“Diskursus tentang khilafah sudah sejak lama tertulis dalam kitab-kitab para ulama. Bahkan, di buku pelajaran anak sekolah pun ada. Jika belakangan dihapus. Di sanalah aspek politisnya, jelas Ustaz Ismail Yusanto (UIY), Cendekiawan Muslim, ketika menjawab pertanyaan host Talkshow Premier JKDN2, Rabu 20 Oktober 2021 yang tayang secara online. Dan, hal tersebut tidak pernah jadi masalah. Menjadi permasalahan ketika ada yang mempermasalahkan. Karena itulah alamiahnya dakwah. Pergolakan pemikiran senantiasa terjadi dalam arena dakwah, lanjutnya.
Ketika sejarah disajikan dalam bentuk film maka ia bisa menggambarkan realita sejarah secara hidup, hangat, dan mengimpresi kuat pada pemirsanya, paparnya. UIY menilai kehadiran film JKDN I dan II menghangatkan pergolakan pemikiran. Justru pada saat itulah para pengemban dakwah harus semakin bersemangat. "Jangan kendor. Biarkan kondisi menjadi panas. Karena ibarat besi akan mudah dibentuk ketika panas." Paparnya lebih lanjut.
"Ketika kita bergerak di masyarakat, maka kita harus menyajikan realita sejarah dengan sangat gamblang dan menarik. Karena masyarakat tidak punya akses kepada data sejarah dan kerangka berpikir yang benar untuk mensikapi sejarah. Tugas para pengemban dakwahlah untuk menyajikan bahwa Khilafah itu punya argumen historis. Bukan ahistoris seperti yang dituduhkan," beber UIY.
UIY memberikan contoh, ketika khilafah diruntuhkan penjajah pada 3 Maret 1924, umat Islam Nusantara pun bereaksi. Hal ini merupakan sesuatu yang mengagetkan. Lalu, selang dua bulan dari keruntuhan Khilafah, pada 19-21 Mei 1924 diadakan Kongres Al Islam Hindia II di Garut. Kongres yang dihadiri oleh 50 ribu utusan dari berbagai organisasi Islam di Nusantara seperti Sarekat Dagang Islam yang diwakili HOS Cokroaminoto dan H Agus Salim, dari Muhammadiyah diwakili Haji Fakhrudin, Al Irsyad diwakili Syaikh Ahmad Soorkatie, dan lain sebagainya. Dalam Kongres itu disimpulkan bahwa Umat Islam Nusantara menghendaki persatuan dan mencari solusi untuk masalah khilafah. Intinya mereka menginginkan khilafah itu tegak kembali. Hal ini menunjukkan kepada kita bukti, bahwa ikatan emosi itu sudah terjalin. Hal ini juga membuktikan bahwa jejak khilafah Utsmaniyah di nusantara itu nyata.
Spirit mereka ini kita temukan kembali dalam film ini. Dalam dokumen yang ada, apa yang mereka perjuangkan dan apa yang melandasi perjuangan mereka itu sama dengan apa yang kita lakukan saat ini. Ayat yang dipakai pun sama, Annur:55, tandas UIY. Mengapa bisa begitu? Karena risalahnya sama. Alqurannya sama. Rasulnya pun sama. “Lalu, apa dasarnya kita harus berbeda (pandangan mengenai khilafah), ini hari?” tanya retoris UIY. [rs]
Reporter: Rini Sarah
0 Komentar