Latihan militer bertajuk Kerja sama dan Pelatihan Asia Tenggara (SEACAT) di bawah komando Amerika Serikat (AS) telah berlangsung mulai pertengahan Agustus kemarin di Singapura. Pelatihan tersebut melibatkan Angkatan Laut dari 21 negara, yaitu Australia, Bangladesh, Brunei, Kanada, Prancis, Jerman, India, Indonesia, Jepang, Malaysia, Maladewa, Selandia Baru, Filipina, Korea Selatan, Singapura, Sri Lanka, Thailand, Timor Leste, Inggris Raya, Amerika Serikat dan Vietnam.
Di Indonesia sendiri, diadakan latihan militer bersama (Garuda Shield 2021) antara Tentara Angkatan Darat Indonesia (TNI AD) dengan US Army di Pusat Latihan Tempur Baturaja, Amborawang dan Makalisung. Latihan berlangsung mulai 4 Agustus hingga 14 Agustus 2021 kemarin. Kedutaan Besar AS mencatat telah diterima di Jakarta, Senin, 2 Agustus 2021, latihan bersama melibatkan 1.000 prajurit Angkatan Darat AS dan 850 prajurit TNI AD.
Motif di balik latihan militer tersebut tidak lain upaya AS untuk memperkokoh posisi dalam dalam menghadapi Cina. Pada waktu yang bersamaan Cina dan Rusia juga melakukan latihan militer bersama di wilayah Ningxia, Cina. Amerika lagi-lagi sedang berusaha menegaskan bahwa Indonesia merupakan sekutu AS. Bahkan Indonesia disebut-sebut sebagai sekutu kuat AS di Asia Tenggara. Hal ini untuk menunjukan realitasnya, latihan gabungan ini tak pernah terjalin antara TNI dengan tentara Rusia atau dengan tentara Cina. Sehingga, dalam konstelasi global, Indonesia bisa dikatakan lebih dekat dengan AS daripada dengan Rusia dan Cina.
Posisi Strategis Indonesia
Amerika menilai posisi geografi Indonesia merupakan posisi yang strategis sebagai penghubung India dan Cina. Posisi Indonesia adalah posisi yang penting bagi Amerika untuk mengimplementasikan rencana-rencananya di kawasan tersebut. Karena itu Amerika berupaya untuk menancapkan kedua kakinya di Indonesia dan menindas kaum Muslim di Indonesia supaya memungkinkan Amerika merealisasi kepentingan-kepentingannya sendiri, yaitu kepentingan mengepung dan memonitor Cina dari dekat.
Selain itu, aspek kapitalistik juga tak bisa dipisahkan dari kerja sama latihan militer dengan Indonesia. Amerika membawa untung besar dari Indonesia. Salah satunya untuk memasarkan teknologi-teknologi militernya. Selain motif militer, perlu juga mempertimbangkan motif lain, yaitu motif ideologi. Ketakutan Amerika akan adanya kebangkitan ideologi Islam..
Siapa Ancaman Sejati bagi Umat?
Umat butuh kejelasan siapa ancaman sejati bagi Indonesia. Sejauh ini pemetaan atas ancaman terhadap negara ini belum beranjak dari kerangka lama, yaitu ekstrem kiri yang datang dari paham komunisme dan ekstrem kanan yang datang dari apa yang mereka sebut ‘Islam radikal’. Ironisnya, neoliberalisme dan neoimperialisme, yang nyata-nyata telah merusak negara ini, tidak dianggap sebagai ancaman.
Kesalahan dalam memetakan ancaman atau musuh negara ini berakibat fatal. Teman bisa dijadikan musuh, sementara musuh malah dijadikan teman. Umat Islam, misalnya, terutama yang berjuang untuk menerapkan syariah Islam secara kâffah, kerap dianggap sebagai musuh negara setelah sebelumnya dilabeli dengan cap ‘radikal’, ‘anti Pancasila’, ‘anti NKRI’, atau bahkan ‘teroris’. Sebaliknya, Barat dan negara-negara kafir penjajah dijadikan kawan. Pemerintah seperti membiarkan negeri ini berada dalam ancaman dan penjajahan pihak asing. Hal ini menjadi ironi bahkan kontradiksi.
Ancaman yang nyata di depan kita adalah neoimperialisme dan neoimperialisme. Terlihat pada upaya Amerika dalam perang dan strategi politiknya terhadap Islam dan kaum Muslim di seluruh penjuru dunia adalah untuk menunda berdirinya khilafah di wilayah Asia Tenggara, dikarenakan makin besarnya dukungan masyarakat kepada dakwah Islam di kawasan-kawasan tersebut. Jadilah umat sudah begitu dekat dari perealisasian targetnya. Amerika paham betul, berdirinya khilafah merupakan awal dari berakhirnya negara kapitalis Amerika, akhir perang terhadap kaum Muslim dan akhir dari hegemoninya atas dunia.
Perlu dipahami bahwa kaum Muslim wajib menolak ketundukan pemerintah kepada Amerika dan berjuang untuk menegakkan syariah secara kaffah. Hendaknya ahlul quwwah menolak bekerja sama dengan para politisi dan militer imperialis. Jika Amerika tidak dihentikan sekarang maka tangannya akan menjadi tangan yang di atas dan penderitaan yang ditimpakan kepada umat akan makin bertambah. Allah SWT telah memperingatkan hal itu dalam firman-Nya, “Jika mereka menangkap kamu, niscaya mereka bertindak sebagai musuh bagimu dan melepaskan tangan dan lidah mereka kepadamu dengan menyakiti (mu); dan mereka ingin supaya kamu (kembali) kafir” (QS al-Mumtahanah [60]: 2).
Militer dalam Islam
Khilafah sebagai satu sistem yang menerapkan Islam secara kaffah, sangat berhati-hati dalam kebijakannya terkait dengan militer. Latihan militer tidak dilakukan bergabung bersama dengan negara asing, apalagi bersama negara-negara adidaya yang telah jelas memusuhi Islam dan kaum Muslim. Pelatihannya berlangsung mandiri tanpa intervensi asing.
Telah banyak kitab para ulama yang menggambarkan keunggulan militer dalam Islam, termasuk aturan-aturan yang sangat terperinci yang pernah diterapkan khilafah sebagaimana disebutkan dalam kitab Nizhamul Islam yang ditulis Syekh Taqiyuddin an-Nabhani dalam bab ‘Masyru’ ad-Dustur’ pasal 190.
Dalam kitab tersebut dijelaskan, dilarang keras mengadakan perjanjian militer dan sejenisnya atau yang terkait langsung dengan perjanjian tersebut, seperti perjanjian politik dan persetujuan penyewaan pangkalan serta lapangan terbang. Dibolehkan mengadakan perjanjian dalam bidang ekonomi, perdagangan, keuangan, kebudayaan dan gencatan senjata. Dalam pasal 191 menyebutkan negara tidak boleh turut serta dalam organisasi yang tidak berasaskan Islam atau menerapkan hukum-hukum selain Islam, seperti organisasi internasional PBB, Mahkamah Internasional, IMF, Bank Dunia, liga Arab.
Dari penjelasan di atas, telah gamblang bagaimana Islam tidak melakukan pelatihan militer bersama asing. Khilafah akan melakukannya dengan mandiri tidak akan ada kerja sama militer dengan negara asing, karena hal ini sama saja dengan khilafah menyerahkan dirinya pada asing.
Pelatihan mandiri bukan berarti berlatih seadanya. Khalifah akan mengerahkan segala sumber daya untuk terlaksananya pelatihan operasional para tentara. Dalam pandangan Islam, militer adalah institusi pertahanan dan ketahanan yang penting dalam sebuah negara, sehingga keuangan baitul mal yang stabil dan kebijakannya yang bebas dari kepentingan asing akan mampu mewujudkan pelatihan yang berkualitas.
Kedudukan militer dalam Islam sangatlah penting. Bukan sekadar melindungi warga saja, tetapi fungsinya untuk membela dan meninggikan kalimat Allah SWT, agar syariat Islam terpelihara dan menjadi rahmat bagi seluruh alam. Negara wajib mempersiapkan kekuatan pasukan militer dengan maksimal.
“Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kamu sanggupi dan dari kuda-kuda yang ditambat untuk berperang (yang dengan persiapan itu) kamu menggentarkan musuh Allah dan musuhmu dan orang orang selain mereka yang kamu tidak mengetahuinya; sedang Allah mengetahuinya. Apa saja yang kamu nafkahkan pada jalan Allah niscaya akan dibalas dengan cukup kepadamu dan kamu tidak akan dianiaya (dirugikan)” (QS Al Anfal: 60).
Dari ayat di atas, tampak jelas bahwa Allah SWT memerintahkan kepada kaum Muslim untuk mempersiapkan dalam menghadapi musuh sampai taraf menggetarkan. Mulai dari pelatihan militer hingga segala perlengkapannya.
Islam mengharamkan kerja sama dengan negara penjajah yang akan merugikan kaum Muslimin. Sebagai negeri Muslim terbesar, Indonesia wajib segera melepaskan diri dari hegemoni negara-negara besar termasuk Amerika karena bertentangan dengan Islam. Allah SWT berfirman dalam Qur’an surah al-Maidah ayat 55 yang artinya, “Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu menjadikan orang Yahudi dan Nasrani sebagai teman setia(mu); mereka satu sama lain saling melindungi. Barang siapa di antara kamu yang menjadikan mereka teman setia, maka sesungguhnya dia termasuk golongan mereka. Sungguh, Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim.”
Indonesia harus bersikap tegas menolak setiap bentuk penjajahan dan intervensi asing. Sikap tegas ini hanya bisa terwujud jika Indonesia menjadikan ideologi Islam sebagai acuannya. Ideologi Islam akan menjadikan Indonesia memiliki pijakan yang mantap dalam setiap kebijakannya, baik kebijakan dalam negeri maupun luar negeri. Dengan menerapkan ideologi Islam yang kebenarannya dijamin oleh Allah, Indonesia akan menjadi negara kuat yang tak akan mampu disetir oleh kepentingan asing.[]
Oleh: Rika Novita Sari
Aktivis Dakwah
0 Komentar