Berbuat baiklah setiap saat, sebab kebaikan itu akan kembali kepadamu dan tidak berkurang sedikitpun. Terlebih lagi sebagai seorang yang meyakini adanya hari akhir dan hari pembalasan, tentu tidak akan pernah ragu untuk melakukan kebaikan, dimanapun dan kapanpun. Sebagaimana firman Allah Ta’ala di dalam surat az-Zumar ayat 10:
قُلْ يٰعِبَادِ الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اتَّقُوْا رَبَّكُمْ ۗلِلَّذِيْنَ اَحْسَنُوْا فِيْ هٰذِهِ الدُّنْيَا حَسَنَةٌ ۗوَاَرْضُ اللّٰهِ وَاسِعَةٌ ۗاِنَّمَا يُوَفَّى الصّٰبِرُوْنَ اَجْرَهُمْ بِغَيْرِ حِسَابٍ
Yang artinya : Katakanlah: "Hai hamba-hamba-Ku yang beriman. bertakwalah kepada Tuhanmu". Orang-orang yang berbuat baik di dunia ini memperoleh kebaikan. Dan bumi Allah itu adalah luas. Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah Yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas."
Dalam tafsir Jalalain dijelaskan (Katakanlah, “Hai hamba-hamba-Ku yang beriman, bertakwalah kalian kepada Rabb kalian”) takutlah kalian akan azab-Nya, yaitu dengan jalan menaati-Nya. (Orang-orang yang berbuat baik di dunia ini memperoleh) melalui jalan ketaatan kepada Rabbnya (kebaikan) yakni surga. (Dan bumi Allah itu adalah luas) maka hijrahlah ke negeri yang lain meninggalkan orang-orang kafir demi menghindarkan diri dari menyaksikan hal-hal yang mungkar. (Sesungguhnya orang-orang yang bersabarlah yang dicukupkan) yang sabar di dalam menjalankan ketaatan dan sabar di dalam menahan ujian yang menimpa diri mereka (pahala mereka tanpa batas) yakni tanpa memakai neraca dan timbangan lagi.
Demikian juga dijelaskan di Hidayatul Insan bi Tafsiril Quran mengenai ayat tersebut, kepada manusia-manusia utama, yaitu orang-orang mukmin sambil memerintahkan mereka mengerjakan perintah yang paling utama, yaitu takwa; dengan menyebutkan sebab yang mengharuskan untuk bertakwa yaitu rububiyyah (pengurusan) Allah kepada mereka dan nikmat-Nya yang menghendaki mereka untuk bertakwa. Termasuk yang menghendaki mereka bertakwa adalah keimanan yang Allah karuniakan kepada mereka. Seperti ucapan kita, “wahai orang yang dermawan, bersedekahlah.”
Demikian pula memperoleh rezeki yang luas, jiwa yang tenang, hati yang lapang sebagaimana firman Allah Ta’ala , “Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.” (QS. An-Nahl: 97).
Oleh karena itu berhijrahlah jika kamu dicegah untuk beribadah di suatu tempat menuju tempat yang lain, atau berhijrahlah dari tengah-tengah orang kafir dan musyrik, serta dari tempat yang penuh dengan kemungkaran yang sudah sulit diperbaiki. Jika ada yang beranggapan, “Ya, bahwa orang yang berbuat baik di dunia akan memperoleh kebaikan, lalu bagaimana dengan orang beriman di suatu tempat, namun ternyata ia ditindas dan dianiaya di sana?” Maka anggapan ini dapat ditolak dengan firman Allah Ta’ala, “Dan bumi Allah itu luas.” Yakni bukankah ia dapat berhijrah. Oleh karena itu, bagi orang yang berhijrah pasti memiliki tempat di mana ia dapat menegakkan agamanya sehingga ia memperoleh kebaikan.
Yaitu yang bersabar menjalankan ketaatan, bersabar menjauhi kemaksiatan dan bersabar terhadap takdir Allah Swt. Dalam ayat ini Allah subhanahu wa Ta’ala menjanjikan pahala tanpa batas dan tanpa ukuran bagi orang-orang yang bersabar. Hal ini tidak lain karena keutamaan sabar, kedudukannya yang tinggi di sisi Allah dan dapat membantu segala urusan.
Mengenai berbuat baik yang selalu dianjurkan bagi orang-orang yang beriman, juga terdapat dalam quran surat al-Qashash ayat 77:
وَابْتَغِ فِيْمَآ اٰتٰىكَ اللّٰهُ الدَّارَ الْاٰخِرَةَ وَلَا تَنْسَ نَصِيْبَكَ مِنَ الدُّنْيَا وَاَحْسِنْ كَمَآ اَحْسَنَ اللّٰهُ اِلَيْكَ وَلَا تَبْغِ الْفَسَادَ فِى الْاَرْضِ ۗاِنَّ اللّٰهَ لَا يُحِبُّ الْمُفْسِدِيْنَ
Artinya: "Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan."
Dalam ayat ini, Allah Swt memberikan perintah untuk hal yang juga dilakukan-Nya, hal ini menunjukkan keutamaan berbuat baik.
Berbuat baik merupakan akhlak mulia yang bisa diwujudkan pada berbagai hal, seperti memberikan pertolongan, menasehati untuk kebaikan, berbagi ilmu, atau memperlakukan dengan baik, terutama untuk orang-orang terdekat, yaitu orangtua, suami, isteri, anak dan kerabat. Selanjutnya kebaikan yang cakupannya lebih luas, seperti kepada tetangga, rekan kerja, dan teman sejawat.
“Dan berbuat baiklah. Sungguh Allah mencintai orang-orang yang berbuat baik.” (QS. Al-Baqarah: 195). “Sesungguhnya rahmat Allah sangat dekat kepada orang-orang yang berbuat baik.” (QS. Al-A’raf:56).
Ayat-ayat tersebut menunjukkan bahwa Allah menyukai, mencintai hamba-hamba-Nya yang berbuat baik dan menerangkan janji-Nya bagi orang-orang yang berbuat baik, yaitu dicintai-Nya, memperoleh rahmat-Nya dan tambahan kebaikan. Sehingga kita antusias untuk berbuat baik dengan ikhlas dan mengharap ridha-Nya.
Rasulullah Saw bersabda,”Barang siapa yang menolong saudaranya yang sedang dalam kebutuhan, maka Allah akan menolongnya dalam kebutuhan.” (HR. Bukhari & Muslim).
Beliau Saw juga bersabda, “Janganlah meremehkan kebaikan sedikitpun, walau hanya berbicara kepada saudaramu dengan wajah yang tersenyum kepadanya. Amalan tersebut adalah bagian dari kebajikan.” (HR. Abu Dawud dan Tirmidzi).
Semoga kita semua senantiasa selalu dapat berbuat baik dan semata-mata hanya untuk meraih ridha-Nya. Aamiin ya Mujibassailin.
Oleh Anjar Ummu Nouman
0 Komentar