Kajian Dhuha Ramadan Ramadan Bulan Ketaatan dan Pengorbanan. Hanin Sayyidah : Takwa Adalah Taat Syariat Secara Kafah


Menyikapi Ramadan kali ini, Ustazah Hanin Sayyidah mengingatkan bahwa bulan suci yang penuh ampunan ini adalah momen penggemblengan diri, untuk berada dalam ketaatan dalam 11 bulan kedepan. Beliau mengutip penjelasan QS. Al-Baqorah : 183 saat mengisi Kajian Dhuha Ramadhan yang diselenggarakan secara virtual, Ahad, 18/04/2021. 

Dalam rangkaian kajian tersebut, beliau mengutip definisi takwa dengan sebuah ilustrasi dari Abu Hurairah, dikatakan takwa itu bagaikan sebuah duri, 

“Jika engkau melihat duri apa yang engkau lakukan? Maka si Fulan yang bertanya berkata : ‘aku akan menghidar darinya, mungkin mundur dan tidak melewatinya’, kemudian Abu Hurairah mengatakan ‘ya itulah taqwa’ “.

Beliau menambahkan bahwa sebagian ulama mendefinisikan takwa adalah taat perintah dan menjauhi larangan. “Jadi, jika kita melihat pada ilustrasi yang dikemukakan oleh Abu Hurairah, maka setiap manusia pasti akan mengalami suatu kondisi masalah dan Allah memberikan panduan nya berupa syariat, perintah dan larangan. Itu menjadi rambu-rambu yang kemudian harus diikuti sebagai suatu bentuk perintah ketaatan kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala”, tegasnya. 

Beliau menegaskan kembali bahwa sangat jelas bahwa di dalam bulan ramadan, perintah takwa menjadikan seseorang itu taat syariat kemudian menjauhi kemaksiatan. 

Beliau menjabarkan ternyata syariat yang dimaksud tidak terbatas hanya pada seputar masalah-masalah Individualis karena ada aturan Allah yang mencakup hubungan manusia dengan manusia yang lain, yaitu syariat yang bersifat sosial. Kemudian dalam kajian tersebut, Ustazah Hanin juga mengungkapkan bahwa selama ini sering dipahami bahwa syariat yang dimaksud adalah hubungan kita dengan Allah saja, seperti salat, zakat, puasa dsb, tetapi kadangkala kita lupa bahwa ada syariat yang sebegitu banyak diperintahkan oleh Allah di dalam Alquran, yang bahkan ada 97% isi Alquran yang berkaitan dengan aktivitas muamalah, hubungan manusia dengan manusia yang lain. Maka di sini dapat kita simpulkan bahwa syariat adalah semua hal yang Allah perintahkan, syariah yang kafah, yang kemudian diminta sebagai derajat takwa yaitu ketika kita mentaati semua syariat Allah secara kafah, sehingga kita tidak bisa memilih-milih syariat. 

Fakta di Indonesia, banyak kaum muslimin yang melaksanakan syariat hanya sebagian saja, seperti melaksanakan puasa namun tidak melakukan jihad. Padahal keduanya memiliki redaksi kewajiban yang sangat persis, tapi pada realitanya hanya puasa yang dipilih. Berarti ada yang belum sempurna dilakukan oleh kaum muslimin. Tentu hal itu adalah sebuah institusi karena perintah jihad hanya dapat diterapkan jika ada institusi politik yang menggerakan, yaitu intitusi politik yang berasaskan kepada akidah Islam untuk mengarahkan umat Islam agar berislam secara kaffah, itu kita butuhkan sekarang dan harus diupayakan ada, tegasnya. 

“Aku diperintahkan untuk memerangi manusia sampai mereka mengatakan ‘aku bersaksi bahwa tiada tuhan selain Allah dan Muhammad adalah Rasulullah’ jadi penerapan syariat Islam untuk meninggikan panji-panji tauhid, yang menghilangkan sembahan selain kepada Allah dan sembahan-sembahan selain Allah itu tidak cuma masalah bersujud dalam skala lima waktu saja, tetapi sembahan itu adalah mengambil semua aturan-aturan yang berasal dari Allah. Dan aturan-aturan dari Allah itu bisa ada dan dilaksanakan kafah ketika syariat Islam itu diterapkan secara kafah dan diterapkan secara kafah itu dalam tingkat satu institusi politik yaitu Khilafah Islamiyah ‘ala minhajin Nubuwwah. 

Ustazah Hanin mengingat kita dengan sebuah kutipan Surah tentang janji Allah untuk mendorong kita agar bertaqwa secara kafah, 

“Seandainya penduduk negeri beriman dan bertaqwa, pasti Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi... “ (QS. Al-Araf: 96).

Reporter: Babay.

Posting Komentar

0 Komentar