Moderasi Islam, Racun dibalut dengan Madu



Dilansir dari setgab.go.id, Presiden Jokowi saat membuka Munas IX LDII secara virtual, dari Istana Negara Jakarta, Rabu (07/04/2021). Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) menegaskan komitmen pemerintah untuk terus mendorong moderasi beragama di Indonesia. Hal tersebut disampaikannya saat membuka Musyawarah Nasional (Munas) IX Lembaga Dakwah Islam Indonesia (LDII) Tahun 2021, secara virtual, Rabu, (07/04/2021), dari Istana Negara, Jakarta.


Kehidupan keagamaan harus berpedoman kepada ajaran keagamaan yang sejuk, ramah, serta mengedepankan toleransi, bukan yang bersifat tertutup dan eksklusif. Untuk itu, pemerintah tidak akan membiarkan tumbuhnya sikap tertutup dan intoleran.


Lebih lanjut Presiden menekankan bahwa organisasi keagamaan di Indonesia harus meningkatkan moderasi beragama yang mendukung persatuan dan kesatuan bangsa. Hal tersebut, imbuhnya, dalam dilakukan melalui empat hal.

“Pertama, organisasi keagamaan harus punya komitmen kebangsaan yang kuat, mengedepankan penerimaan prinsip-prinsip berbangsa yang tertuang dalam konstitusi kita, menjunjung tinggi ideologi Pancasila, Undang-Undang Dasar 1945, serta tata kehidupan berbangsa dan bernegara,” ungkapnya.

Kedua, lanjut Kepala Negara, organisasi keagamaan harus menjunjung tinggi sikap toleransi kepada sesama; menghormati perbedaan; memberi ruang orang lain untuk berkeyakinan, mengekspresikan keyakinannya, dan menyampaikan pendapat; menghargai kesetaraan dan perbedaan; dan bersedia bekerja sama.

Terakhir, ujar Presiden, organisasi keagamaan harus menghargai tradisi dan budaya lokal masyarakat Indonesia yang sangat beragam.


Pernyataan RI 1 ini merupakan penegasan kembali bahwa pemerintah saat ini mendorong moderasi beragama. Walaupun dari pernyataan beliau, makna Islam yang sejuk itu seperti apa tidak jelas standarnya. Secara fakta, apakah selama ini umat Islam membuat mereka gerah? Bukankah kejadian terorisme atau frame radikalisme itu dibuat-dibuat oleh mereka sendiri? Tentu pernyataan presiden seperti ini bak racun dibalut dengan madu. Mengapa? Karena ungkapannya selintas manis namun ternyata maknanya sangat menyesatkan. Memang Islam merupakan agama yang sangat toleran namun Islam tidak akan memberikan toleransi terhadap penistaan agama, penistaan ulama, atau pelegalan minol dan hal-hal yang menyimpang dari ajaran Islam. 


Maka jika paham Islam moderat ini dibiarkan, maka umat akan kebingungan dan kehilangan standar yang benar. Mereka akan menilai bahwa semua agama itu benar, dampaknya orang akan mudah berpindah agama karena beralasan semua agama sama. Selain itu, dengan adanya paham Islam moderat ini, masyarakat disesatkan dengan paham kebebasan dan membiarkan kemaksiatan terjadi. Misal ketika menyikapi LGBT, maka Islam moderat akan beranggapan mbahwa muslim tidak perlu membully golongan penyuka sesama jenis, dirangkul saja karena itu merupakan mereka sama-sama manusia yang mesti diberi kebebasan. Jika ini dibiarkan sampai merebak, apakah kita akan membiarkan anak kita tertular dengan penyakit masyarakat ini Naudzubillahimindzalik. 


Maka dari itu semestinya umat Islam harus waspada terhadap moderasi beragama seperti ini. Para pengemban dakwah mesti gencar mendakwahkan bahaya moderasi beragama kepada umat agar umat tidak tersesat. Selain itu umat Islam harus tetap berpegang teguh dan yakin terhadap ajaran Islam yang lurus dan benar. []


Oleh Indah Nurul Hidayah

Posting Komentar

0 Komentar