yang tidak sah, dan AS tengah bekerja keras menciptakan bagian ke 57 di Palestina, ke 58 di gurun Afrika barat dan ke 59 di Timor Timur.

Wahai Saudaraku, begitu banyak kita sudah kehilangan. Khilafah sudah menjadi sebuah kebutuhan yang keberadaannya tidak dapat ditawar-tawar lagi. Di saat ini pula para musuh-musuh Islam berusaha lebih keras untuk membendungnya. Namun yakinlah, kemenangan Islam tidak lama lagi, sebagaimana firman Allah SWT, “Dan sesungguhnya telah tetap janji Kami kepada hamba-hamba Kami yang menjadi rasul,(yaitu) sesungguhnya mereka itulah yang pasti mendapat pertolongan.Dan sesungguhnya tentara Kami itulah yang pasti menang.” (QS. ash-Shaffat: 171-173)

Sungguh kemenangan telah Allah janjikan, marilah kita berusaha lebih keras agar menjadi bagian dari kemenangan ini. Wallahu a’lamu bishawab.[]


Oleh Ria Anggraini, S.Hum.



Posting Komentar

0 Komentar