Childfree Booming, Ira Geraldina: Dalam Jangka Panjang Dapat Menimbulkan Masalah Multidimensi.



Belakangan ini ada sebuah istilah yang sedang booming di tengah masyarakat khususnya ramai diperbincangkan warganet di berbagai platform media sosial, yaitu childfree. Istilah ini menarik perhatian lantaran ada seorang influencer yang menyatakan bahwa ia dan pasangannya sepakat memilih untuk tidak memiliki anak sekalipun sudah menikah. Ia mengatakan hal tersebut menjadi hak privasi masing-masing yang tak boleh dicampuri orang lain. Sontak pernyataannya menuai pro dan kontra. Menanggapi perdebatan terkait childfree, tim redaksi Muslimah Jakarta telah mewawancarai seorang tokoh pendidik, Ira Geraldina selaku dosen di salah satu universitas swasta di Jakarta. Berikut tanggapan beliau. 


Tanya: Apa sebenarnya istilah Childfree yg tengah berkembang dimasyarakat? 


Jawab: Childfree merupakan keputusan untuk tidak memiliki anak.


Tanya: Apa yang melatarbelakangi childfree ini?


Jawab: Menurut beberapa studi, banyak faktor penyebabnya dari mulai alasan ekonomi, psikologis (trauma masa lalu), sosiologis (pengaruh budaya bebas dan support system yang kurang memadai).


Tanya: Benarkah childfree ini merupakan hak privasi individu dan tidak boleh ada yang mencampuri hak tersebut? 


Jawab: Kalau menggunakan kacamata kebebasan berekspresi tentu iya. Dalam Islam, memiliki keturunan adalah fitrah manusia. Sehingga syariah Islam untuk menjaga keberlangsungan hidup manusia diatur sedemikian rupa. Dari mulai aturan interaksi pria-wanita, memilih pasangan hidup, menikah, pengasuhan dan mendidik anak, sampai perceraian. Negara bahkan menjamin terpeliharanya fitrah tersebut.


Tanya: Apakah ide ini berbahaya? 


Jawab: Dalam jangka panjang dapat menimbulkan masalah multidimensi yang disebabkan terganggunya demografi ideal sebuah negara yang mulai dirasakan oleh negara-negara maju seperti Jepang, Amerika Serikat, dan negara-negara Eropa.


Tanya: Apa yang terjadi jika hal tersebut dibiarkan bahkan dianut oleh masyarakat luas khususnya kaum muslim?


Jawab: Pada tahun 2055, populasi Jepang diprediksikan turun drastis sekitar 30% karena jumlah kelahiran anak turun sebesar 40% pada tahun 2055. Sehingga jumlah lansia naik dua kali lipat dan usia kerja tinggal setengahnya. Hal ini disebabkan turunnya pasangan yang menikah yang disertai keengganan untuk memiliki anak. Sebaliknya, Indonesia sebagai negara dengan penganut muslim terbesar di dunia, diprediksi justru memperoleh bonus demografi. 


Tanya: Adakah cara untuk menghentikan ide ini agar tidak semakin meluas?


Jawab: Meningkatkan kesadaran publik bahwa memiliki keturunan adalah bagian dari keimanan dan merupakan fitrah manusia. Anak-anak adalah masa depan umat, kehadirannya adalah anugrah, membesarkan dan mendidiknya adalah ibadah. Tentu saja dibutuhkan jaminan ekonomi agar kebutuhan dasar keluarga terpenuhi, jaminan sosial dan budaya agar relasi diantara anggota keluarga berjalan sehat, aman, dan nyaman. Jaminan ekonomi, sosial dan budaya tersebut hanya akan ditemui dalam penerapan syariah Islam secara kaafah. [] WID


Posting Komentar

0 Komentar