Musibah datang kian berganti dari mulai sakit, kehilangan orang yang dicintai, harta yang dimiliki raib entah kemana, ataupun nyinyiran saat menyampaikan kebenaran. Apa yang kamu rasakan kawan? Tentu sedih, lara hati, stres hingga ada orang yang mengalami depresi.
Hal ini pula yang kerap melanda para hamlud dakwah, para aktivis kebenaran atau siapa pun. Sesuatu hal yang normal tetapi jika tidak ada landasan iman yang kuat akan terjerumus ke dalam lubang kefuturan hingga jurang keputusasaan yang mendalam. Naudzubillah min dzalik.
Sejatinya bagi seorang muslim adanya musibah merupakan sebuah kado cinta dari Allah Swt. Bahwa Allah sangat merindukan keluh kesahmu di setiap penghujung malam mu. Dia merindukan segala rintihan dan ibaan dari hamba-Nya. Kekuatan iman dan kokohnya akidah, segala musibah yang dihadapi akan mudah dilampaui. Ini pula yang membuat seseorang menjadi dewasa dan yakin akan pertolongan Sang Pencipta.
Bagi seorang penyeru kebaikan di akhir zaman selayaknya terus bertaqarub kepada Allah Swt. Berbagai hambatan, rintangan, kemalasan dalam berdakwah hingga musibah yang dihadapi diri sendiri serta keluarga tidaklah membuatnya putus asa apalagi meninggalkan dakwah.
Bukan hanya kita saja yang mengalami musibah. Bahkan orang mulia yakni Rasulullah saw. kerap melanda dan menghampiri kehidupannya berupa kesedihan, nyinyiran bahkan ancaman pembunuhan yang terus meneror kehidupan beliau. Kesedihan beliau pun mengalami titik puncak saat ditinggalkan istri serta paman tercinta yang selalu membelanya. Rasulullah saw. kemudian oleh Allah Swt dihibur dengan peristiwa Isra Mi'raj.
Menghadapi setiap musibah bagi seorang muslim terlebih pengemban dakwah adalah dengan berusaha rida terhadap qadha-Nya. Jangan pernah menyalahkan Sang Pencipta apalagi hingga mencerca. Karena sesungguhnya di balik musibah yang melanda ada banyak hikmah dan ibrah yang bisa diraih.
Adanya musibah sebenarnya untuk menaikkan level seseorang hingga di puncak tertinggi. Merenungi dan berintrospeksi diri menjadi solusi agar diri menjadi hamba Allah yang sejati. Mereka yang mampu melewati setiap musibah diri akan lahir menjadi pribadi yang taat, kuat dan tangguh. Ketika lulus dari madrasah ujian ini maka akan merasakan manisnya buah keimanan.
Rasulullah saw. bersabda
"Aku kagum terhadap urusan orang yang beriman, karena seluruh urusannya merupakan kebaikan baginya. Jika mendapatkan kesenangan ia bersyukur, maka syukur menjadi kebaikan baginya. Jika ditimpa kesulitan ia bersabar, maka bersabar menjadi kebaikan baginya. Hal seperti ini tidak akan didapati pada seseorang kecuali orang yang beriman". (HR Muslim dari Suhaib).
Jika ingat sejarah di masa Islam jaya, kita bisa mengambil ibrah dari peristiwa yang menimpa keluarga Yasir. Di sini ditunjukkan saat musibah menimpa, berupa penyiksaan yang begitu luar biasa menguras air mata. Keluarga yang bukan dari kalangan banyak harta atau pun tingginya jabatan.
Namun demi keimanan dan membela agama Allah, mereka rida dengan segala konsekuensi dari keimanan. Kesedihan tentu dirasakan oleh seorang pemuda seperti Ammar tetapi tidak pernah sedikitpun mundur dari perjuangan. Semua ini buah dari rasa cinta dan rida terhadap segala ketentuannya dari Allah Swt. Pada akhirnya kesabaran dan keridaan menghantarkan hamba yang taat kepada surga yang dijanjikan oleh Allah Swt yang tidak menyalahi janji-Nya. []
Wallahu a'lam bishshawab.
Oleh Heni Ummu Faiz
Ibu Pemerhati Umat
0 Komentar