Mampukah Doa Bersama Tangkal Covid-19?




Lonjakan Covid-19 sepertinya enggan berakhir dari dunia ini terlebih dengan adanya varian baru delta dari India. Varian baru ini masuk melalui para TKA yang datang ke negeri ini dan telah menelan banyak korban hingga rumah sakit kolaps dan para nakes kewalahan dibuatnya.


Dikutip dari Pikiran-rakyat.com Menurut Satgas Covid-19, jumlah kasus corona di Indonesia per Minggu, 11 Juli 2021 mencapai 2.527.203 orang.

Angka ini didapat karena penambahan kasus covid 19 harian dalam 24 jam tercatat sebanyak 36.197 orang.


Dikutip dari detikNews, Menteri Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi (Mendes PDTT) Abdul Halim Iskandar mengimbau warga desa untuk membatasi mobilitas di luar rumah. Imbauan itu disampaikan melalui cuitannya di akun Twitter @halimiskandarnu.


"Hari ini, memasuki hari kedua PPKM Darurat, saya himbau warga desa tetap di rumah, mohon ditahan dulu segala bentuk aktivitas diluar rumah kecuali ada keperluan yang sangat mendesak," kata Halim Iskandar seperti dikutip dalam keterangan tertulis

 (detikNews, 4/7/2021).


Bahkan Halim Iskandar mengingatkan kepada para kepala desa dengan mengirimkan surat guna melakukan doa di rumah  agar seluruh pihak melakukan doa bersama sesuai dengan agama dan kepercayaan masing-masing. Adapun doa ini dilakukan guna menyikapi kondisi melonjaknya angka Covid-19 di Indonesia. "Doa bersama dilakukan bersama keluarga di rumah masing-masing," ujarnya dalam keterangan tertulis. (detik.com 04/07/2021).


Hal senada juga dilakukan Presiden Joko Widodo meyakini bahwa untuk menghadapi pandemi Covid-19 yang melanda Indonesia dan dunia, selain berbagai upaya secara lahir, diperlukan juga upaya secara batin dengan memanjatkan doa kepada Allah Swt.


Hal tersebut disampaikan Presiden dalam acara doa bersama lintas agama bertajuk #PrayFromHome: Dari Rumah untuk Indonesia yang dilaksanakan secara virtual pada Minggu.(TEMPOTERKINI.COM,11/07/2021).


Bila ditelaah sesungguhnya adanya lonjakan kasus Covid-19 saat ini akibat dari abainya pemerintah dalam menangani pandemi. Bahkan wabah ini sudah memasuki tahun ke tiga. Hal ini tentu akan berpengaruh terhadap masyarakat baik ekonomi, sosial, kesehatan dan pendidikan. Di bidang ekonomi semakin tingginya pengangguran, banyak para penggerak UMKM gulung tikar. Di bidang sosial tingginya jurang pemisah antara si kaya dan semakin tinggi, tawuran hingga kriminalitas kian tidak terkendali. Di dalam dunia pendidikan pun pembelajaran daring sudah 2 tahun dan bisa dibayangkan akibat PJJ ini pun tidak memberikan output pendidikan yang tidak berkualitas, karena banyaknya sarana dan prasarana yang tidak menunjang.

 

Begitu banyak harapan rakyat agar pandemi segera berakhir rasanya hanya angan-angan semata. Berbagai kebijakan yang diterapkan oleh pemerintah nyatanya memang tidak mampu menyelesaikan masalah. Bahkan kian hari semakin runyam masalah di negeri seperti mengurai benang kusut yang sulit untuk diuraikan.


Rentetan peristiwa yang dialami di negeri menambah daftar panjang derita dan depresi rakyat. Setiap kebijakan yang dibuat seperti PSBB,New normal hingga PPKM tak membuat virus pergi dari negeri tercinta kita ini. Bahkan korban kian tidak terkendali apalagi ditambah dengan derita para nakes yang berguguran serta sarana penunjang seperti tabung oksigen yang mulai langka.


Kezaliman di negeri ini terus dipertontonkan hampir setiap hari.Banyaknya rakyat kecil yang meninggal dunia akibat kelaparan. Sulitnya mencari penghidupan membuat sebagian masyarakat melanggar prokes dan menabrak ketentuan saat PPKM diberlakukan. Tentu jika jaminan kebutuhan pokok  kehidupannya dipenuhi mungkin masyarakat tidak akan mungkin keluar rumah untuk mencari sesuap nasi. Namun realitanya tidak ada yang menjamin mengakibatkan masyarakat nekad keluar rumah.Hal ini tentu menambah lonjakan Covid -19 akibat mobilitas masyarakat yang tak terkendali.

 

Adanya pandemi ini membuat beberapa kalangan untuk melakukan doa bersama agar pandemi segera berakhir. Hal ini dilakukan sebagai bentuk ketidakberdayaan manusia yang membutuhkan uluran tangan dari Sang Pencipta. Memahami bahwa wabah ini terjadi atas IzinNya. Meyakini bahwa manusia makhluk lemah maka sepatutnya menggantungkan segala sesuatu hanya kepada Allah saja.

Namun apakah mengatasi wabah hanya dengan mengandalkan doa bersama saja?


Sejatinya bagi kaum yang berpikir adanya wabah ini merupakan sebuah teguran, bisa juga ujian dari Allah agar manusia sejatinya manusia tunduk terhadap aturan Allah Swt.


Apakah manusia itu mengira bahwa mereka akan dibiarkan saja mengatakan : Kami telah beriman, lantak tidak diuji lagi? Sungguh kami telah menguji orang-orang sebelum mereka. Maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan mengetahui orang-orang yang dusta (QS Al Ankabut: 2-3).


‘Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebagian dari (akibat) perbuatan mereka agat mereka kembali (ke jalan yang benar) (QS Ar Rum; 41).


Berdasarkan ayat di atas sejatinya bagi kita bukan hanya mencukupkan dengan berdoa saja dalam mengatasi pandemi tetapi dengan taubat nasuha. Artinya harus kembali kepada aturan Allah Swt yang Maha Sempurna. Allah menurunkan aturan yang paripurna dan mampu menyelesaikan permalahan yang dialami oleh manusia termasuk pandemi yang kini melanda dunia.


Rasanya sulit pandemi ini berakhir jika tidak menggunakan metode syar'i mengatasi pandemi dari Islam.


Oleh karena itu,sudah saatnya kita kembali kepada syari'at Allah dan mencampakkan sistem kufur yaitu demokrasi sekularisme.


"Dan sekiranya pendudk negeri beriman dan bertakwa, pasti kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi. Tetapi ternyata mereka mendustakan ayat-ayat kami, maka kami siksa mereka sesuai dengan apa yang telah mereka kerjakan’ (QS Al Araf 96). []


Wallahu a'lam bishshawab.


Oleh Heni Ummu Faiz

Ibu Pemerhati Umat

Posting Komentar

0 Komentar