Khilafah seringkali diopinikan negatif oleh sebagian orang yang memang mereka membenci Islam dan berupaya menghalangi kebangkitan Islam dengan berbagai macam cara. Narasi negatif tentang khilafah pun seringkali kita dengar, dan hal ini terus berulang kali terjadi. Tujuannya tidak lain dan tidak bukan adalah membuat umat Islam phobia terhadap ajaran agamanya sendiri. Dan inilah yang diharapkan oleh musuh-musuh Islam, agar umat Islam takut dan tidak mau mengenal dan mempelajari ajaran agamanya sendiri.
Media menjadi senjata utama para pembenci Islam untuk terus mengopinikan khilafah dengan citra yang buruk. Bahkan para ulama dan ustaz pun ada yang ikut serta mengopinikan hal yang sama. Maka sangatlah wajar apabila umat Islam banyak yang mencukupkan diri hanya melaksanakan hukum Islam yang berkaitan dengan ibadah mahdhoh semata. Mungkin bisa dikatakan bahwa para pembenci Islam telah berhasil menjalankan misinya, tapi mereka lupa bahwa khilafah bak matahari yang bersinar menyinari bumi walaupun mereka berupaya untuk menutupi sinarnya tetapi cahaya matahari tetap bercahaya menerangi bumi.
Gambaran tentang khilafah memang ingin dihapuskan dari ingatan kaum muslimin, karena mereka mau menjaga eksistensi ideologi kapitalis sekuler agar tetap berjaya di muka bumi ini. Padahal sudah sangatlah jelas bahwa ideologi yang mereka agung-agungkan itu, hanya bisa merusak dan membuat kerusakan di semua lini kehidupan umat manusia. Kebangkitan khilafah bagi mereka adalah malapetaka besar bagi ideologi kebanggaan mereka. Perlahan namun pasti, cepat atau lambat ideologi mereka akan hancur dengan sendirinya. Karena ideologi kapitalis sekuler berasal dari aturan akal manusia yang serba lemah dan serba kurang. Aturan yang dilahirkannya pun hanya akan menuai berbagai macam permasalahan kehidupan yang tak kunjung terselesaikan.
Indonesia, yang mayoritas masyarakatnya beragama Muslim menjadi santapan empuk para pembenci khilafah untuk mencitraburukkan khilafah. Geliat gaung penegakan khilafah di negeri ini, terus disuarakan oleh para pengemban Islam untuk menyadarkan dan memahamkan umat pentingnya keberadaan khilafah sebagai solusi komprehensif atas permasalahan yang mendera. Tak elak para pengusung khilafah pun seringkali dikriminalisasi, yang mereka labeli sebagai teroris yang berbahaya bagi umat. Dengan dalih “NKRI harga mati” mereka opinikan untuk membungkam dan menghentikan upaya para pengusung khilafah ini. Apakah mereka berhasil? Tentu tidak, justru kesadaran dan pemahaman umat bahwa khilafah adalah sesuatu yang urgent untuk segera ditegakkan semakin meningkat. Walaupun banyak para ulama yang hanif harus berurusan dengan pihak aparat, tetap saja tidak menyurutkan umat untuk senantiasa istiqomah untuk mempelajari dan memahami apa itu khilafah.
Jejak khilafah di Indonesia pun menjadi bukti sejarah yang tidak bisa dielakkan. Aceh Darussalam adalah salah satu wilayah di Indonesia yang pernah mengikatkan diri dengan kekhalifahan Turki Utsmaniyah. Sebuah arsip Utsmani berisi petisi Sultan Alaiddin Riayat Syah kepada Sultan Sulayman Al-Qanuni, yang dibawa Huseyn Effendi membuktikan jika Aceh mengakui penguasa Utsmani di Turki sebagai Kekhalifahan Islam. Dokumen tersebut berisi laporan soal armada Salib Portugis yang sering mengganggu dan merompak kapal pedagang Muslim yang tengah berlayar di jalur pelayaran Turki-Aceh dan sebaliknya.
Aceh mendesak Turki Utsmaniyah untuk mengirimkan armada perangnya untuk mengamankan jalur pelayaran tersebut dari gangguan kafir Farangi (Portugis). Sekitar bulan September 1567 M, Laksamana Turki di Suez, Kurtoglu Hizir Reis, diperintahkan berlayar menuju aceh membawa sejumlah ahli senapan api tentara dan perlengkapan artileri. Pasukan Turki tiba di aceh secara bergelombang berjumlah sekitar 500 orang, yang seluruhnya ahli dalam seni bela diri dan mempergunakan senjata seperti senjata api, penembak jitu dan mekanik. Dengan bantuan tentara Turki, Kesultanan Aceh menyerang Portugis di pusatnya, Malaka. Agar aman dari gangguna perompak Turki Utsmani juga mengizinkan kapal-kapal aceh mengibarkan bendera Turki Utsmani di kapalnya.
Selain Aceh, sejumlah kesultanan di Nusantara juga telah bersekutu dengan Kekhalifahan Turki Utsmaniyah, seperti Kesultanan Buton, Sulawesi Selatan. Salah satu Sulton Buton, Lakilaponto dilantik menjadi “Sultan” dengan gelar Qaim ad-Din yang memiliki arti “penegak agama” yang dilantik langsung oleh Syekh Abdul Wahid dari Makkah. Sultan Ageng Tirtayasa dari pulau Jawa pun mendapat gelar sultan dari syarif Makkah. Pada abad ke-20 Konsul Turki di Batavia membagi-bagikan Al Qur’an atas nama Sultan Turki. Dan juga memberikan beasiswa kepada empat orang anak keturunan Arab di Batavia untuk bersekolah di Turki.
Demikianlah beberapa bukti yang menunjukkan adanya hubungan yang dekat antara beberapa kesultanan di Nusantara dengan negara Khilafah. Melalui film dokumenter Jejak Khilafah Di Nusantara (JKDN) yang digawangi oleh pemuda-pemuda yang cinta terhadap Islam ingin menguak fakta sejarah Kekhilafahan di bumi Nusantara, untuk mengembalikan kembali ingat umat Islam terhadap fakta tersebut. Fakta sejarah hubungan nusantara dengan Khilafah, memang berusaha dilenyapkan oleh para pembenci Islam. Namun, sekuat apapun upaya yang dilakukan, mereka tetap tidak mampu menghalangi umat Islam untuk mengetahui fakta penting tentang sejarah Khilafah bagi negeri ini.
Di dalam film JKDN part 2 ini, umat Islam disuguhkan fakta sejarah yang telah terkubur lama. Dan tentu saja fakta sejarah ini mendapatkan antusiasme khususnya dikalangan pemuda terbukti pada pemutaran film JKDN part 1 banyak sekali yang ikut serta menonton fakta sejarah yang telah lama terkubur. Para pemuda Muslim yang mengazamkan dirinya sebagai pengemban agama Allah swt, senantiasa berupaya sekuat tenaga untuk mengembalikan kejayaan Islam dengan penerapan hukum syariat Islam kaffah di seluruh lini kehidupan dalam institusi Khilafah. Fakta sejarah ini bukan hanya romatisme masa lalu belaka, tetapi kewajiban dari Allah yang dibebankan kepada setiap Muslim untuk melanjutkan kembali kehidupan Islam dalam naungan Khilafah.
Film JKDN ini telah membukakan mata umat Islam siapa sebenarnya musuh dari umat Islam. Sudah saatnya umat Islam bangkit dan merapikan barisan untuk berjuang bersama mewujudkan tujuan mulia ini. Agar keberkahan selalu menyelimuti kehidupan umat Islam dan mereka lepas dari cengkeraman ideologi kapitalis sekuler yang diusung oleh musuh-musuh Allah swt. Dan umat Islam pun bisa pulang kembali pada rumah mereka (Khilafah) yang senantiasa memberikan kesejahteraan dan kebahagiaan hakiki seorang hamba.
Jangan sampai terlewat untuk hadir dan ikut serta dalam mengikuti film JKDN part 2, pada hari Rabu 20 Oktober 2021. Allah Swt berfirman yang artinya,” Mereka hendak memadamkan cahaya (agama) Allah dengan mulut (ucapan-ucapan) mereka, tetapi Allah tetap menyempurnakan cahaya-Nya meskipun orang-orang kafir membencinya” (TQS As-Shaaf : 8)
Oleh Siti Rima Sarinah
0 Komentar