Menjadi Mahasiswa Pelopor Kebangkitan Hakiki

Dalam sambutan Presiden Joko Widodo yang disampaikan pada Kongres XXXI Himpunan Mahasiswa Indonesia (HMI), ia menyampaikan bahwa kader HMI harus menjadi pelopor kemajuan bangsa dan negara agar Indonesia menjadi bangsa yang disegani, semakin maju dan sejahtera. “HMI harus siap menjadi pelopor kemajuan bangsa yang akan mengantarkan bangsa kita, bangsa Indonesia menjadi bangsa yang semakin disegani, semakin maju dan semakin sejahtera,” tutur Presiden Jokowi (Rabu, 18/03/21). 

Saat ini, Indonesia memang diliputi berbagai permasalahan. Salah satunya pada sektor pendidikan yang gagal mencetak generasi-generasi emas penerus masa depan. Persoalan pergaulan bebas, kriminalitas remaja, normalisasi kecurangan baik dalam bentuk mencontek saat ujian atau plagiarisme dan tekanan yang dihadapi para pelajar sehingga membuat mereka stress. 

Itu semua merupakan persoalan yang sering dijumpai di tengah-tengah pendidikan kita saat ini. Selain itu, kita semua tahu kualitas pendidikan Indonesia belum merata hingga ke pelosok negeri. Ditambah lagi kondisi pandemi saat ini yang memaksa baik siswa maupun mahasiswa untuk belajar secara daring. Faktor-faktor seperti keterbatasan perangkat, listrik, sinyal, hingga internet menjadikan pendidikan selama pandemi ini sangat sulit. 

Adapun para mahasiswa di perguruan tinggi saat ini kuliah dengan orientasi materi. Mereka kuliah untuk mempermudah kariernya di masa mendatang. Karier yang gemilang diharapkan dapat meningkatkan kualitas kehidupan pribadi mereka. Sementara itu, mereka abai dengan problematika masyarakat di sekitarnya. Mereka menutup mata seakan-akan kita berada di kondisi yang baik-baik saja. Lantas, bagaimana Ibu Pertiwi kita bisa menghasilkan generasi emas yang menyelesaikan persoalan Indonesia?

Semua persoalan generasi ini tidak lain disebabkan oleh sistem kapitalisme-sekularisme yang telah mengakar. Sistem kapitalisme dengan landasan sekularisme yaitu pemisahan agama dari kehidupan menghasilkan nilai-nilai kebebasan di tengah-tengah masyarakat. Nilai kebebasan ini akhirnya berkontribusi di dalam persoalan-persoalan generasi muda saat ini. Selain itu, pendidikan yang dibangun atas sistem kapitalisme-sekularisme membuat generasi muda berfokus untuk meraih kebahagiaan dunia semata. Seperti pada perguruan tinggi yang tujuannya bukan lagi mencetak generasi berintelektual yang mampu menyelesaikan persoalan masyarakat. Namun, diarahkan untuk mencetak generasi yang siap terjun di dunia industri sehingga mereka tidak akan sempat lagi mengurusi persoalan masyarakat. 

Selain itu, negara yang berasaskan kapitalisme-sekularisme juga tidak bisa melindungi generasi muda dari serangan pemikiran yang berbahaya. Seperti liberalisme, feminisme, sekularisme, pluralisme dan sebagainya. Pemikiran dan pemahaman yang rusak serta merusak ini tumbuh subur dan diadopsi di tengah-tengah masyarakat. Wajar ketika kita melihat generasi penerus bangsa bukannya menjadi bagian dari solusi melainkan menjadi bagian dari permasalahan. 

Oleh karena itu, sesungguhnya kebangkitan yang hakiki hanya akan terjadi atas dasar kebangkitan pemikiran yang sahih. Lewat pemikiran sahih akan lahir perilaku mulia dan akan membawa kepada perubahan yang baik. Hal ini juga berlaku untuk masyarakat. Jika di tengah-tengah masyarakat diemban pemikiran yang sahih, maka akan menghasilkan masyarakat yang mulia. Untuk mewujudkan kebangkitan hakiki peran pemikiran sangatlah penting. Pemikiran inilah yang akhirnya menentukan cara pandang kehidupan. 

Hal ini tentu tidak bisa terwujud di dalam sistem kapitalisme-sekularisme seperti saat ini. Karena lewat sistem inilah pemikiran-pemikiran rusak tumbuh subur dan tertanam menjadi cara pandang kehidupan di tengah masyarakat. Maka, satu-satunya landasan yang bisa membawa kepada kebangkitan hakiki hanyalah Islam. Hanya Islamlah yang mengakui keberadaan Allah SWT sebagai pencipta dan pengatur kehidupan manusia di dunia. 

Dalam firman Allah SWT Surah Thahah ayat 24 yang artinya, “Dan barang siapa berpaling dari peringatan (syariat)-Ku, maka sesungguhnya baginya kehidupan yang sempit. Dan Kami akan menghimpunkannya pada hari kiamat dalam keadaan buta.” 

Maka, segala bentuk permasalahan yang ada saat ini seperti kemiskinan, korupsi, kriminalitas, pendidikan, generasi yang rusak dan lainnya tidak lain karena sudah dijauhkannya Islam sebagai petunjuk kehidupan. Sehingga satu-satunya jalan menuju perubahan hakiki hanya dengan mengembalikan Islam sebagai cara pandang kehidupan yang diterapkan baik individu, masyarakat, maupun negara. Tentu cara pandang ini tidak bisa diambil sebagian-sebagian saja namun harus diambil secara kaffah (menyeluruh). Hanya dengan menerapkan Islam kaffah dan mengembalikan kehidupan Islam lewat khilafahlah kita bisa meraih kebangkitan yang hakiki. 

Oleh karena itu, sudah seharusnya sebagai mahasiswa Muslim kita memegang teguh ajaran Islam kaffah. Mahasiswa Muslim sudah saatnya menjadi pelopor perjuangan untuk membawa kebangkitan yang hakiki dengan berjuang mengembalikan kehidupan Islam. Tunjukkan pada dunia generasi muda bukan lagi menjadi bagian dari persoalan negeri, melainkan menjadi pelopor pembawa perubahan yang hakiki.[] 


Oleh Fatimah Azzahrah Hanifah, Mahasiswa Universitas Indonesia

Posting Komentar

1 Komentar