Kian hari lonjakan yang terpapar Covid 19 terus meningkat seiring dengan mobilitas pergerakan manusia. Virus Covid ini pun kian menyasar anak-anak yang sangat mengkhawatirkan.
Varian baru delta India lebih cepat penularannya bahkan kini menyasar ke setiap daerah dari kota hingga kampung-kampung. Kondisi pandemi ini yang sulit berakhir membuat keresahan di tengah masyarakat. Ada yang sadar terhadap prokes ada juga yang tidak. Ketidak sadaran masyarakat dan kurangnya edukasi mengenai virus ini membuat kondisi wabah semakin tidak terkendali. Bahkan rumah sakit kian meluber dan tidak mampu menumpang lagi pasien. Akibatnya ketersediaan tabung oksigen pun kian mengkhawatirkan. Sementara pemerintah selama ini meyakinkan bahwa penyediaan tabung oksigen tercukupi. Namun realitanya pihak rumah sakit justru mengalami kekosongan.
Hal ini pula yang disampaikan oleh
Ekonom senior, Faisal Basri Salah satu yang menjadi sorotan Faisal Basri adalah kelangkaan tabung oksigen di rumah sakit. Di mana pemerintah mengklaim cukup sementara rumah sakit menjerit kehabisan.
Pemerintah bilang tabung oksigen cukup, tapi kian banyak rumah sakit teriak kehabisan tabung oksigen,” ujarnya lewat akun Twitter pribadi(RMOLID,4/7/2021).
Untuk itu seharusnya pihak MUI memberikan fatwa tentang keharaman menimbun tabung gas oksigen karena sudah menjadi kebutuhan penting bagi para pasien. Bahkan saat ini pemerintah memiliki utang terhadap rumah sakit. Ketua Bidang Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) Asrorun Niam Sholeh meminta masyarakat untuk tidak menimbun barang-barang kebutuhan pasien Covid-19 seperti oksigen.(kompas.com 04/07/2021)
Dari fakta di atas terlihat pemerintah terkesan abai dan ketidaksinkronan dengan fakta yang ada di lapangan. Padahal sebagaimana kita ketahui bahwa tabung oksigen menjadi sesuatu yang sangat urgen bagi pasien Covid. Bisa dibayangkan apa jadinya jika ketersediaan stok oksigen tidak ada ,maka angka kematian akibat Covid akan semakin meninggi. Sungguh banyak nyawa melayang tanpa pengananan optimal dari rumah sakit. Perilaku menimbun tabung oksigen yang dilakukan oleh sebagian masyarakat harus ditindak tegas. Pemerintah juga harus menjamin berbagai kebutuhan untuk kesembuhan para pasien seperti obat-obatan,vitamin dan yang lainnya.
Direktur Reserse Kriminal Khusus (Dirkrimsus) Polda Metro Jaya Kombes Auliansyah Lubis sebelumnya mengingatkan para penjual oksigen untuk tidak menimbun maupun menaikkan harga di tengah permintaan yang melonjak.
"Saya mengimbau khususnya kepada retail-retail, jangan sampai ada yang bermain atau coba menyimpan hingga menaikkan harga, karena kami pantau," kata Auliansyah kepada wartawan (30/6/2021).
Namun nyatanya, saat ini memang banyak orang yang memanfaatkan kondisi yang semakin tidak menentu, apalagi saat penerapan PPKM telah membuat masyarakat panik dan stres hingga tidak mempedulikan lainnya. Ya, semua akibat pandemi berkepanjangan yang entah kapan selesainya. Ironisnya saat ini kondisi serba sulit pemerintah justru mengeluarkan berbagai UU yang menyengsarakan rakyat. Bahkan beberapa waktu lalu santer wacana presiden tiga periode makin masif, padahal rakyat justru membutuhkan periayahan dari penguasa negeri ini.
Semua ini akibat penerapan sistem kapitalisme ternyata telah menyeret penguasa dan para kapitalis terus mengeksploitasi dengan berbagai kebijakan yang menyengsarakan. Penanganan Covid -19 yang carut marut telah memberikan luka mendalam dan memutus tali kepercayaan publik terhadap penguasa. Hal ini bisa kita lihat dari dikeluarkan kebijakan seperti New Normal, PSBB hingga PPKM yang saat ini diterapkan nyata nihil dari solusi.
Sementara jika kita mau mengembalikan kondisi yang tak menentu itu pasti akan menemukan solusi jitu. Solusi tersebut adalah melalui Islam yang paripurna. Di sistem Islam (khilafah) saat pandemi terjadi justru berbagai hal penunjang untuk menangani wabah terus disediakan. Para khalifah sepanjang masa kejayaan Islam akan berupaya sepenuh hati untuk meriayah rakyatnya.
Ada beberapa hal praktis yang dilakukan khilafah di antaranya:
1.Melakukan Tes, Tracing kepada masyarakat. Hal ini dilakukan agar wabah tidak menyebar kemana-mana. Kelambanan dalam penganan wabah mengakibatkan banyak nyawa melayang. Ketika setelah dilakukan tes kemudian menunjukkan positif virus maka harus dilakukansegera tracing. Hal ini dilakukan untuk mengisolasi mereka dengan memberikan obat-obatan,tabung oksigen serta vitamin penunjang kesembuhan.
Selain itu pula pihak penguasa harus segera menutup pusat wabah harus segera ditentukan dengan cepat dan menjaga secara ketat agar wabah tidak meluas. Ketika wabah menyebar harus segera diisolasi. Tidak boleh ada yang keluar masuk saat wabah menyebar karena akan sangat membahayakan. Hal ini berbanding terbalik dengan saat ini satu sisi ditutup satu sisi lain dibuka . Akhirnya pandemi sulit berakhir.
Hal ini telah disampaikan oleh Rasulullah saw: “Jika kalian mendengar wabah terjadi di suatu wilayah, janganlah kalian memasuki wilayah itu. Sebaliknya, jika wabah itu terjadi di tempat kalian tinggal, janganlah kalian meninggalkan tempat itu.” (HR al-Bukhari).
Selain itu pula negara akan bertindak tegas terhadap masyarakat yang membandel untuk tidak melakukan prokes. Penguasa juga harus menjamin berbagai kebutuhan pokok hidup masyarakat sehingga memudahkan masyarakat untuk tetap aman di rumah tanpa dipusingkan dengan kebutuhan dapur.
Jika poin ini dilakukan saja saat ini kebutuhan akan ketersediaan penunjang kesembuhan Covid 19 maka tentu pandemi akan segera berakhir. Tak perlu lagi saling lempar tanggung jawab atas wabah yang melanda.
Wallahu a'lam bishshawab.
Oleh Heniummufaiz
Ibu Pemerhati Umat
0 Komentar