Moderasi Goes to Campus

 


Akhir-akhir ini kita sering mendengar kata ‘moderasi beragama’. Jika mengacu pada literatur, kata moderasi bisa diartikan sebagai sikap atau pandangan yang tidak berlebihan, tidak ekstrem dan tidak radikal. Kata moderasi sendiri berdasarkan KBBI  adalah  pengurangan kekerasan,  penghindaran keekstreman. 

Moderasi mulai goes to campus. Beberapa fakta di antaranya mahasiswa ditanamkan nilai nasionalis-religius, moderasi saat ini diajarkan di kampus, matkul MPKT Agama Islam, adanya pembekalan guru tentang wasthiyah dalam perspektif fikih dan ushul fikih merupakan prinsip Islam moderat, memberlakukan kurikulum baru untuk mata pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) dan bahasa Arab di madrasah. Kemenag juga menyusun modul yang mengambil tema moderasi beragama dan revolusi mental.

Permasalahannya moderasi dikaitkan dengan agama, sehingga terdengar istilah moderasi  beragama yaitu cara pandang kita dalam beragama secara moderat dengan memahami dan mengamalkan ajaran agama secara tidak ekstrem kanan maupun kiri.  Moderasi beragama sudah lama dan terus menerus gencar diaruskan oleh penguasa. 

Hal itu tampak dari kebijakan dan pernyataan Ketua Kelompok Kerja Moderasi Beragama Kementerian Agama RI,  Prof. Dr. Oman Fathurahman, M.Hum,”Semangat moderasi beragama adalah untuk mencari titik temu dua kutub ekstrem dalam beragama". Dengan banyaknya isu radikalisme dan ekstrimisme masyarakat dituntut untuk tidak berlebihan dalam 'beragama' dan mengambil jalan tengah dengan cara agar tidak perpecahan dan keretakan.

Lembaga pendidikan sendiri juga digaungkan moderasi karena perguruan tinggi dianggap masih terdapat paham anti demokrasi. Mahasiswa akhirnya dituntut untuk hidup damai di tengah pluralitas. Moderasi yang digaungkan mengarah kepada ajaran Islam demi menangkal radikalisme dan tidak mengedepankan kedamaian, toleransi akan dihilangkan karena mengedepankan Islam wasathiyah. 

Kemenag berpesan kepada setiap Muslim wajib menahan diri dari menggunakan nama Allah, atau atas nama agama untuk membenarkan tindakan pembunuhan, pengasingan, diskriminasi, intoleransi, ekstremisme, terorisme dan penindsan. Sebab semuanya bertentangan dengan wasathiyat al Islam atau moderasi dalam Islam. 

Padahal latar belakang munculnya moderasi Islam adalah  hasil  propaganda Barat, sebagaimana digambarkan lembaga kajian strategis Amerika Serikat Rand Corporation  dalam “Building Moderate Muslim Networks” dan “Civil Democratic Islam Partners Resources and Strategies”. Penjelasan dokumen terkait karakter Islam moderat mendukung demokrasi termasuk kesetaraan gender dan kebebasan agama, menghormati sumber hukum non agama, menentang terorisme dan kekerasan sesuai tafsiran Barat.  

Karakter moderat dinarasikan sebagai Islam damai, tidak radikal, liberal, pertengahan dan tidak ekstrem. Virus moderasi yang dimasukkan dalam kurikulum pendidikan dan menjadi proyek Islam moderat dengan liberalisasi pendidikan melalui moderasi pendidikan. Dunia Islam dipaksa menerima demokrasi sebagai sistem politik tunggal, sedangkan sistem pemerintahan Islam (khilafah) dianggap ilegal dan tidak cocok diterapkan lagi, mengeliminasi keagungan Islam sebagai aturan kehidupan.  

Islam distigma negatif dengan istilah penyesatan, keinginan umat Islam kembali kepada syariah Islam dan institusi politik khilafah dicap negatif. Penyesatan dilakukan agar umat Islam mengikuti sistem kehidupan ala Barat yang memisahkan antara urusan dunia dan agama.  

Pandangan Islam dengan Istilah Islam moderat atau moderasi Islam bahkan sama sekali tidak pernah dikenal sebelumnya dalam khazanah tsaqafah Islam ketika khilafah masih tegak. Melalui moderasi, Islam yang mengambil sikap kompromis dan jalan tengah. Di tataran akidah, Islam moderat berusaha mengompromikan akidah Islam dengan akidah selain Islam. Di tataran syariat, maka mengompromikan syariat Islam dengan syariat selain Islam sehingga yang dihasilkan jelas bukan Islam yang sebenarnya, tetapi Islam setengah-setengah.

Islam yang dipilih untuk mewujudkan sikap toleransi antar budaya, antar agama di daerah multikultural.  Para anak bangsa didesain agar memiliki kepribadian Islam ala Barat hingga menjadikan Barat sebagai kiblat semua sikap dan perilakunya. Beragama dengan cara Barat, menjalankan Islam pun sesuai dengan arahan Barat. Berislam dengan mengambil sebagian syariatnya yang dianggap tidak membahayakan Barat. Generasi Muslim saat ini tidak lagi berpegang teguh pada agama Islam, tapi lebih mudah masuk jurang sekularisme dan liberalisme (kebebasan), berorientasi pada materi,  hilangnya  ciri khas orang-orang beriman dan bertakwa.

Seharusnya generasi Muslim memiliki ciri khas yang berbeda dalam kepribadiannya yakni kepribadian generasi  Islam di masa kejayaan Islam. Moderasi beragama menjadikan jati diri sebagai Muslim pada generasi saat ini semakin tidak jelas bahkan hilang. Tidak adanya perjuangan lagi untuk kemuliaan hidup dalam Islam dan membela agamanya. 

Generasi saat ini  tidak dididik dengan Islam bahkan sekolah Islam dan sekolah umum dibedakan. Mayoritas murid di sekolah umum beragama Islam seharusnya dididik berdasarkan keimanan dan firman Allah yakni Al-Qur’an dan As-Sunnah, padahal Islam adalah agama yang diridhai di sisi Allah.  

Realitasnya pemahaman tentang pluralisme (semua agama sama) masih diajarkan di lembaga pendidikan  saat ini baik umum maupun Islam. Narasi makna Islam moderat yang begitu apik seakan-akan menjaga kerukunan umat beragama dan mencintai keadilan. Padahal  akan menjadikan umat Islam berpikiran sekuler radikal menjauhkan dari ajaran Islam.

Padahal  Islam adalah petunjuk sistem kehidupan yang diturunkan dengan berbagai hukum syariat dengan adanya hukum-hukum Allah yang mencakup seluruh aspek kehidupan dan dilakukan penerapan syariah kaffah dalam sistem kehidupan. Maka pentingnya umat Islam untuk kembali sadar pada politik Islam dan kedalaman tsaqafah Islamiyah, kembali kepada kurikulum pendidikan Islam dan menjadikan syariat Islam satu-satunya yang dapat mewujudkan toleransi antar budaya antar agama.

Sejarah peradaban dunia mencatat kesuksesan sistem Islam dalam mencetak profil generasi terbaik. Yakni generasi emas penakluk dunia yang menebar rahmat bagi seluruh alam.  Generasi emas Islam memiliki karakter sangat agung, yang dikenal dengan istilah kepribadian Islam. Kepribadian Islam menuntun mereka sekaligus mengasah kecerdasan dan skill mereka agar sukses menjalani kehidupan sesuai tuntutan Sang Pencipta dan  hidup hanya untuk kemuliaan Islam dengan menebar rahmat Islam ke seluruh alam.  

Sejarah mencatat  2/3 dunia pernah dikuasai Islam, sebagian dibebaskan dengan jihad.  Terbukti penerapan syariat Islam memberikan rasa aman, sejahtera, penjagaan kehormatan pada wanita dan anak-anak, melindungi kaum Muslimin dan umat yang lemah dan juga menjadi keberkahan bagi alam semesta. Islam akan menjadikan generasi Muslim sebagai pemimpin kaliber dunia karena  arah pendidikannya akan seperti masa kejayaan Islam di masa kekhalifahan.[]


Oleh Rahmadani, Alumni UI

Posting Komentar

0 Komentar