Tak bisa dipungkiri bahwa demokrasi yang ada di Indonesia maupun dunia ini telah mengubah dunia menjadi lahan empuk penyebaran berbagai virus sekularisme. Hal ini bisa kita saksikan bagaimana pejabat di negeri +62 kian hari semakin getol menggaungkan ide-ide busuk demokrasi sekularisme.
Lihatlah bagaimana pernyataan
Panglima Komando Cadangan Strategis Angkatan Darat (Pangkostrad) Letjen TNI Dudung Abdurachman yang mengatakan bahwa semua agama benar.
Pernyataan itu dilontarkan Dudung saat melakukan kunjungan ke Batalyon Zipur 9 Kostrad, Ujungberung, Bandung, Jawa Barat (CNN Indonesia,13/9/2021). Apa yang disampaikan oleh Letjen Dudung diamini oleh Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas saling dukung pendapat. Mereka satu suara menghindari sikap fanatik yang berlebihan terhadap suatu agama.
Bahkan menurut Ketum Gerakan Pemuda Ansor itu menilai sikap fanatik terhadap agama seharusnya untuk diri sendiri. Dari itu, ia percaya seseorang akan tetap teguh memegang keyakinannya dan lembut terhadap orang lain.
Bahkan menurutnya ditegaskan bahwa fanatisme agama tak seharusnya diarahkan ke orang lain yang berbeda keyakinan. Dikatakan pula harus lemah lembut kepada orang lain termasuk yang berbeda keyakinan.Fanatik apalagi yang berlebihan diberlakukan untuk orang lain dan untuk diri sendiri malah lunak.
(CNN Indonesia,15/09/2021).
Sungguh paradoks jika kita telisik terkait pernyataan seorang pejabat muslim,di mana seharusnya seorang pemimpin memberikan penguatan akidah. Hal ini karena seorang pemimpin pendapat dan perintah sejatinya akan diikuti dan taati oleh anak buahnya tak terkecuali prajurit yang memiliki tugas menjaga keamanan negara. Namun miris memang di negara yang menerapkan sistem demokrasi sekularisme telah menggiring para pemimpin di negeri ini bangga terhadap aturan demokrasi sekularisme. Akibatnya ide-ide ini terus menebar racun ke seluruh lini kehidupan. Ironisnya justru yang menebarkan justru para pejabat dan pemimpin muslim.
Ketika berbicara Islam seolah dianggap bahwa ajaran Islam seolah tidak mengatur kehidupan dengan nonmuslim. Bahkan seolah seseorang yang taat dan kukuh terhadap ajaran Islam dianggap intoleransi atau radikal. Ketika pun ada orang yang menentang ide-ide Barat ataupun enggan mengikuti acara keagamaan orang lain akan dianggap fanatik berlebihan, padahal sesungguhnya ketika hal itu dilakukan hanya ingin menjaga akidahnya agar tidak tergelincir kepada kesyirikan dan kesesatan akidah.
Memang saat ini kita melihat bahwa para pejabat di negeri +62 terjangkiti virus Islamofobia akut. Berbagai kebijakan penguasa di negeri ini lebih suka menuduh pihak yang bersalah dan bertanggung jawab adalah Islam sebagai agama mayoritas penduduknya. Kondisi ini diperparah dengan banyak pelaku korupsi,pelaku bom pun yang notabene orang Islam. Akibatnya menambah deret kelam kondisi agama Islam di negeri ini terlebih paham moderasi agama pun kian santer menyasar semua segmen kehidupan.
Maka jangan heran jikalau
Siapa pun yang dianggap bersebrangan dengan pemerintah pastinya akan dibungkam sehingga ada upaya doktrin agar prajurit tidak segan-segan untuk melaksanakan semua perintah pimpinan nya sekalipun bersebrangan dengan hukum agama.
Menganggap bahwa konteks agama hanya diranah pribadi dan dilarang berlebihan dalam artian taat menerapkan aturan ajaran Islam adalah sebuah kesalahpahaman fatal. Dari sini menjadi bukti kegagalan sistem demokrasi dalam menjaga akidah umat. Islamofobia akutlah yang justru tumbuh subur di sistem demokrasi sekularisme. Hal ini berbanding terbalik dengan Islam.
Islam merupakan agama dan sekaligus ideologi yang memiliki kemampuan untuk menuntaskan berbagai masalah manusia. Islam juga mengatur dari ranah pribadi hingga negara. Bahkan Islam juga mengatur masalah bela negara dan keprajuritan, urusan bangsa dan lain sebagainya. Tak ada satupun celah yang tidak diatur oleh ideologi ini.
Sejatinya Islam itu agama rahmat bagi seluruh alam adalah kebenaran mutlak. Kebenaran itu bisa dibuktikan dengan bukti di masa Islam tegak. Saat Islam tegak umat Islam mampu memberikan perlindungan dan kesejahteraan bagi rakyat nya baik muslim maupun nonmuslim. Mereka hidup berdampingan tanpa harus menggadaikan akidahnya.
Di masa Umar bin Khattab mampu memberikan kedamaian bagi tiga agama yaitu Islam, Nasrani dan Yahudi. Hal ini terjadi di bumi Palestina yang merupakan destinasi tiga agama. Karena sesungguhnya di dalam sistem Islam tidak ada paksaan dalam agama.
Umat Islam harus berpegang teguh terhadap ajaran Islam. Karena hanya agama Islam yang diridai Allah dengan keyakinan ini seorang muslim akan tetap ajeg dalam berakidah.
Allah ta’ala berfirman,
إِنَّ الدِّينَ عِندَ اللَّهِ الإِسْلاَم
“Sesungguhnya agama yang diridhoi di sisi Allah hanyalah Islam.” [Ali Imron: 19]
Ayat yang mulia ini menegaskan bahwa Islam adalah satu-satunya agama yang benar dan diridhoi oleh Sang Pencipta; Allah tabaraka wa ta’ala, karena Dia-lah yang telah menetapkan hal itu di dalam kitab-Nya yang mulia Al-Qur’anul Karim, maka tidak ada jalan lain untuk beribadah kepada-Nya kecuali harus masuk Islam, yaitu agama yang dibawa oleh Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam, satu-satunya agama yang masih mengikuti ajaran utama para nabi dan rasul ‘alaihimussalaam terdahulu, yaitu tauhid. Al-Imam Ibnu Katsir rahimahullah berkata,
وقوله: { إِنَّ الدِّينَ عِنْدَ اللَّهِ الإسْلام } إخبار من الله تعالى بأنه لا دين عنده يقبله من أحد سوى الإسلام، وهو اتباع الرسل فيما بعثهم الله به في كل حين، حتى ختموا بمحمد صلى الله عليه وسلم، الذي سد جميع الطرق إليه إلا من جهة محمد صلى الله عليه وسلم، فمن لقي الله بعد بعثته محمدًا صلى الله عليه وسلم بدِين على غير شريعته، فليس بمتقبل. كما قال تعالى: وَمَنْ يَبْتَغِ غَيْرَ الإسْلامِ دِينًا فَلَنْ يُقْبَلَ مِنْهُ وَهُوَ فِي الآخِرَةِ مِنَ الْخَاسِرِينَ
“Dan firman Allah ta’ala “Sesungguhnya agama yang diridhoi di sisi Allah hanya Islam” adalah pengabaran dari Allah ta’ala bahwa tidak ada agama yang diterima di sisi-Nya dari siapa pun selain Islam, yaitu ajaran yang mengikuti agama para Rasul yang Allah ta’ala utus pada setiap masa, sampai diakhiri dengan Muhammad shallallahu’alaihi wa sallam, dimana Allah ta’ala telah menutup semua jalan untuk sampai kepada-Nya kecuali melalui jalan Muhammad shallallahu’alaihi wa sallam.
Siapa pun sesudah bersyahadat kemudian tidak mengikuti agama beliau, maka tidak akan diterima agamanya.
“Barangsiapa tidak mengkafirkan kaum musyrikin, atau ragu dengan kekafiran mereka, atau membenarkan pendapat (kekafiran) mereka, maka ia kafir.” [Risalah Nawaqidhul Islam, ke-3]
Oleh karena Allah ta’ala telah menetapkan agama yang mulia ini sebagai agama yang Dia ridai dan sebagai penutup seluruh agama yang pernah Dia turunkan. Allah Swt menyempurnakan agama ini, sehingga tidak mengandung kekurangan sedikit pun, agama Islam sangat cocok dan sesuai bagi seluruh umat manusia. seluruh bangsa mana pun dan di zaman apa pun sampai hari kiamat.
Hal ini karena apa pun yang dibutuhkan seorang hamba untuk mencapai kebahagiaan di dunia dan akhirat, telah ada di dalam agama ini. []
Wallahu a'lam bishshawab.
Oleh Heni Ummu Faiz
Ibu Pemerhati Umat
0 Komentar