IMLC - Internasional Muslim Lawyers Conference H.M. Ismail Yusanto : Stop Kita Berharap Kepada Institusi Internasional



Muslim Intelektual, H.M. Ismail Yusanto mengatakan, “Stop kita berharap kepada Institusi Internasional yang dikatakan mereka sebagai pelindung HAM” Ahad, 03/10/2021 pada acara IMLC yang diselenggarakan secara virtual dan dihadiri oleh 4 Negara, diantaranya United Kingdom, Netherlands, Malaysia dan Indonesia.

Pasalnya, penderitaan yang dirasakan umat Muslim selama ini tidak juga mengalami perbaikan, melainkan terus menjadi-jadi tanpa solusi yang jelas dan hukum yang menyelamatkan.

Dalam situasi ini, Beliau mengungkapkan bahwa ada 3 hal mendasar yang dapat menyelamatkan umat dari kesengsaraan ini. Pertama tentu saja kemampuan untuk mempertahankan hidup, mempertahankan kehormatan, harta dan jiwa.  Seperti yang selalu diajarkan Baginda Rasulullah bahwa kita harus berani menghadapi kedzaliman sehingga kita dapat disebut sebagai seorang muslim yang mati dalam keadaan mati syahid.

مَنْ قُتِلَ فِي سَبِيلِ اللَّهِ فَهُوَ شَهِيدٌ وَمَنْ مَاتَ فِي سَبِيلِ اللَّهِ فَهُوَ شَهِيدٌ

“Maka, kita tidak boleh menjadi pribadi-pribadi yang “cemen”,  musuh tidak boleh mudah menaklukan kita karena perlawan kita yang tidak pernah mudah ditaklukan” tegasnya.

“Kedua, kekuatan umat secara kolektif diperlukan agar antar satu dengan lainnya saling melindungi karena kita ini bersaudara, sakit saudara kita, sakit juga kita. Itulah tanda bahwa kita ini satu, sebagaimana bagian dari satu tubuh”, lanjutnya.

“Faktanya, terdapat 1,7 milyar umat Islam di dunia, jikalau hal pertama dan kedua tadi diwujudkan, maka kita akan memiliki kekuatan yang luar biasa” beliau mengungkapkan.

“Dan yang ketiga adalah hadirnya institusi yang memang melindungi umat”, beliau menyebutkan. “Ini yang disebut oleh baginda Rasulullah sebagai Junnah, sesungguhnya amirul mukminin itu adalah perisai, dia berperang di belakang imam dan menjadi tameng”, lanjutnya

Menariknya apa yang dikatakan oleh Imam Nawawi ketika menjelaskan hadist ini, “maksudnya ibarat tameng adalah karena dia mencegah musuh menyerang, mencegah masyarakat satu dengan yang lain dari serangan, melindungi keutuhan Islam, dia disegani masyarakat dan merekapun takut terhadap kekuatannya” (HR.Bukhori) “Institusi ini yang harus hadir, institusi yang melindungi harkat dan martabat, jiwa dan nyawa manusia khususnya umat  islam” Ismail Yusanto menegaskan.

Muslim Intelektual tersebut melanjutkan dengan mengutip kisah yang terjadi dimasa khalifah Mu'tashim Billah, “ada seorang perempuan di Amuriah dilecehkan, ditarik jilbabnya. Mendengar jeritan seorang muslimah itu beliau langsung mengirimkan pasukan yang ujungnya sudah ada di kota Amuriah, ekornya masih ada di kota Baghdad. Itu yang menjadi pangkal takluknya kota Amuriah yang dikuasai selama itu oleh penguasa Romawi, ada yang menyebut 3000 pasukan Romawi tewas, adapula 9000.  30.000 diantaranya ditawan. Begitulah semestinya perlindungan yang didapatkan oleh kaum muslimin dari penguasa yang ada, dari institusi politik yang ada”, jelasnya.

Ismail Yusanto mengatakan, “Pemirsa, ini hari institusi itu tidak ada, bahkan sikap umat Islam pun juga tidak menampakkan diri sebagai seorang muslim yang bersaudara, ditambah lagi tidak sedikit umat Islam yang memiliki mentalitas yang lembek, dia lebih suka memperturutkan kemauan orang, kelompok dan negara yang dzolim bahkan menjadi bagian dari kedzaliman itu sendiri, akibatnya terjadilah apa yang terjadi seperti yang kita saksikan saat ini”.

Bagaimana bisa kaum muslimin dari Rohingya terusir dari negerinya, dari tanah kelahirannya, yang bahkan jauh sebelum Birma itu lahir, berbulan-bulan meraka mengapung ditengah lautan yang hanya mengharap air hujan turun dari Allah Subhanahu Wata’ala.  Bagaimana bisa ditengah 1,7 milyar umat Islam kita menyaksikan ada orang-orang seperti itu tanpa pertolongan hingga saat ini?

Ismail Yusanto berpesan, “Stop kita berharap kepada Institusi Internasional yang dikatakan mereka melindungi HAM, lihat apa yang dilakukan mereka kepada Palestina, justru mengokohkan penjajahan Israel laknatullah, lihatlah apa yang dilakukan PBB terhadap saudara kita di Xinjiang, China.”

Beliau menutup dengan mengatakan, “Sesungguhnya nasib atau keadaan umat Islam itu tidak akan kembali, kecuali kembali kepada posisi mulia atas dasar ikhtiar atau usaha umat Islam itu sendiri, nasib umat Islam ditentukan oleh umat Islam, bukan orang lain. Karena itu yakinkan kepada diri kita, hidup tak lain adalah untuk menyerahkan, mengorbankan, mendedikasikan waktu, tenaga, pikiran dan bahkan nyawa kita ini untuk tegaknya kembali Izzul Islam Wal Muslimin”  disitulah hakikat kita sebagai seorang muslim, yang dimintakan Allah Subhanahu Wata’ala kepada kita sebagai Anshorullah, Penolong agama Allah Azza Wa Jalla.


Reporter: Babay

Posting Komentar

0 Komentar