Jagat maya dihentakkan kabar dari belahan bumi Asia Tengah, yakni Afghanistan, bahwa Taliban mengambil alih kekuasaan. Akhirnya AS menarik pasukannya setelah menetap selama 20 tahun dan pulang membawa kekalahan.
Ini bukan yang pertama, Taliban juga pernah menduduki kepemimpinan dan kemudian dirampas oleh Amerika karena fenomena runtuhya gedung WTC yang menggemparkan dunia. Taliban menjadi bagian dari tersangka karena melindungi Al-Qaeda. Meski kini kebenaran semakin terungkap hancurnya WTC adalah makar orang dalam dan aktor utamanya George Bush. Namun dunia terlanjur mengenal kelompok Taliban dengan image teroris yang telah dilekatkan oleh media propaganda.
AS bukanlah yang pertama menginvasi Afghanistan. Dalam sejarah sudah banyak imperium raksasa berupaya menguasai Afghanistan. Bahkan dalam buku yang dikarang oleh Seth G. Jones, Afghanistan disebut sebagai kuburan imperium besar karena sulitnya kawasan ini ditakhlukkan. Seperti Persia, Kekaisaran Rusia, Kerajaan British, semua berujung runtuh dan kalah. Dan kini Amerika pun akhirnya harus angkat koper. Karakter bangsanya yang bermentalitas kuat membuatnya sulit tuk ditakhlukkan.
Muncul pertanyaan mengapa kekuasaan adidaya sangat tertarik menguasai Afghanistan meski termasuk salah satu negara miskin? Secara postur geopolitik, Afghanistan memiliki banyak keunggulan. Salah satunya merupakan crossroad jalan sutera dan juga memiliki celah bersejarah yang disebut ‘khyber pass’.
Afghanistan juga memiliki sumber daya alam yang melimpah. Di dalamnya terkandung deposit minyak substansial dan kekayaan mineral hingga 14.000 triliiun yang belum tersentuh hingga kini akibat situasi keamanan yang mengancam. Ilmuwan dan pakar keamanan, Rod Schoonover, mengatakan, Afghanistan sebenarnya salah satu wilayah yang paling kaya akan logam mulia tradisional.
AS telah memperkirakan cadangan litium Afghanistan mampu menyaingi cadangan di Bolivia, yang terbesar di dunia. Litium dan kobalt saat ini semakin diminati karena dunia mencoba beralih ke mobil listrik dan teknologi energi bersih lainnya untuk mengurangi emisi karbon. Namun, upaya Amerika memberdayakan kekayaan Afghanistan berujung gagal. Bahkan pembangunan ring road selama 2 dekade tak kunjung selesai karena tantangan keamanan yang mengancam.
Sedih rasanya, negara sekaya Afghanistan tak mampu membuat rakyatnya sejahtera, justru semakin miskin dan terbelakang. Fakta kekayaan SDA dan postur geopolitik yang strategis justru mengundang negara-negara imperialis eksploitatif untuk merebutnya dan menguasainya. Bukan untuk kepentingan penduduk Afghanistan, melainkan untuk kepentingan korporasi raksasa dan bangsa mereka.
Semua ini terjadi karena tiada junnah al-khilafah. Kaum Muslimin terus berlarut dalam konflik sebab tak ada kepemimpinan Islam yang satu. Kepemimpinan yang independen, tegas dan lurus. Kini kaum Muslimin tersekat-sekat dengan batas teritorial dan disibukkan dengan persoalan masing-masing. Kapankah ini segera berakhir?
Kapankah kaum Muslimin sadar bahwa sekat batas nasionalisme hanya membuat mereka terpasung dalam kesengsaraan dan kemunduran? Kapankah kaum Muslimin tergerak untuk bersatu sebagaimana satu tubuh yang tak terpisah hanya karena garis di peta? Kapankah Afghanistan, Irak dan negara lainnya menjadi kawasan idaman seperti dulu? Di tanahnya lahir banyak ilmuan-ulama dan pejuang. Di tanahnya pula kesejahteraan dan keadilan memancar terang. Jauh dari kata miskin dan terbelakang, karena sejatinya mereka adalah kaya dan mulia.
Perpecahanlah menjadi biang permasalahan umat Muhammad SAW hari ini. Perpecahan membuat negara adidaya merasa aman karena saudara dari korban yang dijarah hanya memikirkan kepentingan dirinya sendiri. Tak mau banyak ikut campur hanya karena garis di peta membedakan mereka. Padahal dulu mereka adalah bagian yang satu. Yang dulu pernah berada dalam satu payung Khilafah Islam, namun kini terpecah menjadi 55 negara. Semakin kecil, semakin lemah.
Tetapi saya yakin, penderitaan yang semakin pekat pertanda pertolongan akan segera terbit. Semoga umat semakin sadar, bumi Afghanistan yang terus merintih karena kerakusan harus segera dihentikan. Jeritan manusia tak berdosa harus segera ditenangkan. Dan itu hanya bisa diwujudkan melalu syariat Tuhan, bukan manusia. Khilafah will be rise soon, insyaaAllah.
Oleh Safina An-Najah Zuhairoh An-Nafi’i, Aktivis Muslimah
0 Komentar