Saat ini gaung kesetaraan gender semakin diopinikan begitu gencar. Serangan ini disengaja agar muslimah di mana pun berada semakin enggan diatur oleh aturan Islam. Berbagai prestasi yang didapatkan pun hanya ditujukan demi mengalahkan kompetisi dengan kaum laki-laki. Namun dalam Islam hal tersebut tidak pernah diajarkan. Setiap muslim dan muslimah semuanya harus memiliki ilmu sebanyak mungkin guna menjadi orang yang bermanfaat bagi umat.
Hal ini yang memotivasi para muslimah untuk sama-sama berkarya. Dalam sejarah Islam banyak mencatat para ilmuwan muslimah laksana bintang di langit mereka bertebaran di mana-mana. Mereka para muslimah begitu sabar, tekun dalam belajar, tangguh dalam menaklukkan segala halangan diri.
Inilah yang harus dimiliki oleh muslimah saat ini. Bukan hanya sekadar memoles diri dengan kosmetik ataupun menjual kemolekan diri apalagi menjadi budak cinta yang dekat dengan kemaksiatan.
Para generasi di masa lalu terutama para muslimahnya begitu antusias dalam berkarya. Mereka senantiasa menjaga diri dalam pergaulannya, terjaga kehormatannya. Tangguh dan tegas dalam berprinsip, lugas dalam berbicara. Kelembutan yang dimiliki tidak diumbar seperti para perempuan yang terimbas hedonisme di masa kini yang hanya mementingkan penampilan semata tetapi miskin ilmu. Serta tercerabut rasa malu dan iman.
Di masa tegak Islam, salah satu ilmuwan muslimah yang menginspirasi dan layak bagi kita, muslimah saat ini untuk mengais ketangguhannya adalah Mariam Al-‘Ijliya Al-Asturlabi.
Dialah muslimah yang memperkenalkan tentang penentuan arah kiblat kepada dunia serta berbagai penentuan arah. Ketekunan dia dalam berkarya mampu menunjukkan bahwa Islam tidak pernah membedakan gender.
Mariam Al-astrulabi memperkenalkan tentang astrolab. Astrolab yaitu secara sederhana terdiri dari cakram atau kayu dengan sekelilingnya ditandai dengan derajat. Ada sebuah penunjuk berputar ditengah disk yang disebut alidade. Astrolab digunakan untuk menentukan posisi matahari, bulan, bintang, dan planet. Pada zaman khilafah Islam astrolab banyak digunakan untuk menentukan arah kiblat, arah shalat menuju Mekkah, untuk menentukan waktu sholat dengan pergerakan matahari, serta menentukan awal Ramadhan dan Idul Fitri.
Astrolab akhirnya diperkenalkan ke Eropa sebagai studi astronomi. Penemuan astrolab membantu dunia Islam untuk menyempurnakan globe, membantu memetakan bintang dan konstelasi. Hal tersebut telah mengembangkan eksplorasi ilmiah dan dunia astronomi, mengembangkan cara baru navigasi dan ketepatan waktu. Para nelayan yang melaut pun mengandalkan astrolab untuk navigasi. Begitu pentingnya astrolab di era sebelum adanya GPS. Penemuan astrolab pun berperan dalam inovasi ilmu astronomi dari masa ke masa.
Bayard Dodge (1970) dalam “The Fihrist of Al-Nadim: A Tentt-century Survey of Muslim Culture” dan IAU (The International Astronomical Union) menyebutkan bahwa Mariam Al-‘Ijliya Al-Asturlabi adalah seorang pembuat astrolab yang bekerja di Istana Sayf al-Dawla di Aleppo yang sekarang dikenal Suriah Utara (memerintah dari 944 hingga 967) dimana dia juga merupakan murid Bitolus.
Ayahnyalah yang menurunkan keahlian tersebut kepadanya. Mariam Al-‘Ijliya Al-Asturlabi dan ayahnya merupakan anggota dari para insinyur yang kaya akan tradisi dan pembuat instrumen astronomi yang berkembang pada abad ke-9 hingga ke-10.
Ibn al-Nadim menyebut Mariam Al-‘Ijliya Al-Asturlabi bekerja di bagian mesin yang fokus tentang instrumen astronomi. Ayahnya pun dan beberapa sarjana yang disebutkan oleh Ibn al-Nadim murid Bitolus, merupakan pembuat astrolab terkenal.
Berdasarkan Journal of Humanistic Mathematics Volume 10, Januari 2020, “The Mathematics of the Astrolabe and its History” karya Graziona Gentili, dkk, disebutkan bahwa Muhammad Al-Fazari (8 M) adalah muslim pertama yang membangun astrolab di dunia Islam.
Sekitar tahun 950 M Mariam Al-‘Ijliya Al-Astrolabi yang merancang dan memajukan instrumen serta memproduksi astrolab dengan sangat aktif. Sejauh sumber klasik pun yang tersedia menjelaskan bahwa Mariam Al-‘Ijliya Al-Asturlabi merupakan satu-satunya perempuan yang disebutkan dalam sumber sejarah sehubungan dengan instrumen dan pekerjaan teknik yang fokus di bidang astronomi (astrolab).
Kisah tentang Mariam ini menjadi bukti ketangguhan seorang muslimah. Berkat tempaan ilmu dan buah manis keimanan kepada Allah mampu menjadikan seseorang untuk terus menebar manfaat tanpa terkecuali.
Wallahu a'lam bishshawab.
Oleh Heni Ummu Faiz
Ibu Pemerhati Umat
0 Komentar