Sebelum Rasulullah lahir di dunia, dua peradaban besar sudah berdiri. Itulah Peradaban Persia dan Romawi. Peradaban Persia di sebelah timur, seluas 7,4 juta kilometer persegi dan penguasanya bergelar Kisra. Sedang Romawi berkuasa di sebelah barat seluas 5 juta kilometer persegi termasuk seluruh Eropa dan laut Maditerania. Banyak peninggalan dari mereka sampai saat ini yang masih tegak berdiri.
Pada peristiwa Hijrah ke Madinah pada 622 Masehi, Persia berusia sekitar 1200 tahun dan Romawi sekitar 650 tahun. Bisa dibayangkan bahwa Daulah Islam yang dipimpin Rasul, berada di tengah-tengah peradaban yang usianya sangat jauh melewati peradaban Islam. Walaupun terjepit di tengah dua peradaban raksasa, namun Rasulullah tidak gentar menghadapinya.
Saat itu tidak ada yang dibanggakan di Jazirah Arab, hanya padang pasir tandus yang manusianya juga selalu berperang antar mereka. Diketahui bahwa Hijaz adalah tempat mencari budak untuk kebutuhan para orang kaya Romawi dan Persia. Sebelum peristiwa hijrah, dataran Arab terbelah, ada yang berpihak kepada Romawi dan selebihnya kepada Persia.
Pada tahun 622 Masehi selain peristiwa Hijrah, terjadi peristiwa lain yang mempengaruhi perpolitikan dunia. Yaitu pertempuran besar antara kedua raksasa penguasa dunia tersebut. Sedangkan Jazirah Arab sama sekali tidak terkait dengan perang besar itu.
Pengaruhnya pada Kaum Muslimin di Madinah
Ajaran Islam yang diturunkan oleh Allah Swt untuk manusia bukan hanya mengatur bagaimana hubungan kepada individu dan pada Allah semata. Namun juga bagaimana hubungan dengan sesamanya. Hal ini bukan hanya terkait hubungan baik dengan tetangga ataupun sanak keluarga saja. Hablum min An naas jangkauannya justru tak terbatas, hingga seluruh dunia.
Perpolitikan salah satunya. Bukan politik ala kapitalis yang sikut sana sini hanya untuk mencari keuntungan kroninya. Karena politik sejatinya adalah mengurus dan memelihara urusan umat sesuai dengan hukum-hukum dan pemecahannya. Itulah mengapa Islam menyuruh kita untuk memperhatikan Palestina misalnya, walaupun jauh di sana, namun kebebasan mereka harus menjadi perhatian muslim dunia.
Saat berlangsungnya perang besar tersebut, para sahabat yang sudah dibekali pengetahuan politis oleh Rasul bertanya, pihak manakah yang akan menang. Namun Rasul tidak mempunyai pengetahuan apapun tentang masa depan, oleh karenanya beliau tidak menjawab pertanyaan tersebut. Pertanyaan itu justru dijawab langsung oleh Allah.
Allah berfirman pada surat Ar Ruum (Bangsa Roma) ayat 1-5 yang artinya, “Aliif laam mim. Bangsa Romawi telah dikalahkan. Di negeri yang dekat dan mereka setelah kekalahannya itu akan menang. Dalam beberapa tahun lagi, bagi Allah lah urusan sebelum dan setelah menang, dan pada hari kemenangan, bergembiralah orang-orang beriman. Karena pertologan Allah, Dia menolong siapa yang Dia kehendaki, Dia Maha Perkasa, Maha Penyayang”.
Dalam firman Allah di atas terlihat bahwa walaupun perang besar tersebut terjadi di luar negara Daulah Khilafah, namun Allah manunjukkan bahwa peristiwa ini harus menjadi perhatian. Karena peristiwa apapun yang terjadi di luar negeri, pasti akan berpengaruh terhadap kegiatan dakwah yang dilakukan oleh Rasul dan kaum Muslimin.
Dalam hal ini, Allah telah menunjuki dan mempersiapkan kaum muslimin untuk menjadi pemain global yang dapat mempengaruhi perpolitikan dunia. Oleh karenanya visi tersebut selalu ditanamkan oleh Rasul kepada kaum Muslimin. Hal ini tentu menjadi kabar gembira sekaligus harapan bahwa Islam pasti akan menguasai dunia.
Strategi Daulah Menghadapi Heraklius
Konstelasi politik dunia saat itu sangat berpengaruh dengan bagaimana strategi yang dijalankan oleh Rasul dalam perkembangan dakwah ke depan. Karena Negara Islam yang baru saja tegak di Madinah mempunyai visi menjadi negara super power. Layaknya adi kuasa, maka pembangunan yang direncanakan bukan hanya dari sisi manusia dan fisik saja. Satu hal penting yang dibutuhkan adalah geopolitik.
Geopolitik dalam Islam maknanya adalah pengaturan ruang hidup umat Muhammad dengan aturan-aturan Islam baik di dalam maupun luar negeri. Sehingga umat akan terus tumbuh menjadi umat terbaik berdasarkan kontrol syariat Islam terhadap zona geografis yang dimilikinya (“Geopilitik Ibu”, Fika Komara, Imune Press, 2020).
Benar saja, tujuh tahun berselang setelah Romawi mengalami kekalahan, Heraklius memimpin untuk menghabisi Persia. Dengan kemenangan besarnya ini, Herklius mengarak salib suci yang kemudian ditancapkan di kota Yerusalem.
Setelah ia selesai berdoa di depan makam kudus, bawahannya memberikan sepucuk surat berbahasa Arab yang ternyata surat itu dikirimkan oleh Rasulullah saw yang menyuruhnya untuk berislam. Surat yang sama juga dikirimkan kepada Kisra yang baru kalah perang.
Dalam isi surat tersebut mengandung makna bahwa bila Kisra dan Heraklius ber Islam, maka ia beserta rakyatnya akan selamat. Sebaliknya bila ia menolak, maka ia beserta seluruh rakyatnya akan berdosa.
Surat berbahasa Arab yang bukan merupakan bahasa mereka, dikirimkan dengan ajakan ber Islam sekaligus ancaman, dikirimkan oleh Rasul yang mempunyai wilayah hanya se Madinah. Hal ini sangat terlihat bahwa Rasul mengajarkan pada kita untuk menggunakan geopolitik dalam berdakwah. Strategi itulah yang selalu dipakai oleh kaum Muslimin hingga Islam menyebar merata hingga dua per tiga dunia.
Rasulullah bersabda, “Allah memperlihatkan kepadaku seluruh penjuru bumi ini. Aku melihat bagian timur dan baratnya, dan aku melihat umatku akan menguasai apa yang telah Dia tunjukkan padaku” (HR Muslim, Abu Dawud, Ibnu Majah dan Tirmidzi).
Dalam hadis lain Rasulullah bersabda,” Perkara ini ibarat siang dan malam, Allah akan membuat Diin ini memasuki setiap rumah penduduk di gurun, di desa, di kota dengan kejayaan ataupun dengan kehinaan. Allah akan memberikan kejayaan Islam dan Allah akan menimpakan kehinaan pada kekufuran” (HR Ahmad bin Hambal, At Tirmidzi).
Sehingga hal penting pada umat ini adalah untuk membangun kembali semangat dan daya juang agar Islam kembali berjaya. Walaupun Allah telah berjanji pasti akan memenangkan umat ini, sambutan umat pada janji itu adalah dengan mengatur strategi, bukan hanya menanti dengan aktivitas yang tak pasti. []
Wallahu’alam.
Oleh Ruruh Hapsari
0 Komentar