Benci Produk Asing, Nurul Shantiwardhani, SE: Sekadar Lip Service

 



Seruan pemerintah untuk benci produk asing memang menimbulkan polemik di sebagaian kalangan. Namun bagi sebagian kalangan lain yang seringkali mengalami kontradiksi ini seolah memang sudah hampir tak lagi memiliki harapan. Apalgi seruan pemerintah ini disusul dengan kebijakan yang memberikan ijin impor beras sebanyak 1 juta ton. Terkait ini tim MuslimahJakarta.com mewawancarai seorang anggota Dewan Pakar Serikat Tani Islam Indonesia yang sekaligus Ketua Bidang Organisasi Pilar Himpunan Kerukutan Tani Indonesia (HKTI), ibu Nurul Shantiwardani, SE.

Beberapa waktu yang lalu pemerintah menyerukan untuk mencintai produk dalam negeri dan membenci produk asing. Bagaimana pendapat bu Nurul terkait hal ini?

Ini sudah biasa dan seringkali dilakukan oleh para pejabat negara, sekadar "lips service" untuk memberikan ketenangan dan prediksi yang baik-baik walaupun kadang implementasinya tidak sesuai dengan rencana semua

Pernyataan itu sempat di luruskan oleh Mendag. Dan faktanya 2 hari setelah seruan itu digaungkan, pemerintah memberi ijin impor beras sebanyak 1 juta ton. Dan kabarnya Mendag sudah mengantongi ijin terkait impor ini. Bagaimana pendapat bu Nurul selaku pihak yang sering bersentuhan dengan para petani?

Kembali lagi "wong cilik" hanya bisa menerima pasrah atas kebijakan yg dibuat oleh para pemangku kepentingan, karena tidak bisa juga para petani ini komplain langsung kepada pemerintah?!_

Menurut bu Nurul, mengapa pemerintah kesannya sulit sekali utk menekan kran impor ini?

Karena memang rencana kerja pemerintah tidak fokus terhadap satu persoalan, walaupun kementerian sudah dikelola oleh para pakar, tapi konsistensi pemerintah terhadap ketersediaan SDA dan SDM kita masih sangat jauh dari yang kita harapkan. Berbeda dengan negara Asia lainnya yang sudah maju di bidang agri seperti Thailand, Jepang, Korea dan lain-lain. Bahkan di Amerika suatu kebanggan jika mereka menjadi petani, disana mereka benar-benar didampingi, dibimbing dan disubsidi petaninya._

Kira-kira apa yang bisa dilakukan oleh rakyat ke depannya jika hal2 seperti ini terjadi lagi? Dan bagaimana seharusnya kita menyikapi kondisi ini?

Rakyat harus lebih vokal menyuarakan hati nuraninya, jika melalui wakil rakyat, pilihlah wakil kita yg amanah, sidiq, tabligh dan fatonah. Upaya meminta dan mendorong pemerintah harus dilakukan terus menerus dan berkesinambungan agar terketuk hati para pemimpin dengan melihat kondisi rakyat kecil ini. Setelah maksimal upaya kita, saatnya kembalikan lagi kepada kehendak Allah swt.

Posting Komentar

0 Komentar