Belum juga berakhirnya pandemi Covid-19, Bekasi kembali digemparkan dengan adanya penangkapan seorang teroris. Kali ini seorang dokter dengan inisial AR dijatuhi hukuman penjara selama 3 tahun dengan tuduhan karena telah menjadi anggota Internasional ISIS dan menyembunyikan teroris dari Uighur, Cina. (Bekasimantap.id, 2 Agustus 2021)
Isu terorisme yang kemudian diviralkan oleh berbagai media sosial merupakan salah satu dampak dari ketakutan Barat atas kebangkitan Islam yang semakin nampak di depan mata mereka. Oleh karenanya, tak heran meskipun Covid-19 cukup tinggi peningkatannya, para penjajah tak segan menjalankan agenda-agenda yang telah mereka rencanakan secara matang. Propaganda terorisme yang dilancarkan dan ditujukan oleh kaum muslimin memang tidak lain merupakan salah satu cara untuk memuluskan proyek internasional yang kemudian menjadi proyek nasional yakni pengarusutamaan moderasi beragama yang telah lama dielu-elukan pegiatnya.
Program moderasi beragama ini telah masuk dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020-2024. Program ini diharapkan mampu menampilkan wajah agama yang damai dan mengikatkan rasa antar pemeluk agama satu dengan lainnya. Pasalnya, program ini justru semakin memperumit masing-masing ajaran ketuhanan yang berkembang di negeri ini, karena dilihat dari cara beribadah dan apa yang disembah saja sudah sangat berbeda. Kekhawatiran utama adalah moderasi beragama membawa pluralisme dan sinkretisme ke tengah umat, yang pada akhirnya membawa ketidakjelasan toleransi di dalam sistem demokrasi. Padahal moderasi itu sangat berbeda dengan toleransi.
Program moderasi beragama juga digadang-gadang ditujukan keras pada poros utama mereka yakni Islam. Mengaburkan wajah Islam kaffah melalui kurikulum pendidikan, sangatlah gencar dilakukan demi munculnya sosok-sosok baru dalam mengemban ide-ide mereka (Islam moderat). Alhasil, maka tak heran jika pemikiran yang tidak sesuai dengan bingkai Islam moderat (Islam Wasathiyyah) sering kali disebut sebagai Islam radikal, Islam fundamentalis bahkan Islam teroris untuk melihat sejauh mana umat mulai terpengaruh oleh ide yang dipropagandakan secara masif oleh para pengusungnya.
Sayangnya agenda besar ini sering kali tidak disadari oleh kaum muslimin, sehingga pada akhirnya umat menjadi sasaran empuk oleh para pengemban ideologi kapitalis sekuler, dimana ideologi ini mengabaikan halal haram sebagai pagar utama dalam menentukan sebuah aktivitas boleh dilakukan atau tidak. Rujukan ideologi kapitalis sekuler adalah apakah hal yang diusahakan dapat menguntungkan dan menyelamatkan dari kebangkitan Islam yang dapat memporak-porandakan keberadaan mereka sebagai orang yang berpengaruh di dunia.
Berbeda dengan Islam, Islam jelas memiliki konsep yang jelas bagaimana menempatkan toleransi tanpa mencampuradukkan sinkretisme dan pluralisme di dalamnya. Konsep tasamuh (toleransi) dalam Islam itu tegak di atas asas ayat lakum diinukum walyadiin (untukmu agamamu, dan untukku agamaku) yang terdapat dalam surah Al-Kaafiruun. Asas tersebut memberikan batasan yang tegas antara agama yang satu dengan agama lain yang hidup di wilayah Kekhilafahan.
Konsep toleransi ini sekaligus membuktikan betapa Islam adalah satu-satunya ideologi yang menjamin kebebasan dalam beragama dan keamanan beribadah bagi setiap pemeluk agama tanpa ada pluralisme dan sinkretisme di dalamnya.
Oleh: Cebiana Nur Andini
0 Komentar