Serangan
Israel kembali ke kompleks masjid Al Aqsha pasca gencatan senjata Jumat lalu (21/05/21),
telah diprediksi sebelumnya oleh warga Palestina. Mereka sangat mengenal watak
Yahudi yang hampir dipastikan selalu ingkar janji. Karenanya harus ada
pemahaman yang tepat tentang klaim kemenagan atas konflik yang terjadi selama
11 hari itu. Sebab jika tidak, maka akan muncul penyikapan yang salah atas
realitas tersebut. Ditambah lagi, Israel juga melakukan hal sama, menyatakan
klaim kemenangan. Tulisan ini hendak memaparkan bagaimana seharusnya kaum
muslimin menyikapi konflik berkepanjangan itu dengan perspektif Islam.
Makna Klaim Kemenangan Bagi
Palestina
Dilaporkan
dalam serangan selama 11 hari tersebut, sebanyak 232 warga Palestina, termasuk
65 anak-anak dan 39 wanita, tewas dalam serangan Israel di Gaza sejak 10 Mei. Sedangkan
korban luka-luka mencapai angka ribuan dan infrastruktur banyak yang rusak. Tercatat
450 bangunan di sana hancur atau rusak parah, termasuk sejumlah rumah sakit dan
klinik kesehatan. Sedangkan di pihak Israel 12 orang yang diyakini tewas,
termasuk dua anak-anak.
Tentu
jika menilik laporan ini, kemenangan secara fisik tidak bisa disematkan pada
para pejuang Palestina. Apalagi secara fakta dari tahun ke tahun hal seperti
ini selalu terulang, terjadi lagi dan lagi. Tetapi tentu harus dilihat dari
aspek yang lain. Mengapa demikian? Sebab konflik Israel-Palestina ini memiliki
sejarah yang cukup panjang. Dan Al Qur’an telah menmberikan gambaran yang
sangat jelas terkait penyikapan terhadap orang-orang Yahudi
Allah
berfirman dalam Al Qur’an:
لَا يُقَاتِلُونَكُمْ جَمِيعًا إِلَّا فِي قُرًى
مُحَصَّنَةٍ أَوْ مِنْ وَرَاءِ جُدُرٍ بَأْسُهُمْ بَيْنَهُمْ شَدِيدٌ تَحْسَبُهُمْ
جَمِيعًا وَقُلُوبُهُمْ شَتَّىٰ ذَٰلِكَ بِأَنَّهُمْ قَوْمٌ لَا يَعْقِلُونَ
“Mereka tidak akan
memerangi kamu dalam keadaan bersatu padu, kecuali dalam kampung-kampung yang
berbenteng atau di balik tembok. Permusuhan antara sesama mereka adalah sangat
hebat. Kamu kira mereka itu bersatu, sedang hati mereka berpecah belah. Yang
demikian itu karena sesungguhnya mereka adalah kaum yang tidak mengerti”.
(QS. Al Hasyr: 14)
Apa
yang terjadi di Palestina hari ini mengkonfirmasi kebenaran firman Allah swt diatas.
Orang Yahudi Israel takkan pernah berani berperang selain dengan senjata yag
canggih dan benteng yang kokoh. Lihat saja, saat Iron Dome Israel hancur karena
serbuan roket para mujahidin Palestina, AS langsung meminta agar gencatan
senjata segera dilakukan. Tak berlangsung lama Presiden AS, Joe Biden, berjanji
untuk memasok kembali sistem pertahanan rudal Iron Dome ke Israel. Dia
menyatakan kembali dukungan Washington kepada Tel Aviv untuk untuk
mempertahankan diri dari serangan roket sebagaimana dilansir Russia Today.
(Kompas.com, 21/05/21)
Dalam
ayat ini jelas sekali Islam menggambarkan lemahnya mental orang-orang Yahudi.
Nampak pula dukungan dari negara-negara besar para Israel, padahal dalam ayat
tersebut digambarkan bahwa persatuan mereka sangat lemah dan hati mereka
bercerai-berai. Itulah yang harus dipahami oleh kaum muslimin. Sikap pengecut
dan lemah mental bangsa Israel ini jelas merupakan bentuk kekalahan mereka.
Karena itu klaim kemenangan Palestina harus dimaknai dengan kemenangan mental.
Sebab
mental kaum muslimin Palestina memang tak bisa ditandingi. Banyak pujian yang
menunjukkan kemuliaan penduduk Palestina. Keinginan mereka untuk tetap bertahan
di sana, hidup di bawah tekanan militer dimana kematian selalu menghantui
kehidupan mereka, menunjukkan keyakinan yang teramat kuat akan janji Allah bagi
para syuhada. Sabda Rasulullah
إِذَا فَسَدَ أَهْلُ الشَّامِ فَلَا خَيْرَ
فِيكُمْ، لَا تَزَالُ طَائِفَةٌ مِنْ أُمَّتِي مَنْصُورِينَ، لَا يَضُرُّهُمْ مَنْ
خَذَلَهُمْ حَتَّى تَقُومَ السَّاعَةُ
”Apabila kerusakan terjadi
pada penduduk Syam maka sudah tidak ada lagi kebaikan pada kalian. Senantiasa
akan ada di kalangan umatku orang-orang yang mendapatkan pertolongan Allah,
orang-orang yang menelantarkan mereka tidak akan memberi madharat kepada mereka
sampai terjadi hari kiamat.” (HR. Ahmad)
Sekaligus
ini mengkonfirmasi pemahaman warga Palestina tentang urgensi menjaga masjid Al
Aqsha sebagai tempat suci bagi kaum muslimin. Jadi gencatan senjata ini harus
diartikan sebagai salah satu upaya defensive untuk menyelamatkan masjid Al
Aqsha dan jatuhnya korban yang lebih banyak lagi.
Tabiat Yahudi : Culas
Tanpa Batas
Dalam
catatan sejarah terbukti perjalanan umat Yahudi penuh intrik. Kekerasan,
pengkhianatan dan adu domba, selalu lekat dengan citra kaum Yahudi sejak zaman
dahulu kala. Dan Al Qur’an juga telah menjelaskannya dalam banyak ayat. Di
manapun berada, prahara dan kekacauan selalu terjadi akibat ulah mereka.
Prahara
di Palestina muncul pasca kekalahan Daulah Islamiyah (Turki Utsmany) dalam PD
I. Saat itu secara rahasia, Inggris dan Perancis mengadakan perjanjian yang
membagi-bagi kendali wilayah bekas kekuasaan Turki Utsmany di Timur
Tengah. Perjanjian itu terjadi pada
bulan Mei 1916 dan di kenal dengan nama perjanjian Sykes Picot. Perjanjian ini
kemudian segera disusul dengan Deklarasi Balfour tahun 1917, dimana Inggris mengumumkan
dukungan bagi pembentukan sebuah "kediaman nasional bagi bangsa
Yahudi" di Palestina. Saat itu Palestina adalah salah satu daerah di dalam
wilayah Daulah Utsmaniyah dan warga Yahudi di Palestina masih menjadi kaum
minoritas kala itu.
Dalam
perkembangan berikutnya, terjadilah migrasi besar-besaran orang-orang Yahudi
Eropa ke wilayah Palestina. Mereka mendiami wilayah di Palestina, merebut
tanah, mendirikan rumah, mengusir dan memerangi kaum muslimin. Hingga pembagian
wilayah Palestina itu diatur oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dalam
Resolusi 181, Israel tak pernah patuh. Bahkan sampai sekarang, Israel masih
terus melakukan upaya pencaplokan wilayah atau aneksasi. Demikianlah keculasan
mereka terus terjadi tanpa batas.
Artinya
jika kemarin pihak Israel meminta untuk dilakukan gencatan senjata, sejatinya
bukan karena niat baik mereka. Tapi lebih pada tipu muslihat. Faktanya mereka
kembali menyerang kaum muslimin agar mereka bisa lebih merangsek lagi untuk
memperkecil pemukiman warga Palestina di wilayah Sheikh Jarrah tersebut.
Kecurangan orang-orang Yahudi terus berlangsung tanpa
henti. Klaim kemenangan yang mereka lakukan sejatinya bukan karena ketangguhan
dan sikap ksatria yang mereka miliki. Tapi memang sengaja Allah berikan
kemenangan itu saat ini sebagaimana digambarkan dalam QS. Al Isra: 6
ثُمَّ رَدَدْنَا لَكُمُ الْكَرَّةَ عَلَيْهِمْ
وَأَمْدَدْنَاكُمْ بِأَمْوَالٍ وَبَنِينَ وَجَعَلْنَاكُمْ أَكْثَرَ نَفِيرًا
“Kemudian Kami berikan
kepadamu giliran untuk mengalahkan mereka kembali dan Kami membantumu dengan
harta kekayaan dan anak-anak dan Kami jadikan kamu kelompok yang lebih besar.”
Kemenangan Hakiki Yang
Pasti
Tidak
hanya menggambarkan tentang tabiat dan karakter orang- orang Yahudi, namun Al
Qur’an juga menjelaskan kekalahan orang-orang Yahudi. Allah swt berfirman:
وَقَضَيْنَا إِلَىٰ بَنِى إِسْرَٰءِيلَ فِى
ٱلْكِتَٰبِ لَتُفْسِدُنَّ فِى ٱلْأَرْضِ مَرَّتَيْنِ وَلَتَعْلُنَّ عُلُوًّا
كَبِيرًافَإِذَا جَاءَ وَعْدُ أُولَىٰهُمَا بَعَثْنَا عَلَيْكُمْ عِبَادًا لَّنَا أُولِى
بَأْسٍ شَدِيدٍ فَجَاسُوا خِلَٰلَ ٱلدِّيَارِ وَكَانَ وَعْدًا مَّفْعُولًا
“Dan telah Kami
tetapkan terhadap Bani Israil dalam Kitab itu: "Sesungguhnya kamu akan
membuat kerusakan di muka bumi ini dua kali dan pasti kamu akan menyombongkan
diri dengan kesombongan yang besar. Maka apabila datang saat hukuman bagi
(kejahatan) pertama dari kedua (kejahatan) itu, Kami datangkan kepadamu
hamba-hamba Kami yang mempunyai kekuatan yang besar, lalu mereka merajalela di
kampung-kampung, dan itulah ketetapan yang pasti terlaksana.”
(QS. Al Isra’: 4-5)
Ayat
ini turun di kota Mekkah jauh sebelum kaum muslimin memiliki kekuatan politik
di Madinah. Dan sejak Rasulullah hijrah ke Madinah menegakkan Daulah, sejarah
mencatat keberhasilan kaum muslimin mengalahkan orang-orang Yahudi dan
membersihkan wilayah jazirah Arab dari entitas Yahudi. Para ulama menyatakan
itu terjadi saat masa kekhilafahan Umar bin Khattab saat membuka pintu Baitul
Maqdis. Kemenangan ini direkam dengan baik dalam Al Qur’an. Allah swt berfirman
هُوَ ٱلَّذِى
أَخْرَجَ ٱلَّذِينَ كَفَرُوا مِنْ أَهْلِ ٱلْكِتَٰبِ مِن دِيَٰرِهِمْ لِأَوَّلِ
ٱلْحَشْرِ مَا ظَنَنتُمْ أَن يَخْرُجُوا وَظَنُّو أَنَّهُم مَّانِعَتُهُمْ
حُصُونُهُم مِّنَ ٱللَّهِ فَأَتَىٰهُمُ ٱللَّهُ مِنْ حَيْثُ لَمْ يَحْتَسِبُوا
وَقَذَفَ فِى قُلُوبِهِمُ ٱلرُّعْبَ يُخْرِبُونَ بُيُوتَهُم بِأَيْدِيهِمْ
وَأَيْدِى ٱلْمُؤْمِنِينَ فَٱعْتَبِرُوا يَٰأُولِى ٱلْأَبْصَٰرِ
“Dialah yang
mengeluarkan orang-orang kafir di antara ahli kitab dari kampung-kampung mereka
pada saat pengusiran yang pertama. Kamu tidak menyangka, bahwa mereka akan
keluar dan merekapun yakin, bahwa benteng-benteng mereka dapat mempertahankan
mereka dari (siksa) Allah; maka Allah mendatangkan kepada mereka (hukuman) dari
arah yang tidak mereka sangka-sangka. Dan Allah melemparkan ketakutan dalam
hati mereka; mereka memusnahkan rumah-rumah mereka dengan tangan mereka sendiri
dan tangan orang-orang mukmin. Maka ambillah (kejadian itu) untuk menjadi
pelajaran, hai orang-orang yang mempunyai wawasan”.
(QS. Al Hasyr: 2)
Kemenangan
ini terjadi saat kaum muslimin telah memiliki institusi politik, yakni Daulah Khilafah
Islamiyah. Dengan kekuatan politik inilah entitas Yahudi bisa dikalahkan.
Karenanya keberadaan Khilafah tak bisa disangkal, mampu memberikan perlindungan
kepada kaum muslimin dari berbagai keburukan orang-orang Yahudi. Keyakinan ini
harusnya terpatri kuat dalam diri kaum muslimin. Dan keyakinan inilah yang
seharusnya mengantarkan pada kesadaran akan pentingnya institusi politik bagi
kaum muslimin dalam bentuk Khilafah Islamiyah. Harapannya kesadaran ini akan mendorong
kaum muslimin berjuang untuk menegakkan Khilafah Islamiyah.
Adapun
kemenangan setelah kejahatan Yahudi yang kedua, Allah memastikan lenyapnya
entitas Yahudi di muka bumi. Allah swt berfirman
إِنْ أَحْسَنْتُمْ أَحْسَنْتُمْ لِأَنْفُسِكُمْ
وَإِنْ أَسَأْتُمْ فَلَهَا فَإِذَا جَاءَ وَعْدُ الْآخِرَةِ لِيَسُوءُوا
وُجُوهَكُمْ وَلِيَدْخُلُوا الْمَسْجِدَ كَمَا دَخَلُوهُ أَوَّلَ مَرَّةٍ
وَلِيُتَبِّرُوا مَا عَلَوْا تَتْبِيرًا
“Jika kamu berbuat baik
(berarti) kamu berbuat baik bagi dirimu sendiri dan jika kamu berbuat jahat,
maka (kejahatan) itu bagi dirimu sendiri, dan apabila datang saat hukuman bagi
(kejahatan) yang kedua, (Kami datangkan orang-orang lain) untuk menyuramkan
muka-muka kamu dan mereka masuk ke dalam mesjid, sebagaimana musuh-musuhmu
memasukinya pada kali pertama dan untuk membinasakan sehabis-habisnya apa saja
yang mereka kuasai”. (QS. Al Isra: 7)
يَا قَوْمِ ادْخُلُوا الْأَرْضَ الْمُقَدَّسَةَ
الَّتِي كَتَبَ اللَّهُ لَكُمْ وَلَا تَرْتَدُّوا عَلَىٰ أَدْبَارِكُمْ
فَتَنْقَلِبُوا خَاسِرِينَ
“Hai kaumku, masuklah
ke tanah suci (Palestina) yang telah ditentukan Allah bagimu, dan janganlah
kamu lari kebelakang (karena takut kepada musuh), maka kamu menjadi orang-orang
yang merugi.” (QS. Al Maidah: 21)
Akhir
kesudahan kaum Yahudi berada di tangan umat Islam ini jelas tidak terbantahkan sebab
ini pun disebutkan dalam sebuah hadits:
عن أبي هريرة رضي الله عنه عن النبي صلى الله عليه
وسلم أنه قال: لا تقوم الساعة حتى تقاتلوا اليهود حتى يقول الحجر وراءه اليهودي
تعال يا مسلم هذا يهوديّ ورائي فاقتله
Dari Abi Hurairah, Nabi
Muhammad SAW bersabda, "Tidak akan terjadi Hari Kiamat hingga kalian (umat
Muslim) memerangi Yahudi, kemudian batu berkata di belakang Yahudi, "Wahai
Muslim, inilah Yahudi di belakangku, bunuhlah!" (HR Bukhari dan
Muslim)
Dalil-dalil
diatas sangat jelas menggambarkan kesudahan orang-orang Yahudi. Bahwa mereka
akan dikalahkan oleh kaum muslimin. Dan tentunya itu akan terjadi ketika kaum
muslimin memiliki kekuatan politik sebagaimana dulu kaum muslimin mengalahkan
mereka pada kali pertama. Yakni ketika kaum muslimin berhasil menegakkan
kembali Khilafah Islamiyah untuk kedua kalinya. Jika janji ini semua sudah
sangat jelas, mengapa masih meragukan kewajiban tegaknya Khilafah? Mengapa pula
masih meragukan untuk ikut memperjuangkannya?
Penulis: Kamilia
Mustadjab
0 Komentar