Dalam sebuah diskusi ringan bersama seorang teman, tercetus pertanyaan, “Khilafah itu apa sih?” Ini adalah pertanyaan yang sama, empat tahun lalu, tepatnya tahun 2017 saat saya pertama kali mendengar kata khilafah. Haaa ... 2017 baru dengar istilah khilafah? Selama ini kemana aja? Mungkin itu komentar yang terlontar ya (bagi yang sudah paham tentang khilafah jauh-jauh hari atau tahun sebelumnya). Namun memang faktanya demikian, apa hendak dikata? Tapi ternyata hingga hari ini pun, tahun 2021, pertanyaan itu masih saja muncul.
Apa hikmahnya? Setidaknya ada dua hal sederhana tapi cukup mendalam di balik momen ini. Pertama, sungguh umat Islam hari ini benar-benar jauh dari ajaran agamanya sendiri, kecuali hanya sebagian saja, khususnya yang menyangkut salat, zakat, puasa, haji dan ibadah ritual lainnya. Selainnya, seperti sejarah sistem pemerintahan khilafah sama sekali tidak atau belum dikenal baik oleh umatnya.
Padahal jelas, khilafah adalah bagian tak terpisahkan dari ajaran Islam. Fakta sejarahnya tak terbantahkan. Penerus Rasulullah saw. adalah para khalifah, mulai dari Khulafaur Rasyidin, Khilafah Umayyah, Khilafah Abbasiyah hingga terakhir Khilafah Turki Ustmani yang diruntuhkan Kemal Ataturk dan menggantinya dengan sistem Republik yang sekuler.
Wajar jika hari ini umat Islam tidak tahu sejarah agamanya sendiri. Selain memang rentang waktu yang cukup jauh, yaitu hampir 100 tahun sejak runtuhnya khilafah terakhir tahun 1924. Publik juga membaca ada usaha mengaburkan sejarah khilafah dari ingatan umat.
Karena materi tentang khilafah sejatinya ada di kurikulum madrasah, hingga tahun 2019 muncul keputusan revisi materi khilafah dan jihad oleh Kementrian Agama dengan alasan tak lagi relevan dengan zaman. “Itu (materi khilafah dan jihad) tetap akan disampaikan. Tetapi akan diberikan perspektif yang lebih produktif dan lebih kontekstual. Nanti disampaikan bahwa khilafah itu tidak lagi cocok untuk Indonesia”, ungkap Dirjen Pendidikan Komarudin. (suara.com, 27/02/2020).
Dengan keputusan memindahkannya dari mata pelajaran fiqih ke mata pelajaran sejarah, apakah berarti khilafah dan jihad cukup menjadi catatan sejarah yang tak penting untuk dibahas ulang? Atau bahkan dianggap sebagai sebuah ide yang membahayakan? Apakah ajaran Islam ada yang membahayakan?
Generasi umat penerus risalah Rasulullah saw. harus tahu runutan perjalanan peradaban Islam yang sebenar-benarnya, lengkap dan faktual. Karena sejarah tidak mungkin bisa direvisi, ditambah atau dikurangi. Banyak pelajaran yang bisa diambil dari sejarah yang obyektif, jauh dari intrik apalagi dari pengaruh kepentingan politik. Yang baik dijadikan sebagai tambahan rujukan, yang buruk menjadi bahan pelajaran agar tak terulang. Apalagi, semuanya tetap dilakukan di bawah koridor Alquran dan Assunnah.
Apalagi khilafah tak hanya tegak di negeri yang jauhnya ribuan kilometer di Timur Tengah sana. Di negeri ini pun bukti-bukti yang ditemukan sulit untuk membantah bahwa tidak ada jejak khilafah di nusantara. Untuk itulah film dokumenter Jejak Khilafah di Nusantara (JKDN) hadir untuk menjawab petanyaan, keraguan, kebingunan, kebimbangan umat tentang sejarah peradaban Islam dalam naungan khilafah yang telah tegak selama lebih dari 1300 tahun ini.
JKDN I telah sukses menyuguhkan film dokumenter orisinil karya anak bangsa yang mencintai negerinya dengan menekuni jejak-jejak sejarah Islam di Nusantara. Dengan harapan yang sebelumnya kabur sedikit demi sedikit mulai jelas tergambar. Sebuah upaya agar jejak-jejak khilafah di Indonesia khususnya dan dunia umumnya tak benar-benar terkubur.
Lumrah jika publik bertanya, mengapa JKDN I kala itu diblokir pemerintah tanpa penjelasan, hingga hari ini. Semoga ini bukan bagian dari upaya mengaburkan sejarah, karena JKDN I & II adalah karya seni dalam bentuk film, sebagaimana film-film lain yang bebas beredar dinegeri ini. Bahkan publik rasanya sepakat, tak sedikit film-film hari ini justru kontraproduktif terhadap tujuan negara dalam mencerdaskan kehidupan bangsa. Karena mengeksploitasi cinta, nafsu, horor, mistis dan lain-lain tanpa mengindahkan adab dan moral, apalagi agama. Apalagi yang dituju kalau bukan materi atau keuntungan semata.
Kembali kepada hikmah kedua, dari momen masih munculnya pertanyaan “Khilafah itu apa?” adalah, bahwa ternyata omdo (omong doang) itu ada hasilnya, dengan izin Allah. Ikhtiar terus menyampaikan kepada umat tentang khilafah mulai di dengar. Jauh berbeda dengan 10 tahun lalu, hari ini tema khilafah telah menjadi bahan diskusi mulai dari warung kopi hingga para akademisi. Maka teruslah lanjutkan perjuangan, sampaikan kepada umat tentang Islam secara keseluruhan, mulai dari ibadah, muamalah hingga khilafah!
Disini JKDN II kembali hadir, mengungkap lanjutan jejak-jejak khilafah yang ternyata tersebar seantero negeri, yang selama ini masih tersimpan tanpa publikasi. Penasaran bagaimana serunya JKDN II? Ingin membuktikan bahwa tidak ada khilafah di Nusantara? Atau ingin membuktikan bahwa memang benar ada khilafah di Nusantara? Jangan lewatkan Premier Jejak Khilafah Di Nusantara II, Rabu, 20 Oktober 2021. Daftar sekarang: https://bit.ly/nontonjkdn2
Oleh Anita Rachman
Muslimah Peduli Peradaban
0 Komentar