Ira Geraldina: Indonesia Perlu Meng-Undo Regulasi

 


Putik Retnosari selaku host dalam kajian dhuha ramadan (Ahad, 25/04/2021) memantik jalannya diskusi yang berlangsung secara virtual dengan menyentil pernyataan Sri Mulyani yang menyatakan, hampir tidak ada negara di dunia yang tidak mengandalkan utang, tidak terkecuali negara-negara maju. Mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia itu mengatakan negara-negara maju menutup defisit anggarannya dengan utang, baik utang domestik maupun yang ditarik dari luar negeri. Meukeu juga mengungkapkan negara maju seperti Uni Eropa atau Uni Emirat Arab juga memiliki utang luar negeri yang tinggi (23/03/2021). 


Menanggapi pernyataan tersebut, Ira Geraldina menegaskan bahwa Indonesia perlu menggarisbawahi bahwa tax rasio negara maju itu tinggi dan kemampuan menarik pajak dari masyarakatnya pun tinggi.  


“Kemudian unsur korupsi nya rendah, sehingga uang itu bisa kembali ke masyarakat dalam bentuk layanan-layanan publik, walaupun itu memang sifatnya basic.” lanjutnya.


Beliau kemudian membandingkan bagaimana rendahnya tax rasio Indonesia dengan utang yang tinggi, tetapi kemampuan menarik pajak dari masyarakat yang rendah.


“Misalnya tadi, utang kita 40% dari pendapatan, namun kita hanya bisa menarik pendapatan dibawah 30% dari PDB (produk domestik bruto), berarti kan ada gap sekitar 10%, sehingga kita tidak bisa apple to apple ketika kita membandingkan dengan negara lain”, ungkapnya. 


Dosen Internasional Banking School tersebut menegaskan bahwa seharusnya yang menjadi perhatian Kemenkeu adalah bukan membandingkan dengan negara lain, melainkan mencari solusi bagaimana kita keluar dari jeratan utang ini. Atas dasar tersebut, kita harus menganalisis apakah Indonesia mampu berdiri sendiri tanpa meminta bantuan IMF dan Bank Dunia. 


Ira Geraldina berpendapat bahwa tentu hal itu bisa dilakukan dengan mengembalikan atau mengundo regulasi, sehingga negara berperan dalam kegiatan ekonomi. Seperti pengelolaan sumber daya alam yang dikelola secara mandiri, “jadi walaupun ada tarif, tarifnya rendah karena berbeda ketika swasta/investor asing yang menekan tarif, mereka harus membagi hasil untuk negara dan keuntungan mereka, sehingga pasti tarif akan dinaikkan”, katanya.


Jelas di sini jika pengelolaan dikelola oleh negara maka pendapatan akan kembali ke masyarakat karena owner dari pengelolanya adalah masyarakat/negara. Perlu kita ketahui bahwa sumber pendapatan negara itu berasal dari pajak dan BUMN, permasalahannya saat ini BUMN sudah go public, sehingga pendapatan negara dari aspek pengelolaan kekayaan alam dan sektor-sektor publik dari BUMN itu jadi turun, itulah yang menjadi berat, jelasnya.


Ira Geraldina berharap pemerintah mampu dan berani untuk membangun kekuatan politik agar bisa terlepas dari jeratan investor asing dan mengundo regulasi yang saat ini terjadi. Beliau juga melanjutkan dengan mengatakan, “Jadi dengan sistem politik yang sekarang hampir gak bisa menghadapi krisis ekonomi saat ini, walaupun kita mengganti katakanlah para ahli ekonom, namun tetap menggunakan pola politik yang sama, maka hal itu nyaris tidak akan bisa dan akan terus terjerembab pada pola yang sama. Apakah ada negara yang dapat mengundu regulasi tanpa mengubah sistem politiknya?”

 

“Sekarang pertanyaan adalah sistem politik seperti apa yang bisa mengundo regulasi?, kita tahu bahwa hanya ada 3 Ideologi di dunia, kapitalisme, sosialis dan Islam, yang akan membentuk sistem politik suatu negara. Maka kita mulai dengan mengamati sistem apa yang saat ini digunakan, walaupun banyak yang mengklaim bahwa ideologi kita saat ini adalah pancasila, namun prakteknya semua aspek sudah diliberalisasikan dan dicampuradukkan, sehingga hal yang kontradiktif dimix sampai membuat ketidaksesuaian. Jadi pilihannya tinggal dua, mau ke sosialisme atau ke Islam. Kalau sistem politiknya sosialisme gambarannya seperti di China, bisa kita lihat di China sekarang seperti apa, mungkin untuk aspek ekonominya peran negara besar, tetapi karena sosialis maka di China agnostik terhadap agama sehingga kita tidak punya keleluasaan untuk melaksanakan syariat. Maka kita harus cerdas dalam menyikapi hal ini”, Ira Geraldina mengakhiri pendapatnya. []


Reporter: Babay

Posting Komentar

0 Komentar