Ramadan bulan mulia di mana Allah berikan banyak ganjaran pahala saat melakukan kebaikan, dan ampunan yang luas bagi manusia. Di bulan ini, semua muslim pasti menantinya untuk mendapatkan predikat takwa.
Banyak peristiwa terjadi pada bulan ini, seperti pada hampir seribu lima ratus tahun yang lalu, tepatnya tahun kedua setelah hijrah ke Madinah pada tanggal 12. Rasulullah keluar dari Madinah bersama pasukan yang tidak berniat untuk beperang. Niat awal mereka hanyalah untuk menghadang kafilah dagang pihak musuh yang pada saat keberangkatan dari Makkah ke Syam lepas dari hadangan kaum Muslimin.
Sebelumnya kaum Muslimin mendengar kabar tentang pergerakan kafilah dagang besar dari Syam yang membawa harta perniagaan sangat banyak milik kaum Quraisy. Kafilah dagang ini dipimpin oleh Abu Sofyan dan dikawal oleh tiga puluh sampai empat puluh orang.
Tujuan keluarnya Rasul saat itu adalah untuk memblokade ekonomi, mengacaukan pemikiran, serta membuat kacau barisan pihak musuh. Rasulullah bersabda,”Ini adalah rombongan kafilah Quraisy yang di dalamnya terdapat harta benda mereka, maka pergilah kalian ke sana, semoga Allah menjadikannya sebagai harta rampasan kalian”.
Perlu diketahui bahwa saat itu antara kaum Muslimin dan kaum Quraisy sedang dalam status perang. Dalam kondisi itu harta dan jiwa musuh hukumnya adalah mubah. Harta yang dibawa kafilah dagang kaum Quraisy itu juga milik kaum Muslimin, muhajirin dari penduduk Mekkah yang telah dirampas oleh kaum Musyrikin secara tidak adil dan lalim (“Ghazwah Rasul saw”, Dr. Ali Muhammad Ash Shallabi).
Kekuatan kaum Muslimin saat berangkat menuju badar tidak menggambarkan kekuatan militer yang maksimal sebuah negara. Rasulullah tidak menekankan kepada seorang pun di antara mereka untuk bergabung, namun hanya menyerahkan masalah ini pada kerelaan mereka saja.
Karena diperkirakan tidak akan terjadi bentrokan dengan pasukan Quraisy, yang pada kenyataannya bentrokan baru terjadi saat di Badar. Sehingga banyak dari para shahabat yang memilih tinggal di Madinah. Sebab ketetapan Rasulullah kali ini tidak berbeda saat pengiriman banyak satuan pasukan sebelumnya.
Saat itu Rasulullah keluar Madinah dengan 317 orang dari kaum Muhajirin, Aus dan Khazraj. Mereka tidak mengadakan pertemun khusus, tidak pula membawa perlengkapan yang banyak. Kuda hanya dua ekor sedangkan unta ada 70 ekor yang dinaiki antara dua sampai tiga orang.
Tanpa rasa gentar sedikitpun Rasulullah dan kaum Muslilimin saat itu keluar dari Madinah, walaupun saat itu sudah masuk pada pertengahan Ramadan. Mereka tidak mengetahui sama sekali akan mengadapi kekuatan Quraisy beserta sekutunya yang sangat besar yang siap dan telah terhimpun untuk berperang.
Di tempat lain Abu Sofyan menerima kabar bahwa Nabi saw beserta para Shahabatnya sedang dalam perjalanan dari Madinah untuk menghadang kafilah beserta barang dagangan milik Quraisy. Oleh sebab itu Abu Sofyan langsung mengubah arah perjalanan ke pesisir pantai. Ia sangat berhati-hati dan waspada. Ia mengumpulkan sendiri informasi dan pergerakan kaum muslimin.
Ia juga datang sendiri ke Badar dan bertanya kepada orang sekitar tentang pergerakan Kaum Muslimin di sana. Ia sangat teliti, sampai mengorek sisa kotoran unta dari tunggangan dua orang asing yang singgah di sana. Dari kotoran unta itu terlihat ada makanan hewan penduduk Madinah. sehingga ia pun mengetahui bahwa mereka merupakan bagian dari pasukan kaum muslimin.
Dengan begitu Abu Sofyan sangat yakin bahwa kafilah dagangnya dalam keadaan bahaya. Kabar ini sangat mengejutkan kaum Quraisy. Tak pelak hal ini membangkitkan amarah para pembesarnya. Mereka menganggap hal tersebut merupakan penghinaan terhadap kehormatan mereka dan mengancam kepentingan ekonomi mereka.
Bila tidak segera diatasi, maka akan mengakibatkan jatuhnya kedudukan kaum Quraisy di kalangan kabilah-kabilah Arab lainnya. Oleh karenanya mereka berupaya keras untuk menghadapinya dengan kekuatan perang yang maksimal.
Semua penduduk Makkah hendak bergabung, tak seorang pun pembesar Quraisy tertinggal kecuali Abu Lahab, namun ia mewakilkannya pada seseorang yang masih berhutang padanya. Bahkan kabilah Arab sekitar Makkah ikut bergabung kecuali Bani Ady, tak seorang dari mereka ikut pergi.
Kekuatan gabungan pasukan Makkah ini dipekirakan sekitar 1300 orang. Di dalamnya terdapat seratus kuda, enam ratus baju besi dan unta yang cukup banyak jumlahnya. Setelah persiapan selesai mereka pun berangkat. Namun Allah swt menggambarkan sikap kaum Quraisy pada surat Al anfal, 47, “…dengan rasa angkuh dan dengan bermaksud riya’ kepada manusia serta menghalangi (orang) dari jalan Allah”.
Ketika Rasulullah saw mendengar kabar lolosnya kafilah dagang kaum Quraisy yang berkeinginan keras untuk memerangi Nabi, maka beliau segera bermusyawarah dengan para sahabatnya. Sebagian shahabat memperlihatkan ketidak sukaan untuk menghadapi Quraisy. Hal ini dikarenakan mereka tidak berniat dan tidak siap untuk berperang.
Sebagaimana telah diisyaratkan oleh Allah swt dalam surat Al Anfal, 5-6, “Sebagimana Rabbmu menyuruhmu pergi dari rumahmu dengan kebenaran, padahal sesungguhnya sebagian dari orang-orang yang beriman itu tidak menyukainya, mereka membantah tentang kebenaran sesudah nyata (bahwa pasti menang), seolah mereka dihalau menuju kematian, sedang mereka melihat sebab kematian itu”.
Sedangkan komandan pasukan seperti Abu Bakar dan Umar bin Al Khaththab sama sekali tidak mengendor dan lebih baik maju terus. Kemudian Miqdad bin Amr berdiri seraya berkata,”Wahai Rasulullah, majulah terus seperti yang diperlihatkan Allah kepada engkau. Kami akan bersamamu. Demi Allah kami tidak akan berkata kepada engkau sebagaimana Bani Israel yang berkata pada Musa,’Pergi engkau sendiri bersama Rabb mu lalu berperanglah kalian berdua, kami akan duduk di sini menunggu’, akan tetapi kami akan berperang bersamamu di kanan dan kirimu, di depan atau belakangmu”. Seketika wajah Rasulullah berseri-seri dan senang.
Tak jauh berbeda yang Miqdad bin Amr katakan, Sa’ad bin Mu’adz pun juga mengatakan hal yang sama. Sa’ad berkata,”Kami sudah beriman kepada engkau, kami sudah membenarkan engkau, kami sudah bersaksi bahwa apa yang engkau bawa adalah kebenaran. Kami sudah memberikan sumpah dan janji kami untuk untuk patuh dan taat. Maka majulah wahai Rasulullah seperti yang engkau kehendaki. Demi yang mengutus engkau dengan kebenaran, andaikata engkau bersama kami terhalang lautan lalu engkau terjun ke dalamnya, kami pun akan terjun bersamamu”.
Pribadi seperti itulah yang ditempa oleh Rasul, yang tak takut pada lawan walaupun berjumlah tiga kali lipat dengan bersenjata lengkap. Karena yang menjadi sebab kemenangan bukanlah materi tapi semangat yang berapi dan jiwa yang tak takut mati.
Oleh karena itu menempa diri menjadi insan bertaqwa, tau arah perjuangan, istikamah di jalan Nya, paham siapa kawan siapa lawan merupakan hal yang utama. Inilah kunci kejayaan yang Allah telah menjanjikannya. []
Wallahu’alam.
Oleh Ruruh Hapsari
0 Komentar