Menarik Benang Merah Dakwah Walisongo di Nusantara

 


Ajaran Islam sungguh mulia. Kemuliaannya sudah terbukti membawa rahmat bagi seluruh alam. Penyebaran dakwahnya di mulai dari jazirah Arab hingga kita Indonesia, merasakan sentuhan ajaran Islam yang sangat paripurna. Islam hadir ke Indonesia melalui para hamlud dakwah salah satunya adalah Walisongo yang notabene mereka adalah utusan khilafah. 

Walisongo hadir di tengah masyarakat Indonesia menjembatani mereka untuk mengenal Islam. Berbagai masalah kehidupan mampu diselesaikan secara Islam. Namun metode dakwah Islam tetap mencontoh dakwah Rasulullah yaitu menanamkan akidah secara kuat tetapi uslub atau tatacara menyampaikan ke masyarakat disampaikan secara kultural tanpa merusak akidah Islam yang sebenarnya.Bukan meleburkan akidah atau mencampuradukkan akidah dengan budaya atau adat istiadat. 

Hal ini  yang disampaikan oleh KH. Ahmad Baso saat berbicara di episode ke-20 Ngabuburit bersama Badan Kebudayaan Nasional (BKN) Pusat PDI Perjuangan, “Mata Air Kearifan Walisongo”, Minggu (2/5/2021).

Perjuangan para walisongo di Nusantara bukanlah perjuangan Islam yang bermakna moderat yang toleran terhadap kemaksiatan ataupun sinkretisme. Namun perjuangan walisongo dalam berdakwah ke masyarakat Indonesia secara halus tanpa kekerasan fisik dengan mengedepankan berpikir. Hal ini yang merupakan ciri khas Islam dakwah tanpa kekerasan. Masyarakat diajak berpikir tentang keberadaan Sangat Pencipta dengan menggunakan uslub-uslub (tata cara sederhana yang mudah dijangkau oleh seluruh masyarakat). Hal yang tidak asing saat dakwah ini dilakukan oleh para walisongo seperti melalui uslub dagang, yaitu dengan mengajak berdiskusi kondisi keseharian masyarakat pada akhirnya mereka masuk Islam secara sukarela. 

Kehanifan masyarakat Indonesia memudahkan Islam cepat berkembang di Nusantara. Apalagi Islam yang diyakini sebagai penebar rahmat bagi seluruh alam tidak pernah memaksa seseorang untuk masuk Islam. Mereka yang masuk Islam adalah karena rasa kesukarelaan dan memandang Islam sebagai solusi jitu kehidupan. Hal ini bisa kita lihat bagaimana hukum syariat Islam diterapkan di berbagai kerajaan Islam yang semula adalah kerajaan Hindu atau Budha. Praktik sabung ayam, perjudian, penyembahan terhadap berhala dihilangkan serta hukuman bagi para pelaku zina ditegakkan. Bahkan di masa kerajaan Demak hukum Islam diterapkan seperti pemberlakuan hukum qishas pada Syekh Siti Jenar yang menyimpang. (http.core.code.UK Legalisasi hukum Islam di Demak). 

Para walisongo dalam berdakwah senantiasa melakukan berbagai pendekatan kepada masyarakat demi tersebarnya Islam di Nusantara. Menanamkan semangat dan jiwa berkorban melalui jihad untuk membela bangsa ini dari kaum penjajah. Selain itu juga menghargai perbedaan agama berdasarkan landasan Islam. Artinya memahamkan arti toleransi yang sebenarnya bukan toleransi kebablasan dengan tunduk terhadap aturan manusia. Hal ini bisa terlihat dengan berdampingannya agama selain Islam di Nusantara. 

Selama ini dakwah Islam oleh banyak dipandang sebagian orang  identik dengan dakwah nasional isme yang hanya mencakup menonjolkan masalah budaya dan adat istiadat semata. Padahal jika ditelusuri para walisongo merupakan kepanjangan tangan para utusan khilafah yang berdakwah melalui uslub dagang dan yang lainnya. Mereka juga membawa Islam mulia yang merupakan dakwah trans nasionalisme karena sejatinya Islam hadir dari Timur Tengah (Jazirah Arab) hingga masuk ke negeri tercinta kita ini. 

Memang saat ini gaung dakwah moderat dan ajaran Islam Nusantara kian menggema seiring dengan gencarnya Barat memporak-porandakan ajaran Islam lewat Islam moderat, Islam Nusantara. Bahkan mereka berusaha menghambat kebangkitan Islam dengan menganggap dakwah transnasional sebagai sebuah ancaman negeri. Mengidentikan dakwah tersebut sebagai dakwah yang tidak memahami keberagaman suku, budaya, etnis hingga agama. Padahal sejatinya Islam dulu pernah membuktikan dengan berdampingannya tiga agama dengan berbagai karakter suku dan bangsa . Namun nyatanya semuanya bisa merasakan keindahan Islam tanpa embel-embel Islam lokal, Islam moderat atau sebutan yang lainnya. 

Dengan begitu kita bisa menarik kesimpulan, bahwa Islam lahir sejatinya untuk seluruh umat manusia dengan memberikan solusi jitu berbagai masalah yang dihadapi manusia. Para walisongo berdakwah berdasarkan hukum syariat Islam yaitu Alquran dan As sunah. Adapun  terkait kemampuan walisongo mampu merangkul masyarakat itu sebagai uslub saja tanpa menggerus akidah Islam yang sebenarnya dan tidak terjebak sinkretisme. Karena Islam adalah rahmat bagi seluruh alam. 

Allah Swt berfirman:

وَمَا أَرْسَلْنَاكَ إِلاَّ رَحْمَةً لِلْعَالَمِينَ

Tiadalah Kami mengutus engkau (Muhammad) melainkan sebagai rahmat bagi alam semesta (QS al-Anbiya’ [21]: 107). []

Wallahu alam bishshawwab.


Oleh Heni Ummu Faiz

Ibu Pemerhati Umat

Posting Komentar

0 Komentar