Islam dan Jejak Peradabannya

 


Islam adalah agama yang agung. Tak hanya nampak dalam ajarannya, keagungan Islam juga nampak dalam jejak peradabannya. Islam berkembang sejak 14 abad silam. Hingga kini wajah Islam turut mewarnai sejarah peradaban dunia. Bahkan sejarah mencatat pada abad ke-8 sampai 13 Masehi, Islam mampu mengungguli berbagai peradaban yang ada sebelumnya.

Mewujudkan Rahmatan Lil ‘Alamiin
Peradaban Islam dimulai sejak Rasulullah hijrah ke Madinah dan mendirikan sebuah negara di sana. Di Madinah Rasulullah menerapkan seluruh syariat Islam, dakwah dan jihad. Hingga Rasulullah saw wafat, kekuasaan Islam telah mencakup seluruh jazirah arab. Rasulullah telah menyaksikan keberhasilan dakwah ini dan hal ini diabadikan dalam QS. Al Fath:29

مُّحَمَّدٌ رَّسُولُ ٱللَّهِ ۚ وَٱلَّذِينَ مَعَهُۥٓ أَشِدَّآءُ عَلَى ٱلْكُفَّارِ رُحَمَآءُ بَيْنَهُمْ ۖ تَرَىٰهُمْ رُكَّعًا سُجَّدًا يَبْتَغُونَ فَضْلًا مِّنَ ٱللَّهِ وَرِضْوَٰنًا ۖ سِيمَاهُمْ فِى وُجُوهِهِم مِّنْ أَثَرِ ٱلسُّجُودِ ۚ ذَٰلِكَ مَثَلُهُمْ فِى ٱلتَّوْرَىٰةِ ۚ وَمَثَلُهُمْ فِى ٱلْإِنجِيلِ كَزَرْعٍ أَخْرَجَ شَطْـَٔهُۥ فَـَٔازَرَهُۥ فَٱسْتَغْلَظَ فَٱسْتَوَىٰ عَلَىٰ سُوقِهِۦ يُعْجِبُ ٱلزُّرَّاعَ لِيَغِيظَ بِهِمُ ٱلْكُفَّارَ ۗ وَعَدَ ٱللَّهُ ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ وَعَمِلُوا۟ ٱلصَّٰلِحَٰتِ مِنْهُم مَّغْفِرَةً وَأَجْرًا عَظِيمًۢا

“Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengan dia adalah keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka. Kamu lihat mereka ruku' dan sujud mencari karunia Allah dan keridhaan-Nya, tanda-tanda mereka tampak pada muka mereka dari bekas sujud. Demikianlah sifat-sifat mereka dalam Taurat dan sifat-sifat mereka dalam Injil, yaitu seperti tanaman yang mengeluarkan tunasnya maka tunas itu menjadikan tanaman itu kuat lalu menjadi besarlah dia dan tegak lurus di atas pokoknya; tanaman itu menyenangkan hati penanam-penanamnya karena Allah hendak menjengkelkan hati orang-orang kafir (dengan kekuatan orang-orang mukmin). Allah menjanjikan kepada orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal yang saleh di antara mereka ampunan dan pahala yang besar”.(QS. Al Fath: 29)

Ibnu Katsir menggambarkan bahwa ayat ini mengumpamakan para sahabat yang berjuang bersama dengan Rasul seperti tanaman yang mengeluarkan tunas. Pada awalnya tunas itu lemah tapi dalam perkembangannya tunas itu menjadi kian kokoh, sehingga menyenangkan hati penanamnya. Perkembangan Islam yang cukup pesat pasca tegaknya Daulah Islam di Madinah hingga mencakup seluruh jazirah arab tentu sangat menggembirakan hati Rasulullah saw.

Dan setelah beliau wafat, perjuangan para sahabat untuk terus melanjutkan dan membesarkan peradaban Islam tak pernah padam. Para khalifah pengganti beliau memahami hal ini dengan sangat baik. Bahwa Islam hanya akan menjadi rahmatan lil ‘alamin ketika seluruh syariat Islam diterapkan secara sempurna dalam bingkai negara Islam sebagaimana dicontohkan Rasulullah.

Menegakkan negara Islam dalam bentuk dipahami sebagai satu-satunya metode yang sangat efektif untuk menjadikan Islam sebagai rahmat bagi seluruh alam. Dalam QS. Al Anbiya: 107 Allah swt berfirman

وَمَآ أَرْسَلْنَٰكَ إِلَّا رَحْمَةً لِّلْعَٰلَمِينَ

“Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam.” (QS. Al Anbiya: 107).

Kewajiban menegakkan Khilafah dan mendakwahkan Islam ini jugalah yang mendorong para khalifah terdahulu terus menerus menyebarkan Islam tanpa kenal lelah. Baik itu dilakukan secara damai atau dilakukan dalam bentuk futuhat. Mereka menawarkan Islam dan menawarkan hidup dalam sistem Islam yang mulia ini tanpa ada kepentingan apapun.

Penawaran para khalifah untuk memeluk Islam dan atau hidup dalam sistem Islam ini ternyata terekam dalam banyak manuskrip sejarah. Dan bukti beberapa kerajaan Islam di Indonesia memiliki hubungan yang sangat kuat dengan Turki Ustmani saat itu juga terlihat dari beberapa peninggalan-peninggalan sejarah yang ada.

Walhasil sejarah mencatat, luas kekuasaan Daulah Islamiyah pada abad 13 Masehi telah mencapai hampir dua pertiga dunia. Terbentang dari benua Eropa hingga ke Asia. Sejarah juga mencatat bahwa Daulah Islam mampu meleburkan semua bangsa yang ada di bawah kekuasaannya menjadi bangsa yang satu. Dan tingginya peradaban Islam ini meninggalkan jejak yang sulit dihapuskan dari realitanya. Inilah wujud dari hadits Nabi SAW yang berbunyi Rasulullah SAW bersabda, “Islam itu tinggi dan tidak ada yang lebih tinggi darinya.”
(HR. Ad-Daruquthni, al-Baihaqi)

Jejak Peradaban Islam di Nusantara

Peradaban Islam ini runtuh pada tahun 1924, saat Kemal Attaturk mengumumkan perubahan sistem kenegaraan menjadi republik. Dan negeri-negeri kaum muslim dipecah-pecah menjadi lebih dari 50 negara bangsa. Peradaban Islam digantikan oleh peradaban Kapitalis yang menjadikan ide kebebasan sebagai asasnya.

Dan hari ini dunia terkungkung dalam sistem kapitalis demokrasi buatan manusia. Sementara kewajiban untuk terus mendakwahkan dan menyebarkan Islam tetap ada di pundak kaum muslimin. Bahkan tuntutan untuk masuk ke dalam Islam secara kaffah juga tetap berlaku hingga akhir jaman.

Karenanya memperjuangkan kembalinya khilafah yang nantinya akan menerapkan seluruh syariat menjadi urgen untuk saat ini. Mengenalkan sejarah bangsa ini akan hubungan dan keterikatannya dengan para khalifah di masa lalu menjadi penting untuk disampaikan pada generasi muda. Bahwa kerajaan-kerajaan Islam yang tersebar di seluruh nusantara ternyata memiliki hubungan yang erat dengan sistem khilafah yang tegak di Timur Tengah pada masa itu.

Kesultanan dan kerajaan Islam yang ada di nusantara tidaklah berdiri sendiri tanpa ada dakwah Islam disana. Tentu ada para dai utusan khilafah yang datang ke nusantara untuk menyebarkan Islam. Mereka bukanlah para pedagang yang sambil lalu saja menyebarkan Islam sebagaimana kita dapati dalam buku-buku sejarah yang ada. Mereka adalah dai, para pengemban dakwah yang dengan berbagai macam cara berusaha agar Islam bisa diterima oleh penduduk nusantara.

Karenanya penting untuk mengetahui sejarah keterkaitan antara pusat kekhilafahan di Timur Tengah dan keberadaan berbagai kesultanan di tanah air. Penting juga untuk mengetahui sepak terjang para dai, ulama dan pemuka agama di tanah air dalam upaya melepaskan diri dari penjajahan Belanda masa itu. Penting hal itu semua diketahui agar generasi muda ini memiliki cara pandang yang benar akan Islam, memahami dengan sempurna gambaran khilafah Islamiyah sehingga hilang keraguan untuk memperjuangkannya.

Jadi tak ada salahnya jika kaum muslimin menonton film Jejak Khilafah di Nusantara II yang akan di launching tanggal 20 Oktober 2021 nanti. Sebab dengan film dokumenter itu kaum muslimin bisa memahami perjuangan keras para ulama dalam menyebarkan Islam, mempertahankan dan membela negeri ini dari berbagai upaya penjajahan. Para ulama yang memiliki pemahaman utuh tentang Islam meyakini bahwa Indonesia adalah tanah usriyah milik kaum muslimin yang tak boleh dengan mudah diserahkan pada asing. Menarik bukan?



Oleh Kamilia Mustadjab

Posting Komentar

0 Komentar