Indonesia berpotensi jadi negara adidaya (super power). Dalam pertemuan Dewan Menteri OECD (Organisation for Economic Co-operation and Development/OECD Ministerial Council Meeting) di Paris, Prancis. Menteri Perdagangan (Mendag) Muhammad Lutfi menilai Indonesia berpotensi menjadi negara adidaya. https://economy.okezone.com/read/2021/10/08/320/2483548/mendag-indonesia-berpotensi-jadi-negara-superpower
Dalam sesi pleno Building A Green Future, Mendag menyampaikan Indonesia berpotensi sebagai negara adidaya dunia, lewat perdagangan karbon. “Indonesia berpotensi menjadi carbon offset superpower di dunia melalui perdagangan karbon sukarela secara internasional. Namun, kerja sama internasional diperlukan untuk mendorong kolaborasi antara pemerintah dan sektor swasta dalam rangka pengembangan kerangka regulasi kebijakan yang efektif,” ujar Mendag Lutfi, pada keterangan tertulisnya, Jumat (8/10/2021).
Dalam sesi tersebut, Mendag secara tegas juga menyampaikan komitmennya untuk mengurangi emisi gas rumah kaca sebagaimana tercantum dalam kesepakatan Paris Agreement. Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah melalui kebijakan carbon pricing.
Lalu benarkah Indonesia bisa bangkit menjadi negara adidaya melalui perdagangan karbon?
Negara adikuasa atau negara adidaya adalah negara dengan posisi dominan yang ditandai dengan kemampuannya yang luas untuk memberikan pengaruh atau memproyeksikan kekuasaan dalam skala global. Hal ini dilakukan melalui gabungan kekuatan ekonomi, militer, teknologi dan budaya serta pengaruh diplomatik dan kekuasaan lunak. Secara tradisional, negara adidaya lebih unggul di antara kekuatan besar. https://id.m.wikipedia.org/wiki/Negara_adikuasa Kalau untuk saat ini negara yang memenuhi definisi tersebut adalah Amerika Serikat.
Jika suatu bangsa ingin menjadi negara adidaya, ia harus melalui suatu proses yaitu kebangkitan. Kebangkitan adalah meningkatnya taraf pemikiran. Sedangkan makna kebangkitan yang diartikan sebagai meningkatkan taraf perekonomian tidak termasuk kebangkitan. https://www.muslimahnews.com/2021/07/29/bagaimana-upaya-membangkitkan-umat-islam-saat-ini-bagian-1-2/
Banyak negara yang taraf perekonomiannya baik, tapi tidak mampu bangkit dan menjadi negara adidaya. Sebut saja Brunei Darussalam. Negara tetangga Indonesia yang kaya akan minyak ini dilaporkan saat ini, memiliki Indeks Pembangunan Manusia tertinggi kedua di Asia Tenggara setelah Singapura, sehingga diklasifikasikan sebagai negara maju. Menurut Dana Moneter Internasional, Brunei memiliki produk domestik bruto per kapita terbesar kelima di dunia dalam keseimbangan kemampuan berbelanja. Sementara itu, Forbes menempatkan Brunei sebagai negara terkaya kelima dari 182 negara karena memiliki ladang minyak bumi dan gas alam yang luas. Dengan kondisi demikian Brunei tidak mampu untuk memberikan pengaruh pada dunia internasional.
Bahkan Syaikh Taqiyuddin An Nabhani dalam buku Nidzomul Iqtishody fil Islam menjelaskan bahwa pemikiran merupakan kekayaan yang paling besar bagi suatu bangsa, apalagi bangsa itu baru lahir. Kekayaan pemikiran pun merupakan warisan tak ternilai bagi penerus bangsa tersebut. Karena dengan adanya kekayaan pemikiran maka kekayaan material, penemuan-penemuan ilmiah, dan rekayasa teknologi akan dihasilkan. Sebut saja bangsa Jepang yang SDAnya tidak begitu melimpah tetapi dengan kekayaan berfikir untuk senantiasa berbuat terbaik maka Jepang jadi bangsa yang maju dalam penguasaan teknologi.
Bagaimana dengan Indonesia sendiri? Untuk saat ini Indonesia cenderung menjadi negara pengekor. Belum bisa bersikap dan cenderung mengikuti apa yang dipesankan negara yang diikutinya bahkan dalam menentukan kebijakan dalam negerinya. Dalam kasus emisi karbon pun kita manut terhadap Perjanjian Paris Agreement yang digagas oleh negara-negara besar. Jika Indonesia ingin bangkit dan menjadi adidaya sebenarnya bukan mimpi belaka. Asal, mau melewati prosesnya yaitu menaikan taraf berpikir. Dan sejatinya pemikiran yang membangkitkan secara hakiki itu sudah ada di Indonesia.
Indonesia selaku negara dengan penduduk mayoritas muslim tentu saja memiliki Islam itu sendiri. Islam merupakan ideologi yang terdiri atas pemikiran mendasar dan cabang yang akan melahirkan peraturan yang Islami. Inilah modal awal dan paling besar dalam proses kebangkitan. Tinggal kembali saja kepadanya. Kembali mengembannya. Insya Allah, Indonesia akan menjadi negara super power. Apalagi Indonesia dikaruniai kekayaan alam berlimpah, SDM yang banyak, dan letak geopolitis yang sangat strategis. Semakin mudah untuk Indonesia menjadi negara adidaya.
Kalau dengan perdagangan karbon? Jangan-jangan kita sedang diperdaya adidaya. Mereka yang menghasilkan emisi karbon terbesar dengan industrinya. Menurut data yang dirilis oleh World Resource Institute (WRI) yang bermarkas di Washington DC, Emisi Karbondioksida (CO2) yang dihasilkan oleh negara-negara di dunia ini adalah sebanyak 47,59 miliar ton emisi CO2 (MtCO2e) per tahun. Dari jumlah tersebut, Negara yang berkonstribusi terbesar dalam menghasilkan Emisi Karbon di Dunia adalah China (Tiongkok) dengan 10,68 miliar ton emisi CO2 per tahun. Disusul dengan Amerika Serikat yang menempati urutan kedua sebagai penghasil emisi Karbondioksida terbesar di Dunia yaitu sebesar 5,82 miliar ton emisi CO2 per tahun. Urutan ketiga ditempati oleh 28 Negara yang bergabung dalam Uni Eropa dengan jumlah Emisi Karbondioksida yang dihasilkan sebesar 4,12 miliar ton emisi CO2 per tahun. Indonesia juga berada dalam daftar tersebut, yaitu menduduki urutan ke-6 dengan emisi karbondioksida yang dihasilkan sebesar 1,98 miliar ton emisi CO2 per tahun. Lalu, kita yang disuruh bersih-bersih dan jadi pasar alat-alat go green-nya. Wallahu alam bishowwab.
Oleh Rini Sarah
0 Komentar