Bulan Ramadan, Bukti Cinta-Nya kepada Umat Muhammad


Marhaban ya Ramadan, ahlan wa sahlan ya syahrul mubarak, selamat datang bulan yang penuh dengan kemuliaan. Bulan yang di dalamnya penuh dengan rahmat, ampunan serta keberkahan. Bulan yang hari-harinya dipenuhi dengan ibadah kepada Allah Swt. Hanya di bulan Ramadan saja Allah mewajibkan hambanya untuk berpuasa selama satu bulan penuh.

Allah Swt berfirman dalam Quran surat Al Baqarah ayat 183:

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُوْنَۙ

Yang artinya: "Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa,"

Dalam ayat tersebut jelas sekali Allah Swt mengajak para hambanya yang beriman untuk melaksanakan ibadah puasa, supaya mereka menjadi orang-orang yang bertakwa. Sebagaimana yang dijelaskan oleh Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-Sa’di dalam tafsirnya As-Sa’di, bahwa makna ayat tersebut, ketika Rasulullah saw. berhijrah ke Madinah dan menjadi negeri Islam, maka syariat mulai turun dan berkelanjutan. Pada ayat-ayat sebelumnya telah disebutkan hukum mengenai qishas, wasiat, dan muraqabatullah dalam melaksanakan hukum-hukum tersebut. Lantas di antara hal yang dapat mewujudkan ketakwaan seorang muslim adalah dengan berpuasa. 

Maka Allah Ta’ala menurunkan kewajiban puasa pada tahun ke dua hijriah, seraya menyeru umat muslim dengan label keimanan, “wahai orang-orang yang beriman” dan memberitahukan mereka bahwa Dia mewajibkan puasa kepada mereka, sebagaimana telah diwajibkan kepada umat-umat sebelumnya, “Diwajibkan atas kalian berpuasa sebagaimana diwajibkan kepada umat-umat sebelum kalian.” Lantas Allah Ta’ala menyebutkan alasan turunnya kewajiban itu dengan firman-Nya “Agar kalian bertakwa” yaitu menyiapkan kalian agar bertakwa dengan melaksanakan perintah-perintah Nya dan menjauhi segala larangan Nya, karena dalam ibadah puasa terdapat pengawasan dari Allah Swt.

Pelajaran yang bisa dipetik dari ayat tersebut, kewajiban berpuasa di bulan Ramadhan, puasa mendidik mukmin untuk semakin bertakwa, puasa dapat menghapuskan dosa berdasarkan hadis, “Barangsiapa yang berpuasa Ramadhan didasari keimanan dan mengharap pahala dari Allah, akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu.”

Di dalam tafsir Ibnu katsir juga menjelaskan mengenai ayat tersebut, Allah meyerukan kepada orang-orang yang beriman dari umat ini dan memerintahkan mereka untuk berpuasa. Puasa berarti menahan diri dari makan, minum, dan bersetubuh, dengan niat yang tulus karena Allah karena puasa mengandung penyucian, pembersihan, dan penjernihan diri dari kebiasaan-kebiasaan yang jelek dan akhlak yang tercela. Karena puasa dapat menyucikan badan dan mempersempit jalan syaitan.

Para ulama menyebutkan bahwa puasa adalah sebuah ibadah yang lebih utama dari ibadah lainnya, dikarenakan puasa tidak bisa dimasuki oleh riya’ seperti ibadah-ibadah lain. Demikian al-Mazari dan selainnya mengungkapkan. Ia meriwayatkan sebuah hadist yang berbunyi, “Dalam ibadah puasa itu tidak terdapat riya’. Sebab, setiap amalan dapat disaksikan melalui gerakan tubuh orang yang mengamalkannya, sedangkan puasa tidak demikian karena ia terletak pada niat orang itu, yang tidak diketahui oleh orang lain. Al-Baihaqi juga meriwayatkan hadist ini dalam kitabnya Sya’bul Iman. 

Al-Qurthubi pun menjelaskan, “Jika amalan-amalan lain dapat dimasuki oleh riya’, maka puasa tidak demikian;  Ia tidak dapat diketahui secara pasti oleh selain Allah. Karena itulah Allah Swt menisbahkan puasa itu kepada diri-Nya.”

Ibnu al-Jauzi mengatakan, “Semua ibadah yang dilakukan dapat dilihat orang sehingga sangat sedikit niat pelakunya yang tidak bercampur dengan niat lain selain karena Allah, kecuali puasa.”

Dibandingkan dengan ibadah lainnya, hanya ibadah puasa  Allah saja yang mengetahui besar pahalanya. Para ulama menyebutkan bahwa maksud firman Allah, “… maka aku sendirilah yang akan memberikan ganjarannya,” adalah hanya Aku yang mengetahui kadar pahala yang akan diterima oleh Hamba-Ku yang berpuasa itu, dan berapa kali lipat pahala itu akan digandakan. Al Qurthubi mengatakan, “Maknanya adalah: amalan-amalan lain dapat diketahui kadar pahalanya oleh manusia karena ada ketentuan untuk itu, dimana setiap amalan akan digandakan pahalanya sepuluh hingga tujuh ratus kali lipat, sesuai kehendak Allah Swt. Tapi puasa tidak demikian, dimana Allah akan memberikan pahalanya tanpa ketentuan tersebut.”

Rasulullah saw bersabda, “Setiap amalan baik anak Adam akan dilipatgandakan pahalanya baginya, Setiap kebaikan akan dilipatgandakan sepuluh sampai tujuh ratus kali lipat sesuai kehendak Allah. Allah berfirman, ‘Kecuali puasa; Puasa adalah kepunyaan-Ku dan Akulah yang akan memberikan ganjarannya.” (HR. Muslim). Maksudnya adalah Allah sendirilah yang secara langsung memberi pahalanya dengan ketentuan yang hanya Dia sendiri yang menghendakinya.   

Puasa juga merupakan ibadah yang paling disukai oleh Allah Swt dan paling diutamakan oleh-Nya. Firman-Nya dalam hadist tersebut (Puasa adalah milik-Ku) menunjukkan bahwa puasa ini memang lebih utama dari ibadah-ibadah lainnya. Dalam sebuah riwayat dari an-Nasa’I dan selainnya disebutkan sebuah hadist yang berbunyi, “Hendaklah engkau berpuasa karena sesungguhnya puasa itu tiada bandingannya.” 

Begitu utamanya puasa, hingga Allah Swt menyediakan pintu khusus bagi mereka hambanya yang berpuasa untuk memasuki surga-Nya. Pintu itu bernama “ar-Rayyan”  Rasulullah Saw bersabda, “Sesungguhnya di dalam surga itu ada pintu masuk yang disebut ar-Rayyan. Orang-orang yang berpuasa akan masuk surga melalui pintu tersebut. Tidak ada seorangpun selain mereka yang dapat memasuki surga lewat pintu tersebut. Jika mereka semua sudah memasukinya, pintu itu segera ditutup sehingga tidak ada selain mereka yang bisa masuk setelah itu (HR. Bukhari & Muslim). 

Dan masih banyak lagi keutamaan-keutamaan yang lainnya dari puasa, seperti halnya penisbatan yang Allah berikan untuk kata puasa ini kepada-Nya, puasa sebagai kaffarat atau penebus dosa, bahkan dikatakan pahala amal saleh apapun selain puasa bisa habis nantinya di akhirat untuk membayar kezaliman yang pernah dilakukan kepada sesama mahluk. Dalam sebuah riwayat dari Ibnu ‘Uyainah disebutkan, “Pada hari kiamat kelak, Allah Swt akan menghisab hamba-Nya dan mengambil amal salehnya untuk diberikan kepada orang-orang yang telah dizaliminya di dunia ini, sehingga tidak tersisa lagi amal salehnya itu sedikit pun kecuali puasa. Kalau kezalimannya masih ada, Allah akan menanggungnya sendiri, lalu memasukkan hamba itu ke dalam surga dengan puasanya itu.” 

Begitu Maha Pengasih dan Penyayang Allah Azza wa Jalla kepada hamba-hamba-Nya, masih diberinya waktu dan kesempatan bagi kita semua untuk dapat menjalani ibadah puasa di tahun ini, Semoga kita semua mampu menjalaninya dan meraih semua keutamaan-keutamaannya.[]

Wallahu a’lam bishshowab.


Oleh Anjar Rositawati



Posting Komentar

0 Komentar