Tak dipungkiri negeri tercinta kita ini telah memikat bangsa lain baik dari daratan Eropa, Amerika bahkan Asia sekalipun. Mereka melihat potensi Indonesia yang luar biasa hingga nafsu untuk menguasai kekayaan negeri ini begitu kuat. Sejak penjajahan Belanda hingga sekarang negeri ini tidak pernah berhenti di serang baik serangan pemikiran dan budaya maupun serangan lainnya. Taktik yang mereka lakukan berbagai macam tentu tiada lain agar negeri ini terus dalam cengkeraman asing dan aseng.
Cengkeraman aseng ini tiada lain adalah kapitalis timur (China) terlebih negeri ini sudah diikat oleh utang yang entah kapan selesainya. Salah satu bentuk penjajahan ekonomi dan budaya adalah dengan memasukkan bahasa mereka ke negeri ini . Dimasukkannya bahasa Mandarin ke dalam kurikulum lokal menjadi sebuah tanya besar bagi kita ada apa dengan semua ini?
Sebagaimana dikutip dari SUARAMERDEKA.ID – China segera menguasai Indonesia setelah bahasa Mandarin menjadi kurikulum lokal di Maluku Utara.
“Penjajahan China dengan mengirimkan TKA ke Indonesia, selanjutnya bahasa diajarkan di Maluku Utara. Sebentar lagi China kuasai Indonesia,” kata pengamat seniman politik Mustari atau biasa dipanggil Si Bangsat Kalem (SBK)(SUARAMERDEKA.ID, 21/7/2021).
Kedatangan TKA Aseng ke Indonesia sebenarnya sudah diberi ruang oleh penguasa di negeri ini. Bahkan seolah-olah mereka seperti tamu istimewa di negeri yang kaya akan potensi alamnya. Coba saja tengok pernyataan Menteri Luhut Binsar Panjaitan saat netizen mengomentari banyaknya TKA China datang saat PPKM Darurat. Betapa sangat ironis dan terkesan inkonsistensi kebijakan. Hal ini pula yang disampaikan oleh
Politikus Partai Gerindra Fadli Zon menanggapi sebuah pernyataan Menko Marinvest Luhut Binsar Pandjaitan.
Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Merinvest) Luhut menyatakan, sejumlah pidak untuk tidak terus mempermasalahkan kedatangan tenaga kerja asing (TKA) asal China ke Indonesia.
Menurut politikus Gerindra ini menilai pernyataan tersebut merupakan contoh arogansi kekuasaan dipertontonkan di tengah kedaruratan. Soal pernyataan jangan permasalahkan TKA asing. Inilah contoh arogansi kekuasaan yg dipertontonkan di tengah kedaruratan," cuita @fadlizon dikutip pada Selasa, 6 Juli 2021.
Faktanya memang serbuan produk budaya hingga bahasa dari Negeri Tirai Bambu terus gencar ke negeri ini, apalagi setelah berlakunya ASEAN-China free begitu mudahnya melenggang tak peduli kondisi lagi pandemi. Bahkan pandemi yang terjadi di negeri ini pun akibat dibukanya pintu masuk asal muasal virus Covid-19 oleh penguasa di negeri ini.
Jadi bisa dipahami hal yang wajar jika kemudian bahasa mereka pun disengaja untuk dijadikan sebagai alat komunikasi wajib saat perusahaan-perusahaan negeri tirai bambu ini menguasai.
Bisa dibayangkan saat bahasa Mandarin menjadi bagian kurikulum lokal tentu akan mengikis budaya di negeri ini yang mayoritas muslim.
Inilah buah sistem kapitalisme terutama yang diusung oleh negeri tirai bambu inipun, lambat laun akan menguasai bangsa ini. Berorientasi materi hingga menghilangkan nilai-nilai luhur yang ditanamkan oleh para pahlawan yang notabene mereka adalah ulama.
Terlebih rezim saat ini begitu "welcome" terhadap negeri Panda tersebut. Semua ini akibat terjerat utang maka hal yang tidak jika penguasa di negeri ini pun tak berdaya.
Jika kita menengok sejarah Islam, kita akan menemukan berbagai strategi serangan dari kaum kafir Barat, bahwa saat dulu Islam tegak hingga hancur sejatinya memang merupakan sebuah kesengajaan yang dilancarkan oleh para musuh Allah yaitu kafir Barat dengan serangan budaya tak terkecuali bahasa. Mereka segala upaya dilakukan agar Islam hilang dari muka bumi. Pelan namun pasti menggiring kaum muslimin untuk malu menggunakan bahasa kaum muslimin yaitu Bahasa Arab. Ironisnya justru bangga dengan bahasa asing.
Sesungguhnya saat mempelajari bahasa asing maupun aseng tentu sekaligus belajar terkait adat istiadat, agama hingga ideologi yang dianutnya.
Hal Ini pula terjadi dengan negara yang potensi SDM dan SDM melimpah. Banyak kalangan yang mengkhawatirkan jika kemudian aseng terus menerus berdatangan ke negeri ini maka hal yang tidak mustahil jika adat istiadat, ideologi mereka akan dipaksakan untuk diterapkan di Indonesia yang mayoritas penduduknya muslim.
Oleh karenanya, sebagai seorang muslim harus waspada terhadap serangan pemikiran yang dilancarkan oleh asing dan aseng. Karena jika kita diam maka tidak menutup kemungkinan negeri tercinta akan terjajah secara terus menerus. Sudah saatnya seluruh masyarakat Indonesia khususnya menyadari bahwa agar negeri ini tidak terus menerus dalam cengkeraman asing maupun aseng adalah dengan mengganti aturan yang berlaku saat ini. Bukan demokrasi sekularisme apalagi sosialisme.
Sudah saatnya pula kita mencari sistem alternatif yang akan mampu menghadang segala serangan dari luar yaitu dengan sistem Islam kafah yakni khilafah. Sistem ini dapat menghentikan segala serangan baik dalam maupun luar negeri.
Sistem ini telah terbukti mampu menyejahterakan rakyatnya. Hal tersebut bisa dilihat saat khilafah tegak dan menjadikan bahasa Arab sebagai bahasa persatuan seluruh umat di dunia.
Walhasil jika mau berpikir maka pilihan terbaik kembali kepada sistem Islam.
Wallahu a'lam bishshawab.
Oleh Heni Ummu Faiz
Ibu Pemerhati Umat
0 Komentar