Mungkin sebagian orang sudah mengenal kata julid. Kata ini dipopulerkan artis fenomenal Syahrini yang berarti iri, suka nyinyir, kekanak-kanakan, menghina dengan tujuan menjatuhkan orang lain. Perilaku ini semakin menjadi di masyarakat manakala sering dilakukan oleh orang-orang terkenal, pejabat atau orang yang memiliki pengaruh besar. Hal ini menjadi sebuah pelegalan bahwa nyinyir atau menghina sesuatu apa saja sesuatu yang biasa.
Bisa kita lihat bagaimana para netizen di negeri ini jika berkomentar sangat pedas, tak memiliki adab sama sekali hingga menuju kesyirikan atau kemurtadan secara tidak langsung. Ironis ada sebagian dari para buzzer merasa puas saat melakukan komentar komentar pedas karena rasa iri dengki sudah menyelimuti hatinya. Naudzubillah.
Sifat julid seharusnya bagi seorang muslim dijauhi. Perilaku ini sangat berbahaya karena apabila julid terhadap agamanya sendiri, akan menjerumuskan pada kemurtadan. Alam demokrasi sangat menumbuh-suburkan sikap julid. Hal ini terjadi karena ada poin kebebasan berpendapat. Dengan dalih ini seolah bahwa boleh berpendapat, boleh berkomentar dengan bebas semau hati. Akibatnya banyak pelecehan terhadap nabi, kitab suci atau ajaran Islam dan para ulama yang dilakukan oleh mereka yang terjangkiti sifat julid.
Di dalam sejarah Islam dan di sirah Nabi saw sering diceritakan para pemilik sifat julid. Salah satu pembesar Quraisy sekaligus paman Nabi Muhammad saw adalah Abu Jahal. Abu Jahal terkenal dengan perilaku buruknya terhadap Rasulullah. Kejulidannya semakin menjadi manakala Rasulullah memproklamirkan dirinya sebagai Nabi dan Rasul Allah.
Ketidaksukaan berusaha dia tebarkan ke seluruh para pembesar Quraisy dengan tujuan agar semakin banyak orang yang tidak menyukai Nabi. Abu Jahal sangat merasa terancam terhadap kenabian Rasulullah karena akan tersaingi pengaruhnya di masyarakat Arab pada masa itu. Komentar-komentar pedas terhadap Nabi sering dilontarkan dan menghimpun kekuatan untuk mengalahkan opini umum tentang Islam di masyarakat Arab.
Sekilas tentang Abu Jahal Si Julid
Abu Jahal nama lengkapnya adalah Abu Jahal bin Hisyam. Orang Quraisy biasa memanggilnya Abul Hakam. Ia termasuk orang yang terpandang di kalangan kabilah Quraisy. Dia adalah orang kafir Quraisy yang selalu menghalang-halangi dan memusuhi Nabi Muhammad saw. Ejekan dan hinaan sering sekali dilontarkan dari mulutnya, menganggap Nabi gila “Hai Muhammad, apalagi yang hendak kau katakan hari ini?” suara Abu jahal dengan nada mengejek. “Ada berita penting yang harus kusampaikan,” Jawab Nabi, tenang.
“Apa itu?”
“Semalam aku telah isra’ ke Baitul Maqdis,”
“Haa…ha…gila. Kaumku! Kemarilah kalian semua! Ada berita penting dari Muhammad!” Abu Jahal memanggil orang-orag kafir Quraisy sambil terbahak-bahak.
Dalam waktu singkat penduduk mengelilingi Nabi.
“Ada apa lagi ini?” Tanya orang-orang Quraisy kasak kusuk.
“Muhammad selalu membuat ulah yang aneh-aneh, “kata kaum kafir Quraisy.
Tidak lama kemudian Nabi Muhammad saw bercerita tentang pertemuannya dengan para Nabi. Mereka bahkan melakukan salat berjamaah.
“Kalau kau memang bertemu para Nabi, bagaimana penampilan mereka itu? tanya Abu Jahal dengan berlagak menyelidik.
“Nabi Isa bertubuh sedang, tidak jangkung dan tidak pendek, warna kulitnya kemerahan. Kalau Nabi Musa bertubuh kekar dan jangkung. Kulitnya agak kehitaman. Sedangkan Nabi Ibrahim lebih mirip diriku,“ Kata Rasullullah saw.
“Ah cerita seperti itu bisa dikarang! Siapa yang bisa meyakinkan kebenaran omongannya?”orang-orang Quraisy tetap tidak puas. Mereka lupa bahwa sejak kecil sampai dewasa (berusia 40 tahun) Rasulullah tidak pernah sekalipun berbohong.
“Bagaimana kami bisa percaya pada kata-katamu? Perjalanan yang begitu jauh engkau tempuh dalam waktu semalam saja?” Tanya seorang pemuka Quraisy.
Akhirnya Nabi bercerita lagi mengenai pertemuannya dengan beberapa kafilah yang sedang menuju Makkah. Mereka baru akan tiba sore itu. Nabi menggambarkan ciri-ciri kafilah tadi dengan menjelaskan warna unta yang paling depan beserta bawaannya dan Nabi memberikan petunjuk arah pada kafilah yang tersesat.
Karena rasa penasarannya orang-orang Kafir Quraisy segera pergi dan mencari kafilah yang diceritakan Nabi tadi. Ternyata keterangan Nabi benar. Meskipun demikian, kaum kafir yang sesat itu masih tidak mempercayai mukjizat yang diterima Rasulullah. Mereka enggan mengimani Allah dan Rasul-Nya.
Hampir di setiap zaman perilaku seperti ini tetap saja menjangkiti bagi mereka yang enggan mau berpikir. Kemewahan dunia menjadi batu pijakan untuk terus meraih kenikmatan sesaat. Sikap julid akan senantiasa hadir manakala keimanan tidak dipupuk dalam sebuah kajian keislaman.
Sejatinya bagi seorang muslim pada saat mau melakukan sebuah perbuatan seharusnya dipikir matang-matang. Karena setiap perbuatan akan diminta pertanggungjawaban di akhirat kelak. Menumpas sikap julid akan menghindarkan dari perbuatan yang menjerumuskan seseorang ke dalam api neraka. []
Wallahu a'lam bishshawab.
Oleh Heni Ummu Faiz
Ibu Pemerhati Umat
0 Komentar