Bu Atik, salah seorang dosen di salah satu universitas di Jakarta yang juga hadir pada Nobar JKDN II di Hotel Sofyan, Tebet, Jakarta Selatan, menyampaikan kesannya setelah menonton film ini. "Kesannya, sampai tidak bisa diomongin," ujarnya. Dan hal pertama adalah sangat bersyukur. Karena beliau jadi mengetahui bagaimana kebenaran dari sejarah Islam di Nusantara.
Beliau pun teringat akan pertemuan kemarin dengan Bu Marissa Haque, bahwa banyak sejarah Islam di dunia, termasuk di Indonesia yang ditutup-tutupi. "Dari sini saya tahu, bahwa Belanda datang ke Indonesia bukan hanya karena ingin menguasai rempah-rempah, tetapi ingin memecah-belah Islam itu sendiri. Dan saya yakin juga ada misi penginjilan". Paparnya lagi.
Bu Atik teringat akan salah satu tayangan di YouTube, bahwa ada kisah tentang seorang ulama mantan pendeta yang telah mendapatkan hidayah. Ulama tersebut dulunya adalah Ketua Penginjilan Dunia wilayah Asia, dengan pusatnya di Indonesia. Dan di Indonesia sendiri, pusatnya adalah di Tanah Sunda. Target pertama dari aktivitas tersebut adalah di Sunda. Dan ini sesuai dengan penggambaran sejarah pada film JKDN II ini, bahwa pusat Islam dahulu ialah di Sunda.
Bu Atik menyampaikan bahwa setelah beliau menonton film JKDN II ini, muncul sebuah niat mulia untuk memperbaiki diri, terutama dalam mempelajari pengetahuan tentang sejarah-sejarah Islam. Bahkan tak hanya untuk diri sendiri, beliau pun berazam akan merangkum konten film JKDN II ini, untuk disampaikan kembali. Minimal kepada adik, anak dan keluarganya. "Dan semaksimal mungkin, akan kembali pada syariat Islam." Tutupnya. []
(Novita Sari Gunawan - Muslimah Jakarta)
0 Komentar