Fantastis. Pada tanggal 28 juli 2021 lalu, jumlah penambahan kasus baru positif covid-19 di Bekasi sebanyak 45.203 kasus. Di tengah tingginya kasus Covid-19 tersebut, insentif untuk nakes di wilayah Bekasi justru belum dibayarkan. Hal ini diakui oleh wali kota Bekasi Rahmat Effendi beberapa waktu lalu. Angka insentif yang belum terbayarkan juga tak kalah fantastis yakni sebesar 19 miliyar. (Liputan6.com, 22/07/2021)
Pria yang kerap kali disapa Pepen terebut menyatakan bahwa pihaknya baru bisa membayarkan insentif nakes hingga Desember 2020. Sedangkan insentif yang belum dibayarkan terhitung sejak bulan Januari hingga Mei. Ia juga mengaku bahwa pemerintah daerah merasa berat membiayai nakes. Hal ini disebabkan karena pihaknya belum memiliki anggaran dan sedang berupaya mencari solusi. (Kompas.com, 25/07/2021)
Sangat disayangkan hal ini terjadi di tengah kasus Covid-19 yang semakin menggila. Nakes merupakan pihak yang paling babak belur diterpa badai Covid-19. Bagaimana nasib nakes jika insentifnya macet?
Sudah semestinya penyelamatan dan kesejahteraan baik bagi pasien maupun nakes menjadi hal yang diutamakan. Untuk itu, harus ada alokasi dana yang ideal sejak pandemi ini terjadi. Dengan demikian macetnya insentif nakes dapat dihindari sejak awal.
Penerapan sistem sekuler kapitalisme membuat paradigma penguasa terhadap kesehatan keliru. Dalam sistem ini, kesehatan merupakan komoditas yang bisa dijadikan lahan bisnis, seperti halnya BPJS. Rakyat membayar dahulu, baru dapat pelayanan kemudian. Fasilitas kesehatan yang bisa diakses masyarakat juga memiliki kasta. Hal ini disesuaikan dengan kemampuan masyarakat dalam membayarkan iuran.
Dengan demikian akan sulit kita dapatkan upaya maksimal yang mestinya dilakukan penguasa dalam persoalan kesehatan. Akan selalu ada hitungan untung dan rugi. Ketahanan kesehatan yang diimpikan akan selamanya menjadi mimpi.
Sistem kesehatan yang kuat merupakan salah satu indikasi kuatnya sebuah negara. Kesehatan merupakan kebutuhan dasar yang wajib dipenuhi negara layaknya pemenuhan sandang, pangan, dan papan bagi rakyat. Negara harus memenuhinya tanpa kompensasi apa pun.
Selain itu harus ada perubahan nyata dalam struktur APBN. Tak semestinya kita menggantungkan pemasukannya hanya pada sektor pajak, utang dan investasi. Ketiganya justru menjadi sumber ketidakmandirian negara.
Untuk itulah APBN wajib dikelola dengan benar. Melimpahnya sumber daya alam yang kita miliki bisa menjadi salah satu sumber pemasukan yang besar jika saja dikelola dengan benar. Tidak semestinya kita biarkan swasta asing maupun aseng untuk menguasainya atas nama investasi. Sebab sumber daya alam merupakan harta milik umum yang hasilnya mesti dikembalikan untuk kepentingan masyarakat secara keseluruhan.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda “Manusia berserikat dalam tiga hal: air, padang rumput, dan api” (HR. Abu Dawud).
Peradaban Islam yang dulu pernah berjaya telah menorehkan bukti nyata bagaimana sistem kesehatan yang semestinya. Paradigma yang benar telah membuat para Khalifah yang memimpin mengupayakan hal terbaik untuk memenuhi kesehatan umatnya. Dengan demikian jaminan kesehatan bukanlah barang mahal yang sulit dijangkau oleh umat.
Sejak awal, sumber alokasi dana didapatkan dari berbagai macam sumber bagi baitul maal. Terdapat tiga bagian sumber pemasukan, pertama fa’i dan kharaj, kedua kepemilikan umum, dan ketiga adalah sadaqah. Dari ketiga sumber pemasukan tersebut, maka sistem keuangan negara berada pada tingkat kemandirian yang kuat.
Jika sewaktu-waktu terjadi kondisi wabah yang tak diinginkan, maka para Khalifah akan berusaha mencari solusi dengan cepat agar dana untuk menangani wabah tersedia.
Bahkan atas dorongan akidah, para Khalifah dan penguasa kaum muslim di masa lalu tak cukup mengandalkan anggaran negara. Mereka mewakafkan sebagian besar harta mereka untuk membiayai rumah sakit, perawatan, dan pengobatan pasien.
Saifuddin Qalawun (673 H/1284 M) sebagai contohnya. Ia adalah salah seorang penguasa pada zaman Abbasiyah. Pada masa kepemimpinannya ia mewakafkan hartanya untuk memenuhi biaya tahunan rumah sakit yang didirikan di Kairo, yaitu rumah sakit Al-Manshuri al-Kabir.
Gaji karyawan rumah sakit dibayarkan dari wakaf ini. Bahkan, dari dana wakaf tersebut pula ditugaskan petugas yang secara khusus berkeliling di rumah sakit setiap hari. Mereka bertugas untuk memberikan motivasi kepada para pasien.
Sudah semestinya kita bisa belajar dari pandemi yang melanda setiap penjuru bumi. Sejatinya sistem sekuler kapitalisme tak pernah melahirkan kebaikan bagi setiap manusia. Ia justru melahirkan kesulitan dan penderitaan karena menafikan peran agama dari kehidupan.
Harus ada revolusi tak sekedar reformasi dalam dunia kesehatan. Revolusi terhadap sistem yang ada menjadi sistem Islam secara kaffah. Karena dia yang akan melahirkan kebaikan ketika diterapkan dalam seluruh aspek kehidupan.
Wallahu’alam bishowab.
Oleh: Ummu Zhafira (Ibu Pegiat Literasi)
0 Komentar