Sulit ditebak pandemi akan berakhir jika melihat bukti saat ini yang dilakukan oleh penguasa. Berbagai kebijakan yang dibuat hanya memberi trauma mendalam bagi masyarakat. Mengapa demikian karena saat diberi kebijakan justru masyarakat hanya menjadi korban sementara pihak lain ada yang meraup keuntungan. Bahkan ditengah kesedihan dan kesusahan masyarakat penguasa justru melakukan hal yang tidak semestinya.
Dikutip dari www.jpnn.com, Anggota Komisi II DPR Anwar Hafid menilai penggantian cat pesawat kepresidenan tidak urgen semasa pandemi Covid-19. Dia menyebut pemerintah seharusnya lebih fokus pada penanggulangan pandemi dan dampaknya ketimbang mengurusi penggantian cat pesawat kepresidenan itu. "Sebaiknya pembantu presiden berfokus membantu presiden untuk benar-benar berperang menghadapi pandemi," kata legislator fraksi Partai Demokrat itu dalam keterangan persnya (JPnn.com, 5/8/2021).
Ironisnya justru ditengah kondisi masyarakat yang kian banyak mengalami kelaparan justru penguasa seolah memanfaatkan kondisi pandemi laksana bongkahan emas yang diperebutkan. Jika kita melihat data dari berbagai media betapa kita akan merasa sedih bahwa tingkat kelaparan akibat pandemi semakin tinggi baik di Indonesia maupun dunia.
Disadur dari laman VOA Indonesia, Badan Perserikatan Bangsa-Bangsa pada hari Senin (12/7/2021) menyatakan, kelaparan global meningkat secara dramatis tahun 2020, sebagian besar diakibatkan dampak pandemi COVID-19 terhadap akses dan harga makanan.
“Kenyataannya lebih buruk dari yang dibayangkan,” kata Arif Husain yang memimpin bidang ekonomi pada Program Pangan Dunia (WFP). “Dalam satu tahun saja, jumlah orang yang menderita kelaparan kronis mengalami peningkatan, melebihi total keseluruhan dalam lima tahun sebelumnya.”(suara.com13 /7/2021).
Betapa miris bukan jika melihat fakta di atas, penguasa yang seharusnya menjadi pelindung rakyat dan empati terhadap kondisi rakyatnya. Pengecatan pesawat dengan budget yang fantastis membuat rakyat sakit hati. Padahal seharusnya pemerintah mengalokasikan untuk penanggulangan pandemi.
Inilah gambaran bahwa penguasa di sistem kapitalis telah merenggut rasa kemanusiaan dalam jiwa penguasa. Sistem ini memang rusak dan tidak manusiawi merampas hak rakyat secara membabi-buta. Dalam sistemnya senantiasa berorientasi materi. Ketika pun menolong ujung-ujungnya manfaat yang diambil. Pandemi memang bagi sebagian orang menjadi sebuah keuntungan terutama para kapitalis. Maka hal yang tidak aneh saat seruan lockdown pun tidak digubris.
Betapa saat ini kita merindukan sosok pemimpin yang meriayah rakyatnya tanpa pamrih. Pemimpin yang takut terhadap Tuhan-Nya bukan pemimpin yang tidak peka kondisi rakyat.
Kita merindukan sosok pemimpin seperti Umar bin Khattab,Umar bin Abdul Aziz,Harun Al Rasyid serta pemimpin setelahnya yang amanah.
Sosok-sosok pemimpin tersebut adalah sangat sulit ditemukan di sistem demokrasi.Pemimpin seperti ini ada dalam sistem Islam yaitu khilafah.
Jika kita menginginkan kehidupan seperti ini maka sudah selayaknya kita memperjuangkannya. Semua ada di tangan kita.
Allah SWT berfirman: Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat,
“Sungguh Aku akan menjadikan di muka bumi Khalifah…” [TQS al-Baqarah [2]: 30].
Di antaranya sabda Rasulullah saw.
“Siapa saja yang mati, sedangkan di lehernya tidak ada baiat (kepada imam/khalifah), maka ia mati jahiliah.” [HR Muslim].
Wallahu a'lam bishshawab.
Oleh Heniummufaiz
Ibu Pemerhati Umat
0 Komentar