Aksi Tikus Berdasi Kian Meresahkan


Harta dan tahta adalah hal yang paling diburu di dunia ini. Manusia kerap kali berlomba saling sikut untuk mendapatkan keduanya. Namun ketika si pemburu tak mengerti ilmu, akan menjadi petaka bagi orang lain juga bagi dirinya sendiri. 

Itulah yang terjadi pada mantan Menteri Sosial Juliari Batubara yang sekarang meringkuk di tahanan karena diduga korupsi Bantuan sosial (Bansos) yang sejatinya wajib disalurkan kepada rakyat sebagai bantuan dari pemerintah terkait wabah Covid-19.

Kasus ini pun terus bergulir hingga saat ini karena diduga melibatkan berbagai pihak yang turut mengambil bagian. Hal ini disampaikan oleh Koordinator Masyarakat Anti-Korupsi Indonesia (MAKI) Boyamin Saiman (Liputan6.com, 11 Desember 2020).

Lebih jauh, penyidik senior KPK Novel Baswedan mengungkapkan bahwa kasus korupsi bantuan sosial (Bansos) Covid-19 nilainya mencapai Rp100 triliun."Ini kasus yang mesti diteliti lebih jauh. Kasus ini nilainya puluhan triliun. Bahkan saya rasa seratus triliun nilai proyeknya dan ini korupsi terbesar yang saya pernah perhatikan," ujar Novel ( asumsi.co, 23 Juni 2021).

Demikian pula yang terjadi di Bekasi Jawa Barat, disinyalir ada korupsi pada bantuan beras Bansos, lantaran beras yang dibagikan berkualitas buruk. Hal ini ditanggapi oleh Dinas Sosial (Dinsos) Kabupaten Bekasi. Menurut Sekretaris Dinas Sosial Kabupaten Bekasi Kusnanto, beras yang saat ini tengah diusut pihak kepolisian tersebut berasal dari program Bantuan Pangan Non-Tunai (BPNT) Kementerian Sosial (Kemensos) (bekaci.suara.com, 06 Juni 2021).

Inilah pil pahit yang harus ditelan oleh rakyat akibat hidup dalam sistem kapitalisme. Tak dapat dipungkiri, pandemi yang berkepanjangan saat ini membenturkan masyarakat dengan masalah klasikal, yaitu kemiskinan. Namun, masalah ini tak justru membuat para pemimpin iba terhadap rakyatnya, namun justru semakin leluasa untuk menjarah hak rakyat melalui program Bansos.

Pemimpin yang seharusnya menjadi pelindung dan  melayani rakyat atas segala kebutuhan hidupnya justru berkhianat kepada rakyat. Bantuan yang menjadi hak rakyat, digerogoti tanpa peduli akan dampak buruk akibat perbuatannya. Penghianat itu terlampau gelap mata.

Di tengah wabah yang menjangkiti negeri, harusnya pemimpin menyediakan makanan bergizi, bukan justru memberikan beras dengan kualitas buruk kepada rakyat. Namun inilah yang terjadi pada sistem demokrasi sekuler kapitalisme

Rentetan masalah yang sedang melanda adalah tersistem namun tak teratasi. Oleh karena itu, solusi permasalahannya harusnya dengan sistem yang lebih apik , agar  setiap permasalahan tuntas tanpa menyisakan permasalahan baru.

Satu-satunya sistem yang baik dan sudah teruji mengayomi rakyat adalah sistem Islam. Islam mewajibkan pemimpin untuk bertanggung jawab penuh atas kebutuhan pokok rakyatnya. Baik dalam kondisi lapang apalagi dalam keadaan pandemi.

Kriteria pemimpin semacam ini akan terpenuhi dalam sistem Islam, karena Rasulullah Saw melalui hadist yang diriwayatkan oleh Muslim beliau bersabda, “Imam (kepala negara) adalah penggembala (penanggung jawab) dan dia akan dimintai tanggung jawab atas penggembalaannya (kepemimpinannya) itu".

Begitu pula permasalahan korupsi, sistem Islam mempunyai trik jitu untuk menghentikannya. Jika dalam sistem demokrasi pelaku korupsi justru mendapatkan diskon hukuman, Islam justru bertindak tegas yaitu dihukum dengan ta'zir berupa tasyhir, yakni diwartakan atau dipublikasikan. Hukuman lainnya adalah bisa berupa penyitaan harta benda, pengasingan, sampai hukuman mati.

Contoh masyhur tegasnya negara dalam tindak korupsi adalah ketika putra Umar bin Khattab yakni Abdullah bin Umar, diketahui menggembala unta di padang rumput milik baitul mal. Khalifah Umar bin Khattab pun menyita unta gemuk tersebut karena puteranya dinilai telah menyalahgunakan fasilitas negara. 

Demikianlah, hanya Islam yang memiliki cara dan solusi yang tepat dalam menyelesaikan permasalahan umat. Mulai dari pemenuhan kebutuhan pokok sampai pemberantasan korupsi. Maka selayaknya kita harus berjuang untuk kembali hidup dalam sistem Islam agar tak ada lagi aksi-aksi tikus berdasi yang membuat resah.


Oleh Hessy Elviyah, S.S


Posting Komentar

0 Komentar