Dispora Dunia Menuju Negeri Akhirat yang Hakiki



Sering kita sibuk mengurusi urusan dunia hingga melupakan kehidupan akhirat. Kehidupan dunia yang menyilaukan mata sering melenakan manusia. Hal ini terjadi karena saat ini kungkungan sistem kapitalis sekularisme.


Akibat kungkungan sistem ini begitu banyak orang-orang yang senang pamer harta kekayaan dan kekuasaan. Nihil rasa empati terhadap penderitaan orang lain. Merasa hidup seolah tak kan kembali ke yang memberi dunia dan harta.


Akibat kungkungan sistem ini banyak orang yang berlimpah harta merasa hidup laksana "Sultan yang bebas berbuat apa saja". Ya istilah "Sultan terus menggema hingga melupakan bahwa hidup kita dispora yang akan kembali ke alam akhirat yang abadi.


Sejatinya kita sebagai muslim seharusnya merenungkan berbagai hal yang ada di dunia. Kenapa? Tentu saja karena apa yang kita perbuat akan dimintai pertanggungjawaban di akhirat kelak. Seorang muslim di dunia ini tentu memiliki tujuan hidup dan memahami harus apa di dunia dan akan kemana kembali.


Jika kita memahami hal itu tentu tidak akan semena-mena dan terlena terhadap kehidupan dunia. Dunia senantiasa dalam genggaman tangan untuk berbagi terhadap sesama sedangkan jika dunia dalam hati akan melupakan kehidupan yang abadi yaitu akhirat yang hakiki.


Untuk itu marilah kita renungkan sebagian kisah para sahabat Rasulullah Saw yang selalu mengingat kehidupan akhirat padahal mereka kaya raya dan harta berlimpah. Mereka infakkan di jalan Allah.


Salah satu kisah yang menjadi inspirasi kita yaitu kedermawanan Utsman bin Affan. Ada kisah yang menyentuh hati hati saat itu krisis pernah menimpa umat Islam pada masa lalu, seperti yang berlangsung pada era khalifah Abu Bakar ash shidiq.  


Kaum Muslim sedang didera derita. Kekeringan panjang melanda. Banyak lahan pertanian tak menghasilkan apa-apa. Khalifah Abu Bakar, orang paling bertakwa dari umat Muhammad saw, saat itu sedang berkuasa. Namun, ujian Allah Swt bisa datang kapan saja. 


''Dan sesungguhnya Kami akan beri kamu ujian dengan sebagian dari ketakutan dan kelaparan dan kekurangan harta dan jiwa dan buah-buahan, dan berilah kabar gembira kepada mereka yang sabar.'' (QS Al-Baqarah: 155).


Dalam situasi seperti itu, tak sedikit pedagang mencoba meraih laba berlipat ganda. Namun, ada saja saudagar berhati mulia. Padahal, peluang menumpuk harta telah di depan mata.


Dialah Utsman bin Affan yang digelari sang pemilik dua cahaya karena menikahi dua putri Rasulullah saw dalam kesempatan berbeda.


Saat itu, kapal-kapal niaganya yang mengangkut komoditas pangan semacam jagung, minyak (mentega), dan kismis baru tiba. Jumlahnya hanya bisa diangkut seribu unta. Para pedagang dan broker pencari rente menawarkan harga berlipat ganda. Bahkan, ada yang menawar hingga sepuluh kali lipat harga biasa. Tapi, Utsman menolaknya dengan cara halus.


''Adakah yang berani membeli lebih dari 700 kali lipatnya?'' Semua pedagang terpana. Mereka membayangkan, jika harga setinggi itu dengan manipulasi pasar selicik apa pun, takkan pernah meraih laba.


''Bila demikian, semua ini kujual kepada Allah,'' sambung Utsman seraya membagi-bagikan dagangannya kepada kaum miskin begitu saja. Angka 700 kali lipat merujuk pada Alquran QS Al-Baqarah ayat 261, sebagai ganjaran berinfak di jalan-Nya.


Apa yang disumbangkan  Utsman jelas luar biasa. Bila volume satu truk kontainer setara dengan muatan 25 unta, maka ada 40 kontainer sedekahnya. Pernahkah kita melihat konvoi kontainer sebanyak itu milik seorang pedagang saja? Lalu, pernahkah kita mengetahui ada barang impor diinfakkan semudah membalik telapak tangan. Padahal, harga sedang melambung dan suplai di pasar nyaris tidak ada.


Utsman benar, sebagai saudagar dia tidak perlu silau dengan laba di dunia. Sebab, sebesar apa pun untungnya, harta itu takkan dibawa serta kala nyawa meninggalkan raga. Justru, simpanan sejati adalah harta yang dizakatkan, diinfakkan, disedekahkan, diwakafkan, dan dipinjamkan di jalan Allah Swt.


Jauh sebelumnya, Utsman telah didoakan Rasulullah saw agar semua dosa diampuni-Nya. Utsman pun dijamin masuk surga. Itu karena dia membiayai puluhan ribu serdadu perang Tabuk yang melawan Romawi, baik pangan, minuman, kendaraan, maupun senjatanya. Di antara doa Rasulullah saw untuk Utsman adalah sebagai berikut:


عَنْ حَسَّانَ بْنِ عَطِيَّةَ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «غَفَرَ اللَّهُ لَكَ يَا عُثْمَانُ مَا قَدَّمْتَ، وَمَا أَخَّرْتَ، وَمَا أَسْرَرْتَ، وَمَا أَعْلَنْتَ، وَمَا أَخْفَيْتَ، وَمَا أَبْدَيْتَ، وَمَا كَانَ، وَمَا هُوَ كَائِنٌ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ


Dari Hasan bin Athiyyah, berkata, "Rasulullah saw bersabda,"Semoga Allah Swt mengampuni bagimu wahai Utsman (dosa) yang lewat dan sekarang, dan dosa tak terlihat atau yang tampak, apa yang engkau sembunyikan dan tunjukkan, apa yang telah lalu dan sekarang hingga hari kiamat."


Semoga dengan kisah inspiratif ini mampu menyadarkan kita untuk lebih taat,giat dan menyadari bahwa kita di dunia tak kan abadi. Dispora di dunia dengan mengumpulkan pahala dan amal shaleh menuju akhirat yang abadi.


Wallahu a'lam bishshawab.


Oleh Heni Ummu Faiz

Ibu Pemerhati Umat



Posting Komentar

0 Komentar