Perang Badar merupakan perang pertama yang dialami oleh kaum muslimin. Dalam perang tersebut, kemenangan mutlak disematkan pada pengikut Nabi saw. Kekalahan telak yang dialami oleh 1000 pasukan kaum Quarisy bukan hanya membawa rasa malu, namun juga dendam di dada mereka.
Quraisy yang selama ini merupakan suku terhormat di kalangan bangsa Arab dan selalu menang bila bertanding melawan siapapun, harus menerima kekalahan pada negara kecil yang baru berumur dua tahun. Saat itu kaum muslimin bukan hanya mengalahkan entitas politik namun juga kekuatan militer kaum Quraisy.
Dalam situasi ini, ada beberapa pihak yang menganggap keperkasaan dan kemenangan kaum Muslimin merupakan ancaman yang serius bagi posisi agama dan ekonomi mereka. Mereka adalah, pertama, pihak kaum Musyrikin, baik mereka yang berada di Makkah maupun di Madinah. Karena banyaknya tokoh Quraisy yang mati dalam perang badar.
Kedua, orang-orang Munafik di Madinah yang sebelumnya memang berteman karib dengan Yahudi. Mereka adalah yg tidak ada pilihan kecuali masuk Islam, karena kaum musyrikin di Madinah adalah entitas yg minoritas, melawan Nabi jg tak mampu. Sehingga pilihannya adalah masuk Islam.
Ketiga adalah orang Badui. Mereka merupakan entitas masyarakat yang tidak peduli dengan iman. Mereka hidup di sekitar Madinah, tapi pekerjaan mereka adalah perampok ataupun pembegal. Mereka khawatir, bila Islam tegak di Madinah maka profesi mereka akan tersingkirkan. Ketakutan mereka terhadap kemenangan kaum muslimin adalah terkait tentang pekerjaan.
Terakhir dan yang akan dibicarakan adalah entitas Yahudi. Mereka terbakar dengan kedengkian dan kebencian kaum Muslimin. Seperti dalam firman Allah “Sesungguhnya kamu dapati orang-orang yang paling keras permusuhannya terhadap orang Beriman ialah orang-orang Yahudi dan orang-orang Musyrik” (Al Maidah, 82)
Sifat asli Yahudi yaitu selalu melakukan adu domba, termasuk yang mereka lakukan antara sahabat dari Aus dan Khazraj. Mendengar adu domba dari Syas bin Qois, seorang tokoh Yahudi, dua suku asal Madinah yang selalu bermusuhan sebelum mereka masuk Islam, tersulut amarah. Yahudi berhasil menimbulkan huru hara di tengah kaum muslimin Madinah dan hampir terlibat adu fisik.
Mendengar hal ini, Rasulullah saw bersabda, “Wahai semua orang Muslim, Apakah masih ada seruan jahiliyah, padahal aku masih ada di tenga-tengah kalian, setelah Allah menunjuki kalian untuk memeluk Islam, memuliakan kalian, memutuskan urusan jahiliyah dari kalian, menyelamatkan kalian dengan Islam?”
Bani Qoinuqo’ Diusir
Mendengar kemenangan Kaum Muslimin di perang Badar, justru kelaliman Kaum Yahudi semakin menjadi. Mereka semakin berani dan lancang. Meraka mengolok-olok, mengejek dan mengganggu orang-orang Muslim yang datang ke pasar mereka. Bahkan mereka juga mengganggu wanita Muslimah.
Setelah beberapa kali melanggar perjanjian dan Rasul masih mendiamkan, akhirnya ada peristiwa pemicu yang tak bisa dibiarkan lagi. Suatu saat seorang wanita Muslimah datang ke pasar mereka dengan jilbabnya, diam-diam ujung bajunya dikaitkan sehingga tersingkap. Kemudian datanglah pemuda Muslim dan membunuh sang Yahudi yang akhirnya pemuda Muslim itu juga diikat dan dibunuh.
Kejadian yang sudah kesekian kalinya ini membuat Rasul geram, hingga Rasul mengerahkan pasukan ke arah benteng mereka untuk meminta pelaku pembunuhan tersebut. Rasul mengepung mereka selama 15 hari hingga akhirnya mereka menyerah.
Pada awalnya mereka semua akan dieksekusi mati oleh Rasul, namun tokoh munafik yang juga menjalin hubungan erat dengan Yahudi, Abdullah bin ubay meminta Rasul untuk menyelamakan mereka. Abdullah bin Ubay mengatakan, "Berbuat baiklah dengan sekutu-sekutuku."
Akhirnya Rasul mau memperhatikan apa yang dikatakan oleh munafik ini, karena desakannya itu beliau mau bermurah hati kepada mereka. Akhirnya Rasul memerintahkan Yahudi Bani Qoinuqa’ meninggalkan Madinah sejauh-jauhnya tanpa barang-barang. Sementara harta benda mereka dijadikan harta rampasan termasuk pasar, rumah dan lain-lain. Maka mereka ke perbatasan Syam dan tidak berapa lama kemudian banyak diantara mereka yang meninggal dunia.
Begitulah nasib orang-orang Yahudi yang selalu memfitnah, mengolok-olok, juga mencaci-maki kaum muslimin. Sampai saat ini perbuatan mereka masih sama terhadap kaum muslimin. Masyarakat muslim saat ini sudah menjadi korban dari perbuatan mereka. Diusir dari negerinya sendiri seperti yang terjadi di Palestina.
Pada saat Daulah Khilafah telah lemah pun Sultan Abdul Hamid tetap tak mau melepaskan Palestina ke tangan Yahudi. Pada 1896 Theodor Herzl, tokoh Yahudi memberanikan diri untuk menemui Sultan Abdul Hamid II sambil meminta izin mendirikan gedung di al-Quds.
Permohonan itu dijawab Sultan dengan penolakan tegas. Sang Sultan berkata, "Palestina bukan milikku, bukan pula milik kesultanan Ottoman. Tanah Palestina milik kaum muslimin. Tanah itu direbut dan dipertahankan dengan genangan darah. Meski terpotong-potong tubuhku, selama aku masih hidup, itu lebih ringan daripada Palestina terlepas dari kesultananku. Aku tidak akan berikan tanah Palestina kepada Yahudi, meski sejengkal tanah sekalipun! Demi Allah aku bersumpah! Selama masih ada kesultanan Ottoman aku tidak akan mengizinkan orang Yahudi berada di Palestina. Kalian simpan saja uang kalian. Nanti jika Ottoman runtuh, boleh jadi kalian menguasai Palestina secara gratis. Pulanglah!" (Sindonews.com 11/5/2020).
Begitulah penjagaan seorang Kholifah pada umat dan harta milik umat. Saat ini, seratus tahun sudah kaum Muslimin tak ada penjaga, kejayaan umat yang menaungi seluruh dunia telah sirna. Kini bertubi-tubi kaum Muslimin ditimpa musibah, mulai musibah kemanusiaan sampai lingkungan, tak ada yang terlewat.
Peran Yahudi sebagai aktor intelektual di balik layar dan berbagai aktivitas gelapnya yang mempermainkan peta politik dunia, bukanlah rahasia lagi. Kaum Kapital yang sedang berkuasa saat, telah mengusai dunia dengan terus menggerus kekayaan alam dengan rakusnya. Hal ini harus dihentikan.
Maka umat harus mempunyai perisai agar bencana di dunia ini tak terus berulang, Perisai itulah Khilafah Islamiyah yang akan menegakan keadilaan dan mengusir Yahudi seperti nasib Bani Qoinuqo’saat itu. []
Wallahu’alam
Sumber :
‘Sirah Nabawiyah’, Syaikh Safiyurrahman Al Mubarakfury
Ngaji Shubuh, 29/1/2021, Pengusiran Bani Qoinuqo’, https://www.youtube.com/watch?v=drBV_dV1tas&t=1641s
Oleh Ruruh Hapsari
0 Komentar