Islam merupakan ajaran yang sempurna dan disebarkan oleh manusia terpercaya, Rasulullah Muhammad saw. Saat Beliau diutus menjadi Rasul dan diperintahkan untuk menyebarluaskan risalah Islam, di benaknya telah tersusun rencana bahwa Islam harus menjadi sebuah peradaban mulia. Dengannya, penyebaran Islam dapat terorganisir di bawah satu komando sang khalifah.
Beliau memulai aktivitasnya dengan dakwah secara sembunyi-sembunyi sejak turunnya wahyu pertama. Beliau menyeru manusia pada keesaan Allah swt, mensucikan dan membersihkan jiwa mereka, serta mengorbankan kepentingan dirinya untuk kepentingan jamaah.
Aktivitas dakwah bukan berarti tanpa halangan. Kaum Quraisy selalu menampakkan permusuhannya pada dakwah beliau yang toleran. Permusuhan tersebut semakin meningkat dan bertambah keras.
Walaupun begitu, Rasul saw tetap kokoh seperti gunung menjulang, tidak melunak ataupun bimbang. Beliau tak takut kepada siapapun selain Allah Swt. Beliau selalu bersabar dan terus menerus bersikeras merealisasikan tujuan-tujuan dakwah. Beliau selalu mendakwahkan Islam di berbagai kabilah-kabilah.
Salah satu usaha heroik beliau membuahkan hasil dengan munculnya Baiat Aqobah pertama, kemudian diikuti dengan yang kedua. Baiat Aqobah pertama merupakan kemenangan pertama secara militer bagi beliau di luar Makkah, demikian pula Baiat aqobah kedua. Peristiwa tersebut membuat Islam tersebar ke Madinah, sehingga beliau mempunyai cikal bakal tentara yang bisa dijadikan sandaran saat terjadi musibah.
Saat turun Quran surat Al Hajj: 39-40,”Telah diijinkan (berperang) bagi orang yang diperangi, karena mereka telah dianiaya dan sesungguhnya Allah Maha Kuasa menolong mereka itu. (yaitu) orang-orang yang telah diusir dari kampung halamannya tanpa alasan yang benar, kecuali karena mereka berkata, Rabb kami hanya Allah”, maka Rasul sebagai panglima perang telah sempurna dalam menghimpun pasukan yang mengimani satu aqidah, memiliki satu tujuan, satu panglima, serta menyandar kan pada satu basis yang kokoh.
Syariat jihad ini memiliki beberapa tujuan, antara lain adalah pertama, melindungi kebebesan dalam penyebaran dakwah. Tujuan perang dalam Islam bukanlah untuk menyebarkan dakwah, namun untuk melindungi kebebasan penyebaran dakwah. Sebab menyebarkan Islam dengan kekuatan sama artinya dengan pemaksaan.
Seandainya penyebaran Islam ditempuh dengan cara paksaan melalui pedang dan tombak terhadap para calon pemeluknya, maka pengaruhnya dalam hati mereka akan segera sirna. Sirnanya keterpengaruhan pada hati mereka sejalan dengan sirnanya kekuasaan Islam, yaitu ketika pemeluknya melemah dan pemerintahannya telah dikalahkan.
Kedua, mengokohkan sendi-sendi perdamaian. Satu umat tanpa pasukan yang kuat, berpotensi menghadapi kemusnahan, karena para musuhnya pasti sangat bernafsu untuk menyerang dan tidak takut pada kekuatan yang dimilikinya. Namun jika umat tersebut mempunyai pasukan yang kuat, maka musuh akan menghormatinya dan tidak terbersit dalam benak mereka untuk menyerang. Saat itulah umat tersebut diliputi oleh perdamaian.
Selain itu dalam mempersiapkan para prajurit untuk menempuh medan jihad ada beberapa hal yang senantiasa dilakukan oleh Rasulullah. Pertama, menguatkan spirit mereka dalam berperang di jalan Allah Swt. Hal ini sangat penting, agar dalam tiap peperangan yang akan diraih hanya karena ridho-Nya dan dalam berjihad juga tidak melanggar syariat.
Dengan kekuatan inilah Islam memerangi faktor yang dapat melemahkan dan hal yang dapat membuat ketakutan. Islam menanamkan dalam diri umat menjadi pribadi yang berkarakter berani, tak takut terhadap lawan yang menghadang seberapa jumlah dan kuatnya mereka. Berani berkorban, maka ayah, anak, saudara, suami atau istri, keluarga, harta, perdagangan maupun tempat tinggal tidak boleh menjadi penghalang dalam berjihad di jalan Allah.
Kedua, yang harus dipersiapkan adalah kekuatan yang bersifat material. Dalam berperang, Islam sangat memperhatikan dua aspek yaitu kekuatan dan penjagaan (ribath). Kekuatan melingkupi jumlah dan perlengkapan, hal ini berkaitan dengan perekrutan pasukan, persiapan perlengkapan perang, peralatan perang, logistik peperangan dan berbagai masalah administrasi lainnya.
Kemudian tentang penjagaan (ribath). Hal ini meliputi semua perkara yang berkaitan dengan benteng, daerah perbatasan, front terdepan, titik lemah di hadapan musuh, serta kesiapan secara penuh untuk melindunginya.
Kedua poin tersebut didorong untuk terus dilakukan agar tercapainya kemanan dan kestabilan. Dilakukan secara optimal agar dapat menggentarkan musuh dan tidak terbersit di hati mereka untuk memanfaatkan satu sisi pun kelemahan. Islam juga mendorong untuk membangun industri militer untuk memproduksi senjata, dalam hal ini Islam mengingatkan tentang besi dengan perhatian khusus agar dapat dimanfaatkan untuk tujuan militer (QS Al Hadid (57): 25).
Jihad dalam Islam menghendaki agar selalu dalam keadaan siap sedia demi mempertahankan dan melindungi kebenaran. Sehingga umat Islam memiliki kekuatan pemukul dan musuh pun akan memperhitungkannya sebelum mereka maju untuk meninpakan kerugian terhadap kemaslahatan umat Islam.
Ketiga, pengelolaan operasional perang. Hal ini terkait dengan wajib militer, teknik berperang, kedisiplinan, menyimpan rahasia, tawanan perang, gencatan senjata, memelihara perdamaian dan yang lainya.
Berikutnya adalah mambaca kekuatan lawan. Pertama adalah kekuatan bangsa Arab, bangsa Quraisy yang menonjol dari sebelum Islam datang, pengaruhnya sangat kuat dan dihormati oleh suku lainnya. Namun selain tidak mempunyai dasar peletakkan agama yang kuat, mereka terpecah secara politik dan dikungkung oleh stagnasi peradaban juga keruwetan dalam perilaku sosial.
Kedua, pasukan Romawi. Pasukan Romawi bersandar pada kekuatan feodalisme. Mereka dipimpin oleh kalangan bangsawan secara turun temurun, bukan karena kapabilitas dan kemampuan. Perbedaan sekte dalam Nasrani juga sengit, mereka sibuk bertekar tentangnya melebihi aktivitas lainnya. Yang paling miris adalah motif yang mendominasi pasukan Romawi kala itu adalah mencari bayaran.
Terakhir adalah pasukan Persia. Kekuatan militernya hampir mirip dengan kekuatan militer Romawi. Kepercayaan Majusi mendominasi bangsa Persia. Tidak ada tujuan tertentu yang dimiliki oleh tentaranya hingga menyatukan barisan mereka selain mencari bayaran.
Dengan mengetahui kekuatan dan kelemahan lawan, maka walaupun jumlah pasukan jihad kaum Muslimin berbeda jauh, namun berani menghalau musuh. Karena selain Rasulullah telah mengorganisir pasukan dengan sangat baik, beliau juga terus mengobarkan semangat jihad yang balasannya sangat indah, Syurga dan kekal di dalamnya.
Wallahu’alam
Oleh Ruruh Hapsari
0 Komentar