Ramadan adalah bulan yang penuh kemuliaan, sejuta ampunan, berkah yang melimpah, rahmat yang tidak pernah berhenti mengalir ke muka bumi. Ramadan memiliki banyak keistimewaan yang luar biasa dimana seharusnya dipahami oleh umat Islam sebagai ajang introspeksi diri. Ramadan menjadi momentum limpahan pahala yang sayang jika dilewatkan begitu saja untuk beramal saleh.
Bagi seorang muslim selayaknya menyambutnya dengan penuh kekhusyuan, ibadah dan kegembiraan bukan dengan bermewah-mewah materi. Apalagi bulan Ramadan ini adalah tahun ke dua kita mengalami pandemi yang berdampak pula pada aspek ekonomi.
Melalui bulan Ramadan, banyak orang bermetamorfosis menuju ketaatan. Hal ini terjadi karena suasana Ramadan memang membawa ke suasana yang lebih berbeda. Kita bisa melihat bagaimana toko-toko, mal, stasiun TV dan radio ikut menyemarakkan suasana Ramadan. Bahkan para pejabat yang tadinya suka melakukan tindak korupsi dan manipulasi, di bulan Ramadan tiba-tiba berubah alim. Artis-artis yang terbiasa membuka aurat berlomba-lomba menutupinya dan mendadak santun dalam berbicara.
Sungguh pemandangan yang sebenarnya kontras dengan suasana di luar Ramadan. Semua ini terjadi karena setiap orang memahami bahwa bulan ini memiliki banyak keutamaan yang sayang apabila dilalaikan begitu saja. Ramadan memang membawa sejuta atmosfer ketaatan yang tercipta. Walhasil suasana inilah yang seharusnya terus terjaga, baik di dalam maupun di luar Ramadan.
Bulan ini menjadi bulan suci dan amat disakralkan oleh sebagian umat Islam. Tak jarang bulan ini dimaknai sebagai pensucian diri, maka tidak mengherankan jika kemudian hal yang berbau maksiat tiba-tiba saja mulai menghilang. Namun sekalipun begitu, tetap saja ada saja orang-orang yang mengotori kesucian Ramadan dengan menebarkan opini yang sesat. Salah satunya paham toleransi yang keliru "Hormatilah orang yang tidak berpuasa", sebuah kata beracun yang diungkapkan oleh pemangku negeri ini yang sebenarnya tidak layak diungkapkan oleh seorang muslim. Hal ini karena sama saja ungkapan tersebut memperbolehkan kemaksiatan terbuka di mana-mana.
Suasana Ruhiyah yang kehilangan Makna
Sejatinya bagi seorang muslim menghadapi Ramadan bukan hanya kegembiraan semata tetapi justru dibangun kesadaran untuk senantiasa taat. Bukan taat musiman tetapi taat hingga akhir hayat. Pemahaman ini kerap tak terjadi di masyarakat. Ramadan hanya berlalu begitu saja, ketaatan pun hanya sekadarnya saja tanpa mempengaruhi seluruh aktivitasnya. Bahkan seolah aturan Allah ditegakan hanya saat Ramadan saja, ketika di luar Ramadan seolah boleh melakukan kemaksiatan. Ramadan faktanya di masyarakat hanya menjadi sebuah ibadah ritual tahunan semata hampa dari nilai-nilai ruhiyah. Inilah buah dari diterapkannya sistem sekularisme yang mencengkeram kaum muslimin baik di Indonesia maupun dunia.
Berdasarkan hadis -hadis sahih bahwa Ramadan memiliki banyak keutamaan.
1. Ramadan adalah bulan yang di dalamnya diwajibkan puasa bagi seluruh umat Islam agar meraih takwa (QS al-Baqarah [2]: 183).
2. Ramadan bulan turunnya Alquran (QS al-Baqarah [2]: 185).
3. Ramadan merupakan bulan pengampunan dosa. Rasulullah saw. bersabda:
مَنْ صَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ
Siapa saja yang berpuasa pada Bulan Ramadhan karena iman dan mengharap pahala akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu (HR al-Bukhari dan Muslim).
Maka sepatutnya momentum Ramadhan ini dimanfaatkan untuk hijrah menuju ketaatan yang istiqomah.
4. Bulan pembebasan dari neraka. Nabi saw. bersabda:
وَلِلَّهِ عُتَقَاءُ مِنَ النَّارِ وَذَلكَ كُلُّ لَيْلَةٍ
Bagi Allah banyak orang-orang yang dimerdekakan dari Neraka. Hal itu terjadi setiap malam (HR at-Tirmidzi dan Ibn Majah).
5. Ramadan merupakan bulan kedermawanan.
كَانَ رَسُولُ اللهِ صلى الله عليه وسلم أَجْوَدَ النَّاسِ، وَكَانَ أَجْوَدُ مَا يَكُونُ فِي رَمَضَانَ...
Rasulullah saw. adalah orang yang paling dermawan. Beliau lebih dermawan lagi pada bulan Ramadhan… (HR al-Bukhari dan Muslim).
6. Ramadan di dalamnya pintu-pintu surga dibuka, pintu-pintu neraka ditutup dan setan-setan dibelenggu. Rasulullah saw. bersabda:
إِذَا جَاءَ رَمَضَانُ فُتِّحَتْ أَبْوَابُ الْجَنَّةِ وَغُلِّقَتْ أَبْوَابُ النَّارِ وَصُفِّدَتِ الشَّيَاطِينُ
Jika Ramadan telah tiba, pintu-pintu surga dibuka, pintu-pintu neraka ditutup dan setan-setan dibelenggu (HR al-Bukhari dan Muslim).
7. Ramadan sebagai bulan pengabulan doa. Bagi seorang muslim dengan Ramadan ini bisa dimanfaatkan dengan banyak berdoa terlebih di masa pandemi agar segera berakhir. Selain itu pula kita berdoa agar Ramadan tahun ini tahun terakhir hidup tanpa khilafah.
8. Bulan dilipatgandakan pahala. Rasulullah saw. bersabda:
عُمْرَةٌ فِي رَمَضَانَ، تَعْدِلُ حَجَّةً
Umrah pada bulan Ramadhan setara dengan satu kali haji (HR Ibn Majah dan at-Tirmidzi).
9. Di dalamnya terdapat Lailatul Qadar . Rasulullah saw. bersabda:
إِنَّ هَذَا الشَّهْرَ قَدْ حَضَرَكُمْ، وَفِيهِ لَيْلَةٌ خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ شَهْرٍ، مَنْ حُرِمَهَا، فَقَدْ حُرِمَ الْخَيْرَ كُلَّهُ، وَلاَ يُحْرَمُ خَيْرَهَا إِلاَّ مَحْرُومٌ.
Sungguh bulan ini (Ramadhan) telah hadir di tengah-tengah kalian. Di dalamnya terdapat satu malam yang lebih baik dari seribu bulan. Siapa saja yang terhalangi dari malam itu, sungguh dia telah terhalangi dari kebaikan secara keseluruhan. Tidaklah terhalangi dari kebaikannya kecuali seorang yang rugi (HR Ibn Majah).
Raih Keutamaan Ramadan dengan Taat dan Takwa
Sesungguhnya buah dari keutamaan Ramadan adalah ketaatan dan ketakwaan kepada Allah Swt. Sebab dengan melaksanakan ibadah shaum sesungguhnya seorang muslim sedang menjalin hubungan dengan Rabb-Nya.Melaksanakan ibadah shaum sesungguhnya kita sedang dilatih untuk jujur dan merasa terus diawasi oleh Allah Swt. Implikasinya dia tidak akan berbuat semaunya sendiri.
Dari sini kita memahami dengan keutamaan Ramadan, kita akan berupaya semaksimal mungkin untuk meraihnya. Inti dari semuanya adalah berproses menuju ketaatan secara totalitas. Harapan kita tentu dengan Ramadan kali ini, dapat segera menyaksikan tegaknya hukum syariat Islam di muka bumi agar tiada lagi kezaliman, intimidasi hingga kriminalisasi terhadap seluruh ajaran Islam. []
Wallahu a'lam bishshawab.
Oleh Heni Ummu Faiz
Ibu Pemerhati Umat
0 Komentar