Metode Talqiyyan Fikriyyan untuk Keberhasilan Menggerakkan Opini Islam

 


Metode Talqiyyan Fikriyyan atau dikenal dengan metode rasional adalah metode pemindahan ilmu kepada orang lain sebagai sebuah pemikiran dengan cara mentransfer hasil penginderaan terhadap fakta melalui panca indera ke dalam otak kemudian dihubungkan dengan informasi sebelumnya yang telah terbukti benar kepastiannya dan digunakan untuk menginterpretasi fakta tersebut.

Lalu apa kaitannya dengan menulis opini? Yang dimaksud ialah di antara proses penyampaian opini dan penerimaan oleh pembaca harus terjadi proses berpikir. Penulis harus mampu menggambarkan analisis dan sudut pandang yang dijabarkan, dengan tujuan terjadinya penerimaan yang disertai proses berpikir (talqiyan fikriyan). Dan pada akhirnya berhasil memengaruhi pemikiran bahkan perilaku pembaca.

Bagaimana pola terwujudnya proses berpikir pada pembaca? Mari kita telaah bersama. Tulisan opini ialah sebuah tulisan yang memberikan informasi, pandangan, pemahaman, dan sikap penulis terhadap berbagai persoalan aktual. Baik yang tengah terjadi di negeri ini maupun di dunia pada umumnya.

Tulisan opini akan menunjukkan kemampuan literasi, narasi, konsepsi dan semestinya sampai pada tawaran solusi dari penulis. Dengan menerapkan metode rasional, akan menihilkan pola doktrin justifikasi, hingga berujung jumping conclusion dalam penyampaian opini.

Mari kita urai, indikator-indikator yang akan mengantarkan kita pada keberhasilan menyampaikan opini dengan metode rasional. Di antaranya:

1. Penguasaan Literasi

Kemampuan menguasai fakta, data, dan seputar wawasan yang terkait dengan topik fakta yang akan diangkat dalam tulisan tersebut.

2. Penguasaan Narasi

Kemampuan cara menyampaikan opini yang baik, dalam lisan atau tulisan. (Pada poin ini kita fokus bicara mengenai tulisan). Maka sistematika penulisan opini yang memuat gaya bahasa persuasif, kronologi teks yang runut, sehingga mampu menuntun pikiran pembaca.

3. Penguasaan Konsepsi

Kemampuan melakukan pembacaan terhadap realita yang terjadi. Polanya ialah dengan mengurai benang yang kusut hingga menemukan benang merah akar persoalan (harus mampu dipahami oleh pembaca) dan tidak sekadar justifikasi.

Di sini akan membutuhkan kemampuan penguasaan literasi fakta, kemampuan seputar wawasan/fakta-fakta lain yang terkait dengan fakta tersebut, kemampuan mengaitkan, kemampuan menelaah/mengupas dengan dalam dan tajam, serta kemampuan mematahkan ide atau konsep yang salah secara rasional.

4. Penguasaan Solusi

Islam adalah agama penutup dan sempurna. Bukan sekadar agama, melainkan "ready made ideology" (ideologi siap pakai). Maka penguasaan solusi di sini ialah kemampuan membangun konstruksi sistem Islam yang utuh dan komprehensif mulai dari filosofis hingga teknis aplikatif. Sehingga tergambar solusi yang ditawarkan oleh penulis kepada pembaca setelah memahami realitas yang rusak tadi.

Apakah sering kita mendengar atau kita sendiri yang mengatakan: "Dakwah (dalam hal ini beropini) itu yang penting menyampaikan saja, terserah pembaca mau menerima atau tidak dakwah/opini kita."

Hal ini memang benar. Tapi tidak begitu saja kita lakukan tanpa upaya yang maksimal. Pembaca mau menerima atau tidak itu adalah hasil, yang kaitannya adalah semata wewenang Allah dalam perkara hasil.

Namun ikhtiar dalam melakukan dakwah/beropini dengan cara apa, sejauh dan semaksimal apa, strategi inilah yang menjadi peran kita. Dan mampu untuk kita lakukan.

Merujuk pada salah satu aktivitas berpikir dalam kitab At-Tafkir, yaitu Tafkir Jiddiyah (Berpikir Serius):

Kita harus melakukan upaya untuk merealisasikan maksud dan tujuan dengan kadar yang sesuai, yaitu amaliyah yang sepadan.

Hal ini menunjukkan bahwa ikhtiar atau upaya kita dalam dakwah atau beropini, tidak mengalir begitu saja. Tetapi terukur hingga tercapainya tujuan yang diharapkan.

Contoh teladan dalam melakukan aktivitas berpikir serius di sini ialah Rasulullah saw. Beliau menetapkan tahapan-tahapan dakwah yang sangat terukur pada tiga metode dakwah yang dilakukannya. Sampai kepada menerapkan uslub dan wasilah yang juga terukur dalam masing-masing metode dakwahnya tersebut.

Maka dari itu, sebagai penggerak opini, hal-hal yang menjadi indikator keberhasilan tadi tentulah harus senantiasa dipelajari tiada henti. Terus-menerus diaplikasikan hingga target kesuksesannya tercapai. Bahkan melampaui itu, ada peningkatan-peningkatan dari kesuksesan target yang telah dicapai sebelumnya.

Polanya ialah menentukan target, lalu menyusun langkah-langkah/strategi, aplikasikan terus menerus sehingga sampai pada kesuksesan/target tercapai. Tidak cukup sampai di situ dan tidak cukup merasa aman di zona nyaman, lakukanlah tiada henti sampai target dan kesuksesan terus berkembang. Inilah hal-hal yang dapat dilakukan oleh para penggerak opini Islam. 

Oleh karenanya, teruslah persisten dalam menapaki jalan perubahan, kiprahmu akan selalu dirindukan. []

Wallahu a'lam biashshawab.


Oleh Novita Sari Gunawan


Posting Komentar

0 Komentar