Ramadan dan Islam Kaffah


Bulan Ramadan bukan hanya bulan yang suci, namun juga memiliki makna sebagai bulannya Alquran diturunkan. Di bulan ini kaum muslimin tidak cukup hanya menahan dari sesuatu hal yang dihalalkan Allah seperti makan dan minum. Tetapi lebih jauh lagi yaitu menghindari hal-hal yang dapat merusak pahala puasa tersebut. 


Pun di bulan Ramadan, banyak terjadi peristiwa-peristiwa bersejarah. Seperti penaklukan kota Mekah atau Fathu Mekah yang terjadi pada tahun ke delapan sesudah hijrah. Dengan peristiwa ini Allah menyelamatkan Kota Mekah yang awalnya penuh kesyirikan dan kezaliman menjadi kota yang bernafaskan Islam, Islam Kaffah. 


Allah Swt berfirman dalam Alquran Surat Al Qashash ayat 85:

اِنَّ الَّذِيْ فَرَضَ عَلَيْكَ الْقُرْاٰنَ لَرَاۤدُّكَ اِلٰى مَعَادٍ ۗقُلْ رَّبِّيْٓ اَعْلَمُ مَنْ جَاۤءَ بِالْهُدٰى وَمَنْ هُوَ فِيْ ضَلٰلٍ مُّبِيْنٍ

Artinya: Sesungguhnya yang mewajibkan atasmu (melaksanakan hukum-hukum) Al Quran, benar-benar akan mengembalikan kamu ke tempat kembali. Katakanlah: "Tuhanku mengetahui orang yang membawa petunjuk dan orang yang dalam kesesatan yang nyata".


Dijelaskan di dalam tafsir As Sa’di, oleh Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-Sa’di, yakni Allah Swt yang menurunkan Alquran, mewajibkan hukum-hukumnya (untuk diamalkan), menerangkan yang halal dan yang haram dan memerintahkan Beliau untuk menyampaikan Alquran kepada manusia. Yang dimaksud dengan tempat kembali disini ialah Kota Mekah, dimana Beliau rindu pergi kepadanya. 


Ini adalah suatu janji dari Allah bahwa Nabi Muhammad Saw akan kembali ke Mekkah sebagai orang yang menang, dan ini sudah terjadi pada tahun ke delapan hijrah saat Nabi Saw menaklukan Mekah. Ini merupakan sebuah mukjizat bagi Nabi. Bisa juga maksudnya, bahwa Allah Swt akan mengembalikan Beliau dan selain Beliau ke akhirat, yang disana amal mereka diberikan balasan. 


Ayat ini juga turun sebagai jawaban terhadap perkataan kaum kafir Mekkah, bahwa beliau berada dalam kesesatan. Sudah maklum, bahwa Rasulullah Saw, Beliaulah yang mendapatkan petunjuk lagi memberikan petunjuk, sedangkan musuh-musuh Beliau jelas sebagai orang yang sesat lagi menyesatkan.


Di dalam tafsir Ibnu Katsir menjelaskan, bahwa telah diriwayatkan dari Ibnu Abbas sebagaimana yang telah dikatakan oleh Imam Bukhari dalam kitab tafsir bagian dari kitab sahihnya, bahwa telah menceritakan kepada kami Muhammad Ibnu Muqatil, telah menceritakan kepada kami Ya’la, telah menceritakan kepada kami Sufyan Al-Usfuri, dari Ikrimah, dari Ibnu Abbas sehubungan dengan firman-Nya: benar-benar akan mengembalikan kamu ke tempat kembali (Al-Qashash:85) yaitu ke Mekah. 

Hal yang sama telah diriwayatkan oleh Imam Nasai di dalam kitab tafsir dalam kitab sunannya, juga oleh Ibnu Jarir melalui hadis Ya’la ibnu Ubaid A-Tanafisi dengan sanad yang sama. 


Berbeda penafsiran mengenai tempat kembali yang dimaksud, Abdur Razzaq mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ma’mar, dari Qatadah sehubungan dengan firman-Nya dalam surat Al-Qashash ayat 85 yaitu ke Baitul Maqdis. Pendapat ini –hanya Allah Yang Maha Mengetahui- merujuk ke pendapat orang yang menafsirkannya dengan pengertian hari kiamat. Karena Baitul Maqdis adalah tanah mahsyar dan tempat dibangkitkannya semua mahluk, hanya Allah lah yang memberi taufik kepada pendapat yang benar. 


Kesimpulan dari semua pendapat menunujukkan bahwa Ibnu Abbas adakalanya menafsirkannya dengan pengertian kembalinya Nabi Saw. ke Mekah, yaitu jatuhnya kota Mekah, yang menurut interpretasi Ibnu Abbas merupakan pertanda dekatnya akhir usia Nabi Saw. sebagaimana penafsiran yang dikemukakan oleh Ibnu Abbas sehubungan dengan makna firman-Nya: Apabila telah datang pertolongan Allah dan kemenangan (An-Nasr: 1), hingga akhir surat.


Bahwa makna ayat menunjukkan dekatnya masa kewafatan Nabi Saw. sebagai belasungkawa yang ditujukan kepadanya. Hal ini dikemukakan oleh Ibnu Abbas di hadapan Khalifah Umar ibnul Khattab yang menyetujui pendapatnya itu, dan Umar mengatakan, “Aku tidak mengetahui selain dari apa yang kamu  ketahui.” Karena itulah adakalanya Ibnu Abbas menafsirkan firman-Nya: Benar-benar akan mengembalikan kamu ke tempat kembali (Al-Qashash: 85) dengan pengertian kematian, adakalanya pula dengan pengertian hari kiamat yang kejadiannya adalah sesudah kematian.


Adakalanya pula, ia menafsirkannya dengan dengan pengertian surga yang merupakan pahala  dan tempat kembalinya sebagai imbalan dari tugas menunaikan risalah dan menyampaikannya kepada dua mahluk, yaitu jin dan manusia. Juga karena beliau adalah mahluk Allah yang paling sempurna dan paling fasih secara mutlak. Yakni katakanlah kepada kepada orang yang menentang dan mendustakanmu, hai Muhammad, dari kalangan kaummu yang musyrik dan orang-orang yang mengikuti kekafiran mereka, bahwasanya Tuhanku lebih mengetahui siapakah yang berhak mendapatkan petunjuk antara kalian dan aku. Dan kelak kalian akan mengetahui siapakah yang akan mendapat kesudahan yang baik, dan siapakah yang akan mendapat akibat yang terpuji dan pertolongan di dunia dan akhirat.


Peristiwa Fathu Mekah yang terjadi di bulan Ramadan menunjukkan bahwa tidak ada alasan bagi umat muslim untuk berpangku tangan atau menjadi berat hati untuk senantiasa taat melakukan perintah-Nya. Puasa bukan menjadi alasan untuk tidak melakasanakan kewajiban, justru memahami di bulan Ramadan lah setiap amal salih yang dikerjakan akan mendapatkan balasan pahala berkali-kali lipat lebih banyak dari bulan-bulan lainnya. 


Sebuah peristiwa yang menggambarkan perjuangan Rasulullah Saw untuk menjadikan Islam sebagai satu-satunya agama yang bisa mengeluarkan manusia dari kegelapan menuju kehidupan yang penuh dengan cahaya. Menjadikan Islam juga sebagai aturan yang mengatur semua sendi-sendi kehidupan. 


Hal yang tidak kita dapati saat ini, dimana Islam hanya dipakai untuk urusan spiritual, selebihnya tidak. Islam sebagai panduan hidup telah ditinggalkan, sehingga menyebabkan kemunduran, keterpurukan dan juga penderitaan yang seakan tiada akhir menimpa umatnya. Semoga Ramadan tahun ini menjadi momen yang tepat untuk bisa kembali kepada Islam seutuhnya, Islam yang kaffah. []


Wallahu a'lam bishshawab.


Oleh Anjar Rositawati


Posting Komentar

0 Komentar