Benarkah Milenial Rentan Terpapar Radikalisme?



Generasi Milenial yang dihadapkan dengan pesatnya perkembangan teknologi, sesungguhnya menjadi tantangan tersendiri. Kemajuan teknologi yang di dalamnya terdapat fasilitas berupa media sosial memudahkan seseorang berkomunikasi antara satu orang dengan yang lainnya di seluruh penjuru dunia. Di balik penggunaan media sosial berdampak positif maupun negatif tergantung individu masing-masing yang menggunakan. Sehingga, surveipun kerap dilakukan oleh Badan Intelegen Nasional (BIN). Terlebih survei arus Radikalisme yang menjadi perbincangan yang tiada habisnya.


Ada survei dari BNPT terbaru, bahwa 85 persen generasi milenial rentan terpapar radikalisme," kata Wawan saat menjadi pembicara dalam webinar soal strategi, kebijakan dan pembangunan,  (CNN Indonesia, 15/6/2021). 


Namun, benarkah demikian? Pasalnya yang di maksud dengan radikal versi mereka yaitu yang menjadikan Islam sebagai Ideologi atau Ideologi Transnasional radikal seperti yang dikatakan oleh Jokowi dalam momentum peringatan hari lahir Pancasila tanggal 01 Juni 2021 lalu.


Dikutip CNNIndonesia. Kecepatan ekspansi ideologi transnasional radikal bisa melampaui standar normal ketika memanfaatkan disrupsi teknologi ini," kata Jokowi melalui kanal Youtube Sekretariat Presiden. Dilanjutkan oleh pernyataan Direktur Eksekutif Parameter Politik Indonesia, Adi Prayitno menjelaskan bahwa ideologi transnasional sendiri merupakan ideologi yang berasal dari luar dan bertentangan dengan Pancasila. Salah satunya, khilafah. (CNNIndonesia, 01/06/2021)


Lagi-lagi mereka mengkambinghitamkan ajaran Islam yakni Khilafah sebagai ajaran yang berbahaya bagi milenial dan dianggap radikal. Padahal Khilafah bukanlah ancaman bagi keamanan negara justru dengan diterapkannya Khilafahlah keamanan warga negara terkhusus milenial akan terjamin baik dari pengaruh buruk bermedia sosial maupun di kehidupan yang sesungguhnya. Tuduhan yang sangat keji mengenai khilafah sebagai ajaran Islam disejajarkan dengan radikal yang bermakna keras dan bahaya. Perlu di pahami pula bahwa Khilafah bukanlah sebuah Ideologi yang sama halnya dengan Kapitalisme dan Komunisme. Khilafah merupakan sistem pemerintahan yang menghendaki seluruh aturan Islam diterapkan dalam kehidupan baik sosial, politik maupun negara. Islamlah yang menjadi Ideologinya. Berbicara Khilafah sudah tentu berbicara ajaran Islam.


Terlebih, Indonesia sendiri akan menghadapi bonus Demografi, dimana para pemuda yang dikatakan milenial jumlahnya semakin banyak. Akan tetapi, mereka merasa ketakutan bahkan dianggap berbahaya jika paham-paham radikalisme menggrogoti milenial.


Dikutip CNN Indonesia. Indonesia juga akan menghadapi bonus demografi yang tentunya sangat berbahaya jika paham-paham radikalisme itu justru menggerogoti milenial yang menjadi salah satu bagian dari bonus demografi tersebut. (CNN Indonesia, 15/06/2021)


Sebuah ketakutan yang tidak mendasar mengenai paham-paham radikalisme yang mereka sematkan kepada Islam. Padahal sesungguhnya bonus demografi dengan diiringi perkembangan teknologi sudah seharusnya diaruskan menuju kebangkitan umat yang hakiki yaitu menyongsong peradaban mulia. Media sosial dijadikan uslub dakwah dalam menyebarkan kebaikan dan mempercepat tegaknya Khilafah di muka bumi. []


Wallahu A’lam Bishawab.


Oleh Sri Mulyati

Mahasiswa



Posting Komentar

0 Komentar