Usia muda adalah usia mencari jati diri, membuktikan eksistensi, mencari perhatian dan masa penuh semangat dan bergairah. Akan tetapi ini semua perlu dikontrol dan perlu pembinaan, masa muda ini kelak akan dimintai pertanggungjawaban secara khusus. (muslim.or.id)
Nabi Shallallahu’alaihi Wassalam bersabda “ Tidak akan bergeser kaki manusia di hari kiamat dari sisi Rabb-Nya sehingga ditanya tentang lima hal : Tentang umurnya untuk apa dia gunakan, tentang masa mudanya bagaimana dia habiskan, tentang hartanya darimana dia peroleh dan dalam apa dia belanjakan, dan tentang apa yang dia amalkan dari apa yang dia ketahui (ilmunya).
Jika umur anak muda hanya untuk berfoya-foya, mencari kesenangan duniawi dan mengesampingkan agama, bagaimana nasib pemuda di masa depan? Apa hanya untuk mementingkan hal-hal yang berbau hiburan, seperti idol korea saja ?
Kita pun perlu merenungkan apa benar usia remaja identik dengan kekanak-kanakkan? Lalu mengapa ada remaja usia 18 tahun bernama Usamah bin Zaid, sudah menjadi panglima perang dalam ekpedisi pembebasan syam saat itu dan menghadapi pasukan terbesar dan terkuat pada masa itu. Ada juga anak kecil adik kakak yang berusia 13 tahun dan 14 tahun bisa menerobos medan laga badar hanya untuk membunuh jenderal pemimpin perang kaum musyrikin bernama Abu Jahal. Apakah mereka belum matang pemikirannya?
Pertanyaannya, Apa yang membedakan pemuda masa kini dengan pemuda zaman Rasulullah? Mengapa mereka bisa hebat mengguncang dunia di usia mudanya, dan sudah selesai dengan urusan pribadinya.
Di zaman Rasulullah dalam naungan Negara khilafah, adanya Sistem Pendidikan Islam yang mengacu pada sumber Alquran dan Sunah. Sistem pendidikan Islam ini menciptakan perbedaan yang mendasar dengan sistem pendidikan modern.
Perbedaan yang menonjol antara keduanya terletak pada sikap atau pandangan hidup, dimana Islam menganggap hidup bukan suatu lahir dari segalanya tetapi alasan untuk mencapai spiritual setelah kehidupan yakni kampung akhirat. Tak jarang kita melihat banyak generasi pemuda yang mereka tidak takut akan kematian, memperjuangkan Islam karena yang mereka cari hanyalah keridaan sang pencipta dan tujuan mereka adalah surga.
Berbeda dengan sistem pendidikan saat ini, kenikmatan menjadi satu-satunya tujuan akhir hidup yang didukung dengan materi berkecukupan. Kita sering melihat banyak yang sampai sarjana hanya untuk mendapat pekerjaan yang layak, menjadi orang kaya dan sukses dan hanya materi yang dijadikan tujuan utama.
Sistem pendidikan Islam di zaman Rasulullah dibagi dalam 2 periode, yakni periode Makkah dan periode Madinah. Pendidikan di Makkah selama 13 tahun, pada masa ini Rasulullah fokus dengan memberikan aqidah yang benar dan ketauhidan kepada Allah. Dengan tujuan membina pribadi muslim agar menjadi kader yang berjiwa kuat dan dipersiapkan menjadi masyarakat Islam, mubalig dan pendidik yang baik yaitu dengan menanamkan nilai-nilai keimanan berdasarkan tauhid.
Proses pendidikan madinah yang berlangsung selama 10 tahun setelah aqidah mereka telah kokoh dan kuat barulah dibina dengan hal-hal yang berhubungan dengan pergaulan antara sesama manusia, seperti hubungan pergaulan laki-laki dan perempuan dalam Islam, hal-hal yang berhubungan dengan qisas, dan hal-hal perihal sistem ekonomi dan pemerintahan di dalam Negara Islam.
Dalam kerangka membangun kepribadian dan sikap mentalitas masyarakat di suatu negara, keberadaan ideologi sebagai asas dan landasan adalah sebuah fakta yang tidak terbantahkan. Ideologi merupakan way of life, berfungsi memberikan nilai dasar kehidupan. Pemahaman terhadap karakter sebuah ideologi merupakan langkah awal dan mendasar dalam sistem pendidikan.
Dalam masyarakat yang bertumpu pada ideologi sekularisme-kapitalisme dalam sistem pendidikan hanya akan menghasilkan sumber daya manusia (peserta didik) yang berpikir profit oriented dan menjadi economic animal. (muslimahnews.com)
Tujuan pendidikan dalam Islam adalah upaya sadar dan terstuktur dalam rangka membentuk manusia yang memiliki : kepribadian Islam, menguasai pemikiran Islam dengan handal, menguasai ilmu-ilmu terapan (pengetahuan,ilmu, dan teknologi/IPTEK) yang tepat dan berdaya guna.
Dari sinilah, lahir para kader pemuda yang di usia remaja mereka dapat mengaungkan asma Allah dengan kehebatannya di medan laga, walaupun usianya terbilang dini namun pemikirannya sudah matang, karena dalam Islam usia baligh pada perempuan adalah ketika masa haidnya telah tiba berkisah 9-13 tahunan namun untuk laki-laki ketika sudah mengalami mimpi basah berkisar usia 14-16 tahunan. Di usia yang sudah baligh, mereka sudah paham tanggung jawab, emosionalnya mulai terasah dan pemikirannya terbilang matang.
Inilah sistem pendidikan Islam, solusi untuk pemuda dalam mengambil sikap dan menentukan langkah dalam mengisi waktunya untuk hal-hal yang bermanfaat dan berkualitas. []
Oleh Mariam
Mahasiswa Ilmu Komunikasi, FISIP.
0 Komentar