76 tahun sudah Indonesia memproklamirkan kemerdekaannya. Sekali lagi, peringatan kemerdekaan tahun ini dilalui dalam masa pandemi yang tak kunjung usai. 76 tahun bukan waktu yang singkat untuk sebuah upaya memposisikan diri menuju level kemerdekaan tertinggi. Sudahkah puncak kemerdekaan itu dinikmati masyarakat Indonesia? Ataukah gempita perayaan kemerdekaan tiap tahun hanya sebuah euforia tak bermakna? Reni Tri Yuli Setiawati, Pemerhati politik mengungkapkan bahwa Indonesia mengalami perjalanan panjang sejarah bangsa sejak sebelum kemerdekaan hingga saat ini. Indonesia (Hindia) menjadi tujuan penghasil rempah-rempah yang dicari bangsa Eropa akibat terputusnya perniagaan Asia-Eropa karena Perang salib (1096-1291); dengan puncak dikuasainya Konstantinopel oleh Muhammad Al Fatih pada 1453. Dimulailah “Zaman Penjelajahan Samudera”, diikuti keberhasilan Portugis memasuki Indonesia dan menancapkan penjajahan kolonialisme imperialismenya. Kemudian berturut-turut Belanda, Perancis, Inggris dan Belanda lagi menguasai dan mendzalimi bumi pertiwi.
Di peringatan yang ke-76, semestinya negeri ini kian menyadari arti kemerdekaan hakiki. Reni menyampaikan bahwa ada 7 level merdeka yang patut dicermati yaitu merdeka fisik, merdeka memilih pemerintahan, merdeka menentukan hukum, merdeka secara teknologi, merdeka secara ekonomi, merdeka ideologi, dan merdeka ketika negara dan rakyatnya hanya menghamba kepada Sang Pencipta. Level 7 inilah kemerdekaan hakiki, yang memerdekakan manusia dari penghambaan manusia kepada manusia menuju penghambaan kepada Rabb manusia, dari sempitnya kehidupan dunia kepada kelapangannya, dari ketidakadilan agama-agama yang ada kepada keadilan Islam. Lantas, di level merdeka berapakah Indonesia kini berada? “Dengan berbagai fakta dan kondisi, ternyata Indonesia masih berkutat di level satu, yakni merdeka secara fisik,” jawab Reni. “Pemerintahan demokratis tapi didominasi oligarki. Jejak kolonialisme imperialisme nampak jelas di berbagai bidang. Bidang hukum, dengan adanya berbagai KUHP dan produk UU liberal. Bidang Ekonomi dengan praktik pajak, hutang, riba, fiat money, perdagangan bebas. Bidang sosial budaya dengan musik, LGBT, liberalisme pergaulan. Bidang ideologi dengan penerapan sekularisme – demokrasi,” jelasnya.
Untuk mencapai merdeka di level 7, perlu ada perjuangan dan kontribusi dari berbagai elemen dari akar rumput hingga tokoh masyarakat. Perjuangan harus diarahkan pada penegakan aturan Islam kaffah dalam sebuah institusi negara dengan suri tauladan Rasulullah SAW. Negara inilah yang membawa misi Islam, yang akan mengeluarkan manusia dari kegelapan menuju cahaya, yang akan mewujudkan kemrdekaan hakiki bagi seluruh umat manusia. “Oleh karena itu, mari bersama-sama berjuang untuk meraih kemerdekaan hakiki dengan mencontoh metode perjuangan Rasulullah, “tutup Reni.
Reporter: Ida Aya
0 Komentar