Cukupkah Telur Menjadi Solusi Stunting di Kota Bogor?



Stunting bukanlah hal baru, ini menjadi problematika di seluruh dunia tak terkecuali Indonesia. Stunting masih menjadi masalah yang terus perlu penanganan lebih serius. Terlebih saat ini, ketika pandemi belum juga usai yang menyebabkan ekonomi masyarakat terpuruk.


Berbagai macam program sudah dilakukan oleh pemerintah pusat maupun daerah, salah satunya kota Bogor. Pemkot Bogor baru-baru ini melaksanakan program membagikan telur kepada anak-anak yang berpotensi stunting di Kecamatan Bogor Timur. (www.radarbogor.id 22/10/2021)


Dalam hal ini Bima Arya selaku Walikota Bogor mengatakan, bahwa Pemkot Bogor lebih fokus dalam penanganan stunting yang meliputi edukasi, kolaborasi dan amunisi. Edukasi penting dilakukan untuk menyadarkan masyarakat, kolaborasi karena tidak bisa dilakukan sendiri-sendiri, dan amunisi  berupa asupan makanan yang bergizi. (www.republika.co.id 22/10/2021)


Stunting adalah kekurangan gizi pada bayi di atas 1000 hari pertama kehidupan yang berlangsung lama dan menyebabkan terhambatnya perkembangan otak dan tumbuh kembang anak. Karena mengalami kekurangan gizi menahun, bayi stunting tumbuh lebih pendek dari standar tinggi balita seumurnya. Hasil Survei Status Gizi Balita Indonesia (SSGBI) terjadi penurunan angka stunting pada angka 27,67 persen pada tahun 2019, namun angka tersebut masih dinilai tinggi karna standar WHO angka stunting tidak boleh lebih dari 20 persen. Pada awal tahun 2021, Pemerintah Indonesia menargetkan angka stunting turun menjadi 14 persen di tahun 2024. Presiden Joko Widodo menunjuk kepala BKKBN, Dr. (HC) dr. Hasto Wardoyo, Sp.OG. (K) menjadi Ketua Pelaksana Percepatan Penurunan Stunting. (www.bkkbn.go.id 18/2/2021)


Program ini akan terlaksana dengan baik jika didukung oleh sistem negara yang kuat, terutama dari sisi kemampuan untuk memenuhi kebutuhan seluruh rakyatnya karena ini merupakan masalah yang bersifat sistemik.


Indonesia sebagai negara yang kaya akan sumber daya alam dan potensi sumber daya manusia yang cukup, namun nyatanya Indonesia tidak mampu memberikan kesejahteraan bagi rakyatnya. Hal ini disebabkan kekayaan alam yang melimpah dari hulu hingga hilir dikuasai oleh asing, diserahkan secara legal kepada swasta, bukan negara yang mengelolanya. Begitu pun dengan sumber daya manusianya yang tidak mampu bersaing dengan warga asing karena minimnya perhatian negara untuk rakyatnya.


Alhasil, hutang menjadi andalan bagi pemerintah untuk memenuhi kebutuhan rakyatnya, selain pajak yang juga terus dibebankan pada rakyat. Semua ini didukung oleh sistem yang dianut negeri ini yaitu kapitalisme. Dalam sistem ini negara abai akan kesejahteraan rakyat, rakyat dipaksa bekerja keras untuk memenuhi kebutuhan pokoknya, sementara negara hanya memfungsikan dirinya sebagai regulator saja. Tak adanya rasa tanggung jawab sepenuh hati atas kepengurusan rakyat adalah ciri khas sistem kapitalis. 


Untuk memutus mata rantai stunting kita tentu membutuhkan sistem yang bisa mengatasinya dengan tuntas. Islam telah memberikan panduan bagaimana negara dalam mengurus urusan rakyatnya, seperti kesejahteraan menjadi salah satu yang harus dipenuhi negara. Dalam sistem khilafah, negara bersungguh-sungguh mewujudkannya. Sumber daya alam yang sejatinya milik rakyat akan dikelola oleh negara dan hasilnya untuk rakyat. Sumber daya manusia akan terus dibina dan diutamakan untuk kepentingan rakyatnya. Selain itu ada harta milik negara yaitu fai’ dan ghanimah yang akan dipakai oleh negara. Begitu pun dengan zakat, akan menjadi salah satu penopangnya. Dalam Islam pendistribusian harta zakat hanya akan diberikan kepada delapan ashnaf diantaranya fakir dan miskin yang rentan mengalami stunting. Saling membantu dalam sistem Islam sudah dicontohkan dalam pelaksanaan zakat. Jika pun kas negara atau baitul mal kosong, maka akan diberlakukan pajak. Namun dalam sistem khilafah pajak hanya akan dipungut dari golongan muslim yang mampu saja, dan tidak diberlakukan secara terus- menerus, hanya sampai jumlah yang dibutuhkan.


Seorang pemimpin dalam sistem Islam tidak tinggal diam, sebagai contoh saat kepemimpinan Umar bin Khatab r.a. beliau melakukan patroli setiap malam, memastikan sendiri apakah rakyatnya tidur dalam keadaan kenyang atau lapar, hingga beliau pernah memanggul gandum dan bahan pokok lainnya untuk rakyatnya yang janda dan anak-anaknya yang yatim. Keteladanan seperti ini hanya ada dalam sistem Islam. 


Pemimpin, rakyat, dan sistem yang digunakan merupakan satu kesatuan dalam menentukan keberhasilan suatu bangsa dalam mengatasi semua problematika kehidupan. Wacana memberikan edukasi, kolaborasi dan amunisi akan terlaksana dengan dukungan sistem khilafah, sehingga masalah stunting bisa teratasi dengan benar dan tuntas hingga ke akarnya. Atasi masalah stunting dengan sistem khilafah yang sempurna dan paripurna dari sang pencipta, yakni Allah Swt. Rakyat bukan hanya bisa makan telur tapi juga daging, bukan hanya untuk kota Bogor tapi seluruh Indonesia bahkan dunia jika sistem khilafah ini diterapkan. Oleh karena itu penegakan sistem khilafah merupakan hal yang urgen bagi seluruh umat manusia. Wallahua'lam. []


Oleh Titin Kartini

Posting Komentar

0 Komentar